Oleh Abdul Rani Rianda

Covid-19 menyebar begitu cepat sehingga kita antara siap dan tidak siap untuk menghadapinya. Semua agenda Pemerintah sedikit terganggu, agenda dunia Pendidikan juga berimbas dengan adanya Covid-19.

Tak terkecuali untuk Perguruan Tinggi mulai Negeri sampai Swasta semua aktivitas dan kegiatan kampus mengalami sedikit permasalahan karena Covid-19. Aktivitas belajar di ruang, diskusi di ruang atau dimanapun semua sirna dan hilang seolah kebebasan dalam menjalankan aktivitas dan kehidupan dihapuskan dan dikunci.

Tepat pada hari Senin tanggal 16 Maret 2020 Surat Ederan dari Kementrian Agama dan Kementrian Pendidikan dan Rektor masing-masing Kampus untuk meliburkan sementara aktivitas belajar, tatap muka dan sebagainya di dalam ruang dan dilanjutkan dengan kuliah daring secara online disebabkan Covid-19 mulai menyerang negeri ini.

Untuk memanfaatkan waktu libur dan senggang dari aktivitas kampus sebahagian mahasiswa dan mahasiswi memanfaatkannya untuk beristirahat dari segala kelelahan dan jenuh dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari dikampus, baik yang kembali ke kampung halaman untuk berkumpul bersama keluarga dan sebagainya.

Nada dering ponsel berbunyi ,panggilan masuk dari orang tua yang mencemaskan anaknya sekedar menanyakan bagaimana keadaanmu Nak? Jika urusanmu di rantau selesai segeralah kembali kerumah!

Ada yang bergegas pulang kampung halaman ada yang masih setia untuk menyelesaikan segala urusan dan sembari menunggu keputusan dosen dalam proses belajar-mengajar selama masa melawan Covid-19.

Tanggapan dosen pun akhirnya datang dari media grup whatsapp dan medsos lainnya. Ada dosen yang memberi tugas online yang dinilai terlalu memberatkan mahasiswa dikarenakan ancaman yang muncul dari corona ini, ada juga dosen yang pengertian dan memaklumi semua mahasiswa dan mahasiswi dengan ancaman corona yang sedang terjadi.

Tatkala aktivitas dibatasi, social distancing diberlakukan, akses jalanan dan sarana penunjang mahasiswa seperti warung kopi dengan Wi-Fi nya dan kami harus tunduk patuh terhadap ucapan pemerintah untuk tidak bepergian kemana-mana. Tapi tugas terus bertambah dan sangat menyulitkan, Bagaimana kami mengatasi tanggung jawab kami dengan tugas tersebut?

Sulit dan susah sekali rasanya untuk menyelesaikan itu semua tapi apakah ada tanggapan dan respons yang baik dari dosen?

Saya pikir sedikit dosen yang mau memaklumi dan memperhatikan kemudharatan mahasiswa dan mahasiswinya apalagi yang tinggal sedikit jauh dari pusat layanan internet (pelosok). Belum lagi kami juga harus mengimplementasikan butir Tridarma Perguruan Tinggi tentang pengabdian, bahkan tidak sedikit dari kami yang langsung berada di tengah masyarakat di kampung untuk mensosialisasikan bahaya dan cara penanggulan Covid-19 ini ataupun sekedar pemberi informasi terhadap masyarakat atas perkembangan Covid-19. Jika memang benar banyak dosen yang memakluminya, saya rasa pasti tidak ada yang memprotes dan mengkritik kebijakan dosen tersebut, karena memang fakta seperti itu sehingga banyak mahasiswa dan mahasiswi berani mengkritik dan menolak arahan dan tugas yang diberikan.

Memang bantuan dari kampus dan pemerintah untuk menggratiskan kuota internet kepada mahasiswa/mahasiswi dan masyarakat pada umumnya ada, tapi jika kita mengoptimalkan kuota internet gratis yang diberikan untuk kita selama masa-masa sulit ini pasti tidak cukup terlebih mahasiswa/mahasiswi yang memiliki tugas yang banyak terlebih lagi Surat Keputusan dari Kementrian Pendidikan dan Kementrian Agama untuk memperpanjang libur kuliah sampai akhir semester genap ini. Belum lagi penyebaran isu hoax terkait kuota gratis ini sangat dahsyat membuat rasa kepercayaan terhadap pihak yang terkait semakin berkurang disebabkan kurangnya sosialisasi dari pihak tersebut untuk memberi edukasi cara memilahnya kepada mahasiswa/mahasiswi dan masyarakat pada umumnya.

Di dalam ruangan kita diajarkan untuk selalu bersikap kritis apapun yang terjadi dan konsenkuensinya. Maka dari itu kami mencoba mengimplementasikan apa yang diajarkan oleh dosen untuk bersikap kritis disetiap saat, kekritisan kami akan terus muncul dan hidup jika rasa keadilan tak dihargai dan memaklumi keadaan seperti ini tak menjadi bahan perhitungan.

Bukan kami tidak mematuhi tugas yang bapak dan ibu dosen berikan, bukan bermaksud menolaknya, bukan juga niat ingin memberontak tapi semua ini kami lakukan karena terpaksa dengan kondisi keadaan, tapi kami juga mengharapkan kepada dosen agar juga memaklumi dan memperhatikan nasib dan kehidupan kami dikala pandemi Covid-19 ini. Semua akan terlihat baik dan aman jika kita sama-sama menghargai dan memaklumi situasi sulit ini.

Demikian secuil curhatan saya mewakil teman yang lain kepada bapak dan ibu dosen yang saya hormati. Jika ada kata yang kata yang menyinggung perasaan kami minta maaf.

Penulis merupakan mahasiswa Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan anggota Kementrian Polhukam Dema Universitas UIN Ar-Raniry, Banda Aceh.
SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top