Oleh Sri Suyanta Harsa

sumber ilustrasi: islampos
Muhasabah 22 Jumadil Tsani 1441
Saudaraku, dalam kajian filosofis sufistik dinyatakan bahwa manusia adalah miniatur alam semesta; mikrokosmos yang merepresentasikan makrokosmos, 'alam shaghir menggambarkan 'alam kabir. Tidak saja menggambarkan keberadaan materi yang ada di alam semesta saja tetapi juga karakter dan sifatnya. Bila tema muhasabah yang baru lalu tentang sifat atau karakter semut yang bisa saja ada melekat pada diri manusia, maka hari ini kita akan mentadaburi fakta tentang lebah.

Selain lalat dan semut, maka di antara serangga terbang yang layak ditadaburi keberadaannya adalah lebah. Karena terdapat ibrah berharga yang bisa diambil darinya, bahkan lebah juga menjadi salah satu nama surat dalam al-Qur'an, yaitu surat ke-16 yang bernama al-Nahl. Ya, lebah, sebagai serangga terbang yang lazim dijadikan amstal kebaikan bagi manusia. Di antara nilai yang akan diambil kali ini adalah nilai managemen, nilai kebaikan, nilai selektivitas, dan nilai mempertahankan harga diri.

Pertama, nilai managemen kehidupan. Ternyata dari lebah kita bisa belajar tentang managemen kehidupan. Di antaranya lebah sebagai serangga yang lazim hidup bersama dalam sekumpulan jumlah besar memiliki struktur organisasi dengan pembagian kerja (job discription) yang sangat solid, rapi dan jelas. Masing-masing bekerja secara proporsional sesuai tugas pokok dan fungsinya.

Hanya akan ada seekor lebah yang bertindak sebagai ratu, menjadi pemimpin yang mengkoordinir seluruh anggotanya dan satu-satunya yang bertugas beranak pinak bereproduksi atas anak-anaknya. Terdapat banyak sekali lebah betina berperan sebagai pekerja terhadap seluruh pekerjaan yang ada seperti membuat sarang, menjaganya dari segala gangguan, menstabilkan udara pada sarangnya dengan cara mengipasi terbang di sekitarnya, mencari makanan, dan memprosesnya menjadi madu. Dan ada lebah jantan yang jumlah jauh lebih sedikit dari lebah betina, bertugas khusus mengawini ratunya. Jadi key word nilai pada butir ini adalah managemen.

Kedua, mengonsumsi yang baik-baik dan memproduksi sesuatu yang baik. Lebah hanya mengonsumsi sari bunga dan menghasilkan madu. Kontras dengan lalat yang suka hal-hal jorok, lebah suka yang harum. Karena kecenderungannya hanya pada yang harum, maka lebah akan sangat mudah menemukan sari bunga yang akan dikonsumsinya. Rasanya dalam hidupnya, lebah tidak akan pernah keliru mencari dan mengisap bangkai, tetapi selalu sari bunga. Dan lebah juga tidak pernah salah mengeluarkan sesuatu seperti virus atau racun, tetapi tetap mempersembahkan madu. Jadi key word nilai pada butir ini adalah baik, selektif, dan bermanfaat. 

Ketiga, lebah tidak pernah merusak lingkungan dan apapun yang dihinggapinya, justru malah membantu dalam penyebukan pada bunga tanaman. Coba indahnya bila keberadaan seseorang di dunia ini berperilaku seperti ini; tidak mendatangkan mudharat, tetapi justru memberi manfaat.

Keempat, mempertahankan harga diri sampai tetes darah terakhir. Bila diganggu atau diusik, maka lebah akan mempertahankan harga dirinya, meski harus kehilangan nyawa. Lebah akan mengejar para pihak yang mengganggunya untuk kemudian menyengatnya. Meski setelah menyengat, tidak lama kemudian lebah itu mati dengan sendirinya. Karena dengan sengatannya, maka hilanglah sentra kekuatan lebah sehingga akhirnya mati.

Ketika telah mampu mengambil ibrah dari diciptakanNya lebah, maka kita layak mensyukurinya. Pertama, mensyukuri di hati dengan meyakini bahwa Allah melalui penciptaan lebah telah memberi pelajaran (ibrah) tentang nilai managemen, nilai selektivitas, memberi rasa aman, dan kebenaran mempertahankan diri. Kedua, mengucapkan alhamdulillahi rabbil 'alamin. Dengan mensyukurinya semoga Allah menganugrahkan hidayahNya sehingga kita mampu mengambil ibrah diciptakannya lebah dengan mengambil nilai-nilai positifnya. Ketiga, mensyukuri dengan tindakan nyata yaitu mengambil ibrah diciptakannya lebah di alam ini. Di antaranya hanya mencari, menemukan dan mengonsumsi apapun yang baik-baik juga halal, sehingga mampu melahirkan energi positif seperti tenaga, ide, buah pikiran, gagasan, teori, dan teknologi yang memberi kemanfaatan bagi kehidupan.

Maka dzikir pengkodisian hati dan penyejuk kalbu guna menjemput hidayahNya adalah membasahi lisan dengan melafalkan ya Allah ya Baari' ya Haafidz ya Allah zat yang maha pencipta, zat yang kreatif, zat yang maha memelihara, tunjukilah kami jalan untuk meraih ridhaMu ya Rabb.
SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top