Oleh Sri Suyanta Harsa

sumber ilustrasi: risalah santri.com
Muhasabah 27 Rajab 1441
Saudaraku, tema muhasabah hari ini mencoba mengenang kembali peristiwa israk mikraj Nabi Muhammad saw di tengah dunia menghadapi covid 19 dan pemberitaannya. Bila tahun ke-11 kenabian (tahun 1 sebelum hjrah), Nabi Muhammad saw diisrakmikrajkan oleh Allah sebagai wisata spiritual dan terapi ilahiah atas problema dan kesedihan yang dialami Nabi, maka hari ini merupakan ulang tahun peringatan israk mikraj yang ke-1442 nya. 

Karena perolehan israk mikraj adalah disyariatkanNya shalat fardhu lima kali sehari semalam bagi seorang muslim, maka shalat di antaranya juga sebagai wisata spiritual dan terapi ilahiah umatnya atas segala masalah dan kesedihan sekaligus merupakan mikrajul mukminin telah mewarnai sejarah peradaban Islam yang gemilang.

Dikatakan sebagai wisata spiritual, karena secara imani saat israk mikraj Nabi Muhammad saw diperjalankan atau diwisatakan dari Makkah al-Mukaramah di Madjidil Haram ke masjidil Aqsha di Palestina, kemudian dinaikkan ke Sidratul Muntaha. 

Dikatakan sebagai terapi ilahiah, karena shalat sebagai perolehan israk mikraj yang dilatari oleh beragam problema dan kesedihan Nabi, maka shalat menjadi solusi dan penawar hati. Hal ibi bisa dipahami, karena peristiwa israk mikraj sendiri dilatari oleh problem kenabian dan problem kemanusiaan. Secara kenabian, risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw ternyata ditolak mentah-mentah oleh orang-orang kafir Makkah dan hanya sedikit sekali yang mengimaninya meskipun Nabi sudah berdakwah lebih dari sepuluh tahun. Secara manusiawi, Nabi Muhammad saw juga mengalami masa-masa sedih ('amul huzni) atas wafatnya pamannda yaitu Abu Thalib dan istrinda yaitu Khadijah. Padahal keduanya berperan besar pada diri Nabi dan risalah yang diembannya.

Dikatakan mikrajul mukminin, karena saat shalat, seorang hamba melalukan tarakhi naik melangit beraudensi dengan Allah secara langsung agar tetap eksis di bumi. Nah bagaimana logikanya, shalat dapat menuntun agar kita bisa bertahan eksis di muka bumi. Sebagaimana disyariatkan bahwa dalam sehari semalam kita wajib menegakkan shalat fardlu lima kali yaitu ISLAM (Isya, Subuh, Lohor, Asar, Magrib). Dan pada masing-masing waktu shalat ini terjadi perubahan yang relatif drastis dari satu kondisi ke kondisi berikutnya.

Semua kita hidup tidak terlepas dari pengaruh sosio kultural dan sosio alamiyah. Faktor alam, suhu udara, kadar cahaya dll akan sangat berpengaruh terhadap kita baik fisik maupun psikis. Perubahan ini terjadi karena bumi yang kita huni juga berputar mengitari matahari. Sehingga terjadi siklus pagi siang dan malam. Dalam ajaran Islam ternyata ibadah shalat, Allah ingin mengajarkan kita supaya akrab dan berteman dengan perubahan. Shalat Lohor (Dhuhur) ditunaikan saat terjadi perubahan menuju ke sangat panas siang hari, Asar ditunaikan saat perubahan suasana ke tidak panas sore hari, Magrib perubahan terang ke gelap, Isya saat menjadi lebih gelap dan Subuh ditunaikan saat terjadi perubahan dari gelap ke terang. Dengan demikian idealnya orang-orang yang shalat adalah orang-orang yang bukan saja harus adaptif terhadap perubahan yang terjadi tetapi harus senantiasa eksis di segala perubahan. 

Langkah praktis yang dilakukan saat hendak shalat adalah mengukuhkan kebersihan, baik lahir maupun batin. Bersih lahir kita dituntun untuk bersuci, berwudhuk, mengenakan pakaian yang bersih, dan menunaikannya di tempat yang kondusif karena kebersihannya, ketapiannya dan keindahannya. Bersih batin, kita dituntun meneguhkan hati bebas dari irihati, dendam, rakus, sombong dan sifat tercela lainnya sembari meluruskan niat hanya untuk mengabdi.

Di samping itu selama pelaksanasn shalat, kita juga dituntun khusyuk atau fokus dan disiplin terhadap apapun yang dibaca sesuai kaifiyatnya. Fokus dan disiplin menjadi sikap yang melekat saat shalat, maka akan memantul dalam perilaku sehari-srhari dalam menghadapi dan menyelesaikan problema kehidupan.

Oleh karena itu, sudah selayaknya, kita mensyukuri shalat sebagai mikrajul mukminin agar tetap eksis dan kemaslahatan di muka bumi. Pertama, meyakini sepenuh hati bahwa israk mikraj merupakan mukjizat yang dianugrahkan oleh Allah kepada rasul utusanNya, Nabi Muhammad saw. Kareba perolehan israk mikraj adalah shalat, maka shalat juga menjadi "mukjizat" bagi umatnya. Kedua, bersyukur dengan mengucapkan alhamdulillah Allah telah mengisrakmikrajkan Nabi Muhamnad saw untuk menerima titah shalat. Dengan shalat, selajutnya menjadi sarana penting bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bila sudah dekat dengan Allah, maka segala urusan hamba akan dimudahkan dan diberkahi. Ketiga, bersyukur dengan senantiasa melaksanakan pesan moral israk mikraj, terutama selalu menegakkan shalat lima kali sehari semalam dengan menghiasinya penunaian shalat-shalat sunat lainnya seperti shalat rawatib, dhuha, tahajud, witir, istiqarah dan lain sebagainya. Dengan sering dan bagusnya shalat akan terkondusikan kebersihan, kedisiplinan, kesehatan, dan kekhusyukan.

Sehubungan dengan tema muhasabah hari ini, maka dzikir pengkodisian hati penyejuk kalbu guna menjemput hidayahNya adalah membasahi lisan dengan lafal ya Allah ya Hafiz ya Allah ya Salam. Ya Allah, zat yang maha memelihara, zat yang maha menyelamatkan, anugrahi kami kearifan menghadapi segala ujian.
SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top