Oleh. Nazarullah, S.Ag, M.Pd


Tulisan ini saya angkat,  terinspirasi dari penuturan seorang ulama yang ditayangkan di media As-Salafy. Beliau berkata: "Setiap hari kita membuka  Face Book dan Whatsapp dipenuhi dengan foto-foto dan Video yang dikemas dengan kata-kata dan narasi yang penuh canda seputar wabah Covid-19".  Apa yang beliau sampaikan dapat kita simpulkan bahwa,  bagi yang suka dengan canda dan lelucon, postingan tersebut akan menjadi bahan hiburan tersendiri untuk menghiasi kejenuhan mereka selama menjalani perintah stay at home. Sehingga, setiap hari ada saja postingan tentang wabah Corona bermunculan di medsos dengan beragam  bentuk leluconnya. 

Perlu kita sadari bahwa, Corona adalah bencana yang Allah kirimkan untuk kita manusia sebagai bagian dari teguran Allah kepada hamba-Nya. Apakah kita menyambut bencana ini dengan ejekan, tawaan, lucu-lucuan dan candaan? Sungguh mengherankan bagi yang tidak bisa mengambil pelajaran dengan bencana serta tidak takut dengan murka  dan teguran besar dari  Allah ini. Seolah-olah  bencana mendunia ini merupakan hal yang biasa, sehingga potongan video dan gambar candaan terhadap wabah Corona perkara biasa saja. Menganggap remeh bencana ini dan jadi bahan candaan merupakan tipu daya syaithan yang harus kita tinggalkan karena bagian dari telah kerasnya hati kita. 

Tidakkah kita melihat orang-orang yang sakit dan mati setiap hari di sekitar kita karena terkena virus corona yang mematikan?  Apakah kita akan menunggu azab yang lebih dahsyat turun dari langit baru kita berhenti dari anggapan lucu-lucuan wabah mematikan ini? Sudahlah, berhentilah kita dari menjadikan wabah Corona ini bagian dari bahan tertawa. Jaga diri kita dari penyakit keras hati dengan menghadirkan candaan dari wabah penyakit yang menakutkan ini. 

Aceh saat ini tidak lagi menjadi daerah yang aman dari wabah Corona. Direktur Rumah Sakit Umum Zainal Abidin Dr. dr. Azharuddin, Sp Ot, sudah menyampaikan bahwa pasien PDP yang meninggal pada hari Senin 23 Maret 2020, positif terjangkit Covid-19. Dan ini adalah pasien pertama yang meninggal karena kasus Corona di Serambi Makkah. Dengan kasus ini kita dapat simpulkan bahwa, Aceh sudah tidak aman lagi dari covid-19 yang selama ini kita hanya mendengar muncul di daerah-daerah lain di Indonesia. 

Masihkah Kita Menganggap wabah Covid-19 ini sebagai bahan candaan? Masihkah kita menghadirkan potongan-potongan video lucu seputar wabah Corona? Bukalah mata hati dan pikiran kita, saat ini sekolah dan madrasah diliburkan, muazzin menghimbau shalat lima waktu dilakukan di rumah, Jumat ditertibkan dan bahkan diganti dengan shalat Zuhur,  perbatasan ditutup, kunjungan ke luar negeri dan daerah dibatasi, dan hampir satu bulan Masjidil Haram ditutup untuk pelaksanaan umrah sehingga Kakbah dan Raudhah Rasulullah sepi dari jama'ah. Apakah Allah membenci kita sehingga Allah Membatasi langkah kita ke rumah-Nya? Atau apakah Allah sedang berpaling dari kita? Ini adalah peringatan Allah kepada kita dan bukanlah bahan candaan. 

Sebagian salaf mengatakan bahwa: "Sungguh sangat rendah kedudukan seorang hamba, saat dia meninggalkan perintah Allah". Bukahkah penyakit ini peringatan Allah? Belum cukupkah wabah ini sebagai teguran Allah untuk kita sehingga kita masih menganggapnya sebagai bagian dari tawa dan canda? Berhentilah dari menjadikan wabah ini sebagai lelucon, korban sudah banyak berjatuhan di seantero dunia dan juga di seluruh daerah di Indonesia. Bila kita punya hati, jiwa dan darah, sikapi bencana ini dengan selalu bertaqarrub kepada Allah SWT. 

Pelajaran Besar dari yang Maha Besar
Bagi orang yang mau berfikir dan mau  menjadikan kasus Covid-19 sebagai pejaran untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Betapa tidak, kasus Corona ini penuh dengan misteri, karena sampai saat ini kita belum tahu siapa yang tertular dan siapa yang menularkan. Sehingga, ke mana saja kita melangkah akan selalu merasa was-was. Rasa takut akan terkena wabah Corona ini juga berpengaruh kepada psikis kita, sehingga kita selalu berada dalam kekhawatiran. 

Hemat penulis, bila kita dalami kasus Corona ini dengan kaca mata agama dan berfikir dengan mendalam, kita akan dapatkan beberpa pelajaran besar yang dititipkan oleh Allah SWT yang Maha Besar. Dan pelajaran tersebut akan mengantarkan kita semestinya untuk lebih takut dan lebih dekat kepada Allah SWT. Apa saja pelajaran itu? 

Pertama; Bagi orang yang dulu nya sangat susah silaturrahmi dan bila lebaran tiba, dia hanya menyampaikan selamat hari raya dan mohon maaf lahir dan bathin dengan media sosial dan jarang bertandang untuk saling salam-salaman, saat ini jabat tangan sudah dilarang  Ketika covid-19 muncul, dokter menghimbau agar tidak saling bersalaman satu sama lain, karena bersalaman akan rentan terkenak virus Corona. Apa yang harus kita lakukan saat ini dengan larangan jabat tangan tersebut? Bukankah ini pelajaran berharga ketika kita menyombongkan diri dengan tidak pernah menjabat tangan sanak keluarga kita selama ini dan hanya menggunakan media sosial saja untuk berkiriman pesan maaf?

Kedua; mungkin kita sangat jarang bertemu dengan Allah di rumah nya. Masjid-masjid banyak di sekeliling kita, tapi kita malas berkunjung untuk beribadah. Saat ini, lewat makhluk Allah SWT yang kecil yang namanya Corona, Allah hambatkan langkah kita ke rumah-Nya, karena dulunya saat Allah SWT memberikan kebebasan kepada kita memasuki masjid, malah kita malas beribadah di sana. 

Ketiga; Dulu shalat Jumat masih belum difatwakan ganti dengan shalat Zuhur, kita sering mengabaikannya. Ketika wabah datang dan kita ingin dekat dengan Allah SWT lewat shalat Jumat, Allah kirimkan perintahnya lewat fatwa MUI bahwa shalat Jumat dilakukan di rumah saja dan digantikan dengan shalat Zuhur. Kita mendekati Allah, sementara Allah sedang maujauhi kita. Na'uzubillah. 

Keempat; Banyak orang kaya dan punya kemampuan untuk umrah dan haji, namun tidak bersegera menunaikannya. Orang-orang kaya ini lebih cinta hartanya dan lebih senang menabung uangnya di bank dari pada menunaikan ibadah haji dan umrah. Saat wabah Corona muncul, kerajaan Arab Saudi menutup Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Dan tidak tertutup kemungkinan, pelaksanaan ibadah haji untuk tahun 1441 H/2020 M ini bakal gagal pelaksanaannya bila wabah Corona belum hilang. Ini merupakan teguran Allah yang sangat dahsyat, seakan-akan Allah menyampaikan pesan bahwa saat kesempatan dibuka lebar untuk haji dan umrah, kita terkesan cuek dan menganggapnya masih ada kesempatan. Tapi ketika akses ke Baitullah ditutup saat ini, rumah Allah mana lagi yang akan kita kunjungi?

Kelima; Sesama Islam sebelumnya, kita saling curiga, suka mengkafirkan satu sama lain. Kita lebih percaya non muslim dari pada sesama muslim. Internal agama tercabik-cabik karena perbedaan mazhab.  Persoalan sunnah dibesar-besarkan,  sehingga bila ada perbedaan furu'iyah, maka perbedaan tersebut menjadi permusuhan. Silaturrahmi putus dan malah orang yang berbeda Mazhab dianggap seperti musuh. Saat Wabah Corona datang, ke mana-mana saat ini kita curiga satu sama lain karena khawatir orang yang kita jumpai mengindap virus Corona, sehingga kita tidak saling sapa dan masing-masing menjaga jarak. Ya Allah, ampuni kami bila kami tersalahkan. 

Seperti Daun yang Dimakan Ulat 
Allah Berfirman: "Maka mengapa mereka tidak memohon kepada Allah dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaithan pun menampakkan keindahan kepada mereka tentang apa yang selalu mereka kerjakan". (QS. Al-An'am: 43)

Wabah Corona bukan lelucon dan juga buka bahan candaan di medsos. Stop membuat video pendek dan lucu tentang Corona. Korban sedang berjatuhan di Aceh. Orang yang meninggal karena virus Corona pun bukan bagian dari humor yang menjadi bahan tertawa kita. Lihatlah negara-negara hebat dan kuat ekonomi dan canggih ilmu kedokterannya, rakyatnya satu persatu tumbang bagaikan daun yang dimakan ulat. Tidak berdaya, segala usaha telah dilakukan. Bagaimanakah lagi dengan Indonesia yang ekonominya masih morat marit dan ilmu kedokteran serta  tenaga medisnya masih dipertanyakan? Allahu a'lam. 

Allah berfirman: "Tidaklah kami turunkan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan Allah), melainkan agar mereka takut". (QS. Al-Isra': 59).  Dari ayat ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa, semestinya dengan wabah Covid-19 ini kita lebih takut kepada Allah, ternyata manusia ini sangat lemah, rentan sekali terkena virus. Semestinya kita dengan wabah ini lebih banyak menangis dari pada membuat lucu dan humor. 

Selama masa perintah stay at home yang dianjurkan pemerintah kepada kita yang awalnya 14 hari dan belakangan ini malah bisa sampai bulan Mei 2020, lakukan hal-hal yang positif. Bila ada gejala pada kita sudah terinfeksi virus Corona, jujurlah kepada tim medis dan Jagan berbohong agar para medis bisa menangani penyakit kita dengan baik dan mereka pun tidak menjadi korban gara-gara kebohongan informasi yang kita sampaikan. 

Kejujuran kita akan menyelamatkan kita dan juga bisa menyelamatkan keluarga kita. Bagi yang belum tertular virus mematikan ini, berdiamlah diri di rumah dengan sabar dan tawakkal. Lakukan hal-hal yang positif. Baca Al-Quran, berzikir, baca buku-buku yang bisa menambah wawasan, atau mungkin mencoba untuk menulis sesuatu yang bisa dibaca oleh orang lain sebagai informasi yang bermanfaat. 'Allama bilqalam, saling berbagi ilmu dan informasi lewat tulisan pena, agar kita tidak stres selama menjalani anjuran "stay at home". 

Bek Tungang dan Ulok-Ulok 
Amru Bin "Ash pernah berkata:  "Wabah itu seperti api, dan kalian adalah bahan bakarnya. Saling menjauhlah kalian (PHYSICAL DISTANCING) agar api itu tidak memiliki bahan bakar yang dapat menyulutnya dan akhirnya ia akan padam dengan sendirinya". 

Perintah untuk berada di rumah yang telah dikeluarkan surat edarannya oleh Gubernur Aceh dan tenaga medis, marilah kita laksanakan dan kita patuhi dengan ikhlas agar terputusnya mata rantai virus Corona selerti anjuran Amru Bin 'Ash sahabat Rasulullah SAW. Dengan kita 'seumateh Hana Tungang', kecerobohan negara Italy tidak akan terjadi di negara kita. 

Seruan gubernur tentang stay at home dan juga bekerja di rumah tidak hanya berlaku untuk rakyat jelata saja, tapi juga berlaku untuk pejabat publik yang di dalamnya termasuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang Terhormat. Untuk anggota DPRA dan  pejabat publik lainnya, bila ada indikasi sudah masuk bagian Orang Dalam Pantauan (ODP), maka lakukan karantina diri dengan penuh kesadaran. Jangan 'ulok-ulok' dengan melayat ke rumah keluarga meninggal dunia atau berkunjung ke tempat pesta serta hindari ke warkop atau Coffe  Ayuk Wakil Rakyat dan Pejabat, jaga rakyat mu, karantina diri, "Beuseumateh" dengan  stay at home  dan Karantina, agar menjadi teladan bagi masyarakat.

Penulis merupakan Widyaiswara pada Balai Diklat Keagamaan Aceh
SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top