Oleh Dr. Sri Suyanta Harsa, MAg
Dosen FTK UIN Ar-Raniry

Ilustrasi
Muhasabah 11 Zulkaidah 1440
Saudaraku, dalam realitas kehidupan ternyata banyak di antara kita yang oleh Allah dikaruniai kemampuan untuk menemukan, membuat, mengadakan, membeli, membangun, dan menjalin hubungan atau segala yang mempermudah sekaligus mengamankan segala urusan kita.

Kita berhasil mendirikan atau membeli rumah sebagai tempat kediaman bersama keluarga tercinta. Sebisanya kitapun berusaha memiliki rumah besar, halaman juga taman yang terpagar kuat. Kemudian seolah berlomba mencari harta untuk memenuhi keinginan kita, sehingga ada sandang yang banyak, pangan yang melimpah, kendaraan yang mulus, perkakas rumah tangga yang lengkap, serta piranti informasi dan komunikasi terkini.

Dalam kehidupan sosial, kita juga menjalin hubungan yang baik dengan tetangga dan masyarakat sekitarnya, bersyarikat, tolong menolong, jual beli yang saling melengkapi untuk menunjang kehidupan.

Dalam ranah ilmu, kita juga memperoleh karunianya berupa pemahaman, hafalan, kearifan, hikmah, sehingga menambah kedekatan kita pada Sang Pemiliknya, yaitu Allah ta'ala.

Dalam ranah religiusitas, kita juga berusaha menghiasi diri dengan iman, Islam dan amal shalih, sehingga relasi kita dengan Allah, juga sesamanya dan alam sekitarnya membentuk harmoni ketaatan yang berbingkai akhlakul karimah.

Saudaraku, kita menyadari bahwa semua pranata atau bangunan atau segala capaian kerja tersebut idealnya lestari dapat dimanfaatkan dan dinikmati bukan untuk sekarang ini saja dan tidak untuk kita sendiri saja tetapi juga anak cucu antargenerasi. Nah di sinilah perlunya perawatan, wajibnya pemeliharaan dan penjagaan. Untuk ini kita juga sering diingatkan bahwa memelihara itu sering lebih sulit dan lebih mahal daripada mengadakannya.

Hal-hal fisik yang bersifat lahiriyah bendawi seperti rumah dan segala isinya tentu butuh perhatian dan sentuhan kita, sebagaimana halnya hal-hal yang bersifat non fisik seperti penguasaan iman, ilmu dan amal ibadah kita. Untuk inilah kita memohon kasih sayangNya, Allah sebagai Al-Muhaimin, dan Allah sebagai Al-Hafiz agar menganugrahi kita kemampuan untuk memelihara kebaikan selamanya.

Allah sebagai al-Muhaimin dipahami bahwa Allah adalah zat yang memelihara dengan pemeliharaan yang sempurna, maha mengatur dengan pengaturan yang sempurna, dan maha mengawasi dengan pengawasan yang sempurna.

Allah berfirman Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (Qs. Al-Hasr 23)

Allah memelihara seluruh makhlukNya dengan sangat teliti, sehingga tidak ada sekecilpun keberadaan makhluk yang luput dari pemiliharaanNya. Bumi tetap dalam keseimbangannya, alam tetap dalam keasriannya, tata surya tetap dalam peredarannya, manusia tetap dalam kebaikannya, dan sebagian besar makhlukNya senantiasa bertasbih kepada Allah dengan caranya masing-masing.

Allah juga mengatur segala hal tentang hal ikhwal keberadaan makhlukNya, hidup dan matinya, rezeki dan karunianya, pertemuan dan jodohnya dan seterusnya. Makhluk tinggal menjalani sesuai garisan sunnatullahnya.

Allah juga mengawasi hal ikhwal apapun atas makhlukNya. Tidak ada hal ikhwal yang berada di luar jangkauan kepengawasan Allah yang Maha Teliti, hatta sekecil daun yang jatuh sekalipun. Apalagi getaran hati kita, goresan niat, dan perilaku kita sekecil zarah sekalipun.

Demikian juga al-Hafiz dimana Allah adalah zat yang maha memelihara dengan pemeliharaan yang sempurna. Kesempurnaan pemeliharaan Allah meliputi atas seluruh makhlukNya, hukum-hukum kausalitasnya, keberadaan dan kepentingan hamba-hambaNya. Allah lah yang memelihara alam semesta ini dan segala yang ada dalam pengertian menjaga dan merawat dengan sebaik-baik, sehingga terjadilah keseimbangan, ketertiban dan keserasian padanya. Allah juga zat maha memelihara makhlukNya dengan menyelamatkan, melindungi; melepaskan dari bahaya dan sebagainya, sehingga semua berjalan sesuai ketentuanNya.

Al-Hafiz disebut beberapa kali dalam Al-Qur'an dalam konteks yang berbeda-beda. Di antaranya Allah berfirman yang artinya, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu. (Qs. Hud 57)

Dan tidaklah ada kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu. (Qs. Saba 21)

Saudaraku, ketika kita sudah menjadi hamba-hambaNya yang pandai memelihara semua kebaikan, maka seharunya mensyukurinya baik dengan hati, lisan maupun perbuatan nyata.

Pertama, bersyukur di hati dengan  meyakini bahwa Allah Maha Memelihara; Allah Maha Menjaga dengan penjagaan yang seksama atas semua makhlukNya.  Allah adalah menanggung dan memenuhi seluruh kebutuhan hamba-hambaNya. Allahlah yang menolong di saat kita memerlukan pertolongan. Allah yang mengabulkan permohonan yang kita sampaikan. Allah yang memenuhi seluruh hajat kebutuhan kita, dan Allah tempat kembali seluruh kesadaran dan eksistensi kita semua.

Kedua, bersyukur dengan lisan, yaitu dengan terus memujiNya dengan asmaNya dan memperbanyak mengucapkan alhamdulillahi rabbil 'alamin. Dengan terus memuji dengan asmaNya, kita memohon dituntun untuk dapat istiqamah dalam kebaikan, memelihara ketaatan yang sudah kita lakukan, memelihara hafalan dan pemahaman (Qur'an) dalam diri kita.

Ketiga, bersyukur dengan perbuatan nyata yaitu berusaha semaksimal mungkin memelihara jiwa, agama, keluarga, harta, dan kehormatan dengan sebaik-baiknya, sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Di samping itu kita juga berusaha memelihara diri dan keluarga dari siksa dan kesengsaraan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Selanjutnya pemeliharaan juga pada hal-hal yang bersifat fisik lahiriah lainnya.

Adapun dzikir kondisioning penerang hati agar mampu memelihara diri, keluarga dan segala capaian iman, ilmu dan amal yang sudah ada adalah membasahi lisan dengan mengucapkan ya Allah ya Muhaimin, ya Allah ya Hafiz, ya Allah ya Muhaimin, ya Allah ya Muhaimin, ya Allah ya Hafiz
SHARE :
 
Top