Oleh Sri Suyanta Harsa

Ilustrasi
Muhasabah 9 Safar 1441
Saudaraku, tema muhasabah hari ini masih terinspirasi saat merenungi atas diri sendiri atau kondisi orang yang dirawat inap di rumah sakit. Kali ini perihal alternatif antara dua sebagai ending dari ikhtiar proses berobat; yakni kenyataan yang membahagiakan dan kenyataan yang melahirkan kesedihan; yang melegakan dan yang "memilukan". 

Di satu sisi, atas karunia Allah melalui beragam cara yang telah ditetapkan dalam takdirNya, banyak sekali di antara kita atau saudara atau anggota keluarga kita yang berobat di rumah sakit memperoleh pertolongan sehingga sembuh kembali seperti sedia kala atau setidaknya berkurang rasa sakit dan penyakitnya. Saat-saat seperti inilah, etikanya mesti kita menambahi rasa syukur kepada Allah ta'ala.

Di kenyataan lainnya, atas karunia Allah jua dan saking cintaNya kepada hambaNya, ada di antara saudara kita yang dirawat di rumah sakit, kemudian berujung pada takdirnya di dunia ini, karena ianya berakhir dengan dipanggilNya kembali ke haribaanNya alias meninggal dunia. 

Meski kematian bisa terjadi di mana-mana seperti di pesawat, di mobil, di rumah, di sekolah, di laut, di jalan raya, di tempat bekerja atau di manapun berada, namun di rumah sakit sepertinya memiliki rasa lebih dekat untuk mengingatnya. Makanya mobil ambulan untuk jenazah selalu tersedia di rumah sakit, dan belum tentu tersedia di tempat lainnya.

Meskipun, belum bisa digeneralisasi perbandingan persentase antara yang melegakan dan memilukan saat berobat di rumah sakit, tetapi menjadi sehat kembali untuk berlanjut hidup mengabdi pada Ilahi atau harus berakhir dengan kematian merupakan hal yang jamak lumrah bagi manusia. Dengan demikian, saat berobat ke rumah sakit mestinya juga disadari kedua kemungkinan ini. Di sinilah pentingnya, kita sebagai hambaNya wajib berdoa dan berusaha berobat ke mana-mana, tetapi tetap harus ridha menerima segala konsekuensinya, baik yang melegakan maupun yang memilukan. 

Saat berobat ke rumah sakit itu laksana jihad maju ke medang perang. Secara internal bagi orang yang berobat harus berjuang untuk sembuh sehingga pulang membawa kemenangan sehat lagi atau syahid nyawa melayang meninggalkan kenangan untuk keluarga tersayang;

Bagi civitas rumah sakit seperti dokter, tenaga medis, perawat dan lainnya juga berusaha atau jihad untuk memberikan layanan kesehatan kepada pasien untuk memperoleh kemenangan sehingga dapat pulang berkumpul dengan keluarganya di kediaman. Namun takdir tetap saja bisa berbicara sebaliknya, pasien sudah tidak bisa diselamatkan meski berbagai tindakan medis telah dilakukan. Sehingga dokter atau pihak rumah sskit dengan lirih dan hati-hati menyampaikan pada pihsk keluarga, "maaf baoak ibu, kami sudah berusaha menyembuhkannya tetapi Allah ternyata berkehendak lain". Dengan ini kita akan segera paham untuk kemudian berproses untuk pemulasaraan jenazah. Mulai saat ini, siapapun yang sudah wafat tidak akan dipanggil lagi dengan namanya apalagi berikut titelnya, tetapi dipanggil di mana jenazahnya, kapan dan bagaimana jenazahnya dibawa pulang untuk segera diselenggarakan tajziz mayit.

Saudaraku, keadaan dan kondisi akhir apapun merupakan ketentuan Allah yang maha mengetahui kepentingan hanba-hambaNya. Di saat merasa lega, kita bersyukur kepada Allah ta'ala, dan bersabar juga ikhlas di saat menerima ujian dengan wafatnya anggota keluarga kita. Justru ketika sudah berpulang ke haribaanNya, maka rasa sakit dan penyakit tidak ada lagi, dan bahkan kemudian akan memperoleh kasih sayang dari Allah melebihi apa yang diterima dari keluarganya selama hidupnya di dunia.

Ketika dapat mengukuhkan sikap ridha atas ketentuan Allah ta'ala, maka kita mesti mensyukurinya, baik dengan hati, lisan maupun perbuatan nyata.

Pertama, mensyukuri di hati  seraya meyakini bahwa hidup dan mati sebagaimana dalam keadaan lapang dan sempit adalah ujian iman. Okeh karenanya tetap bersyukur saat hati senang atau memperoleh kabar gembira saat keluarga sehat kembali, dan sabar kala susah menghadapi masalah, lebih ikhlas saat ditimpa musibahi.

Kedua, mensyukuri dikaruniai hati yang ridha atas ketentuan Allah, di antaranya dengan terus dengan memperbanyak mengucapkan alhamdulillahi rabbil 'alamin. 

Ketiga, mensyukuri dengan langkah kokret, di antaranya dengan mentaati titah Allah, mengerjakan yang diperintah dan meninggalkan yang dilarang,
berusaha semaksimal mungkin untuk 
meraih bahagia bersamaNya, bersyukur saat dalam kondisi lapang dan bersabar juga ikhlas saat menerima ujian berupa musibah.

Sehubungan dengan tema muhasabah hari ini, maka dzikir pengkodisian hati penyejuk kalbu guna menjemput hidayahNya adalah membasahi lisan dengan lafal ya Allah ya Muhyi ya Mumitu. Ya Allah, zat yang maha menghidupkan, zat yang maha mewafatkan, mudahkanlah segala urusan kami ya Rabb. Aamiin.
SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top