Oleh: Dr Sri Suyanta Harsa, MAg
Muhasabah 29 Syawal 1440

Ilustrasi
Saudaraku, masih bermaksud menyambung muhasabah dalam rangka menangkap pesan moral syawalan, yakni upgrading personaliti islami, maka tema muhasabah hari ke-29 bulan Syawal ini adalah berusaha lebih cinta.

Cinta merupakan anugrah Allah yang amat penting, dipahami sebagai perasaan kasih sayang yang sangat kuat terhadap yang dicintainya, terutama Allah dan rasulNya. Kemudian baru keluarganya atau isteri/suaminya, anak-anak sampai cucu dan buyutnya, saudara-saudara kandungnya, guru-gurunya dan sesama manusia lainnya. 

Bila cinta sudah bersemi, maka sikapnya cenderung ingin selalu berkorban, memiliki rasa empati, perhatian, kasih sayang, ingin membantu dan mau mengikuti apapun yang diinginkannya. Namun karena cinta itu sangat mempribadi, maka pemahanan dan implementasinya juga sangat subjektif; bergantung pada penghayatan dan pengalaman yang dialaminya masing-masing orang. 

Dalam iman Islam, kecintaan kepada selain Allah dan rasulNya, baik kepada keluarga, harta, tahta maupun urusan dunia lainnya, idealnya juga dalam rangka lillah; yakni karena Allah, untuk memenuhi titah Allah dan harus senantiasa berada di jalan Allah. Makanya dalam sebuah riwayat dari Anas r.a. ia berkata, Rasulullah Nabi Muhammad saw bersabda, "Tidak sempurna keimanan seseorang di antara kalian hingga ia lebih mencintai aku daripada kedua orangtuanya, anaknya, dan manusia semuanya."

Dengan demikian, kesempuraan iman dalam ajaran Islam menuntut kesempurnaan cinta. Oleh karenanya kecintaan kepada orangtua karena telah melahirkan, mendidik, dan membesarkan kita; atau kecintaannya pada isteri/suami karena telah saling asah asih asuh dalam biduk rumah tangga sehibgga sakinah mawaddah wa rahmah; atau kecintaan kepada anak karena telah menjadi qurrata akyun (penyejuk mata); atau kecintaannya kepada harta karena dapat memfasiltasinya berbuat kebaikan; atau kecintaannya terhada tahta karena dapat memfasilitasinya mensejahterakan sesamanya; semuanya harus diorientasikan pada meraih keridhaan Allah dan rasulNya semata.

Cinta seperti itu lah yang merupakan sesempurna cinta sebagai anugrah yang tak terhingga. Mengapa?, karena telah mewarisi sebagian dari sifat Allah yang terkandung dalam asmaul husnaNya, yaitu al-Wadud.

Sebagai al-Wadud dimaknai bahwa Allah adalah zat yang maha mencintai makhlukNya, apalagi hamba-hambaNya yang taat kepadaNya. Dengan cintaNya, Allah menciptakan dan menghidupkan manusia serta menyediakan seluruh kebutuhan hidupnya. Setelah manusia dapat memenuhi kebutuhannya, ada di antaranya yang justru melupakanNya, namun Allah tetap mencintainya.

Allah berfirman yang maknanya, Sesungguhnya Dia-lah Yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali). Dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Mencintai hamba-hamba-Nya.” (Qs. al-Buruj 13-14).

Dengan cinta kasihNya juga, Allah menunggu pertaubatan hamba-hambaNya  seraya menyeru agar segera kembali ke jalanNya saja dan memohon ampunan padaNya. Allah berfirman yang artinya, Dan mohonlah ampun kepada Rabb-mu (Allah) kemudian bertaubatlah kepada-Nya, sesengguhnya Rabb-ku Maha Mencintai hamba-hamba-Nya lagi Maha Pengasih (Qs. Hûd 90)

Oleh karena itu mestinya kita mensyukuri cintaNya Allah ke atas kita dan rasa cinta yang ada pada diri kita sebagai manusia, baik dengan hati, lisan maupun dengan perbuatan nyata.

Pertama, bersyukur dengan hati, kita meyakini sepenuh hati bahwa cintaNya Allah kepada hamba-hambanya jauh melampaui murkaNya. 

Kedua, mensyukuri dengan lisan, yaitu melafalkan alhamdulillahi rabbil 'alamin dan memuji Allah agar cintaNya kepada kita bertambah-tambah dengan limpahan karuniaNya dan cinta kita kepadaNya juga bertambah-tambah dengan cara selalu memenuhi dan menaati titahNya.

Ketiga, mensyukuri dengan tindakan nyata seperti selalu menyebutNya, mengukuhkan kecintaan kita kepadaNya dengan senantiasa memenuhi perintahNya, menjauhi laranganNya, membaca surat cinta atau kalam-Nya dan mengimplementasikan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari.

Zikir kondisioning agar memiliki hati yang diliputi rasa cinta adalah membasahi lisan dengan Allah ya waduud, Allah ya al-Waduud, Allah  ya waduud, Allah ya al-Waduud,  Allah  ya waduud, Allah ya al-Waduud...dan seterusnya.

Penulis merupakan Dosen FKT UIN Ar-Raniry
SHARE :
 
Top