Oleh Dr. Sri Suyanta Harsa, MAg
Dosen FTK UIN Ar-Raniry

sumber ilustrasi: kumparan.com
Muhasabah 29 Dzulqaidah 1441
Saudaraku, masih bermaksud meneruskan kajian tentang pranata keluarga, maka tema muhasabah hari ini akan menegaskan bahwa keluarga merupakan pranata pertama sekaligus terakhir bagi setiap orang yang hidup dan berkiprah dalam kehidupannya di dunia ini. Maka diberi judul Keluarga: tempat akhir menutup mata.

Meski harus disesuaikan, dalam konteks ini saya teringat lirik lagu "Indonesia Pusaka" karya Ismail Marzuki. "Indonesia tanah air beta; pusaka abadi nan jaya: Indonesia sejak dulu kala: tetap di puja-puja bangsa. di sana tempat lahir beta: dibuai dibesarkan bunda: tempat berlindung di hari tua: tempat akhir menutup mata".

Inilah keluarga, tanah tumpah darah (baca negeri Indonesia), sebagai tempat setiap orang dari bangsa ini dilahirkan sekaligus tempat terakhir menutup mata di saat wafat pulang ke haribaan Allah ta'ala. Karena lazimnya, setiap orang dibedong saat lahir dan dikafani saat mati di sini, di rumah oleh keluarga sendiri. Semua orang berangkat dari keluarga, dan akhirnya pulang ke keluarga untuk "mandito" sembari menyambut Israil sang malaikat pencabut nyawa hingga saat menutup mata tiba.

Oleh karena itu, setelah beranjak dewasa dan seandainya merantau atau bepergian ke wilayah mana saja bahkan manca negara sekalipun karena suatu alasan tertentu, maka "pulang" merupakan kata yang paling indah didengar, aktivitas yang dirindunantikan untuk segera diwujudkan oleh setiap orang. Dan yang namanya pulang saat hidup di dunia ini, ya ke rumah sendiri, ke keluarga masing-masing.

Saat beraktivitas belajar, mengajar atau mencari nafkah di luar, maka pulang ke rumah merupakan instrumen yang menyediakan kesempatan bercengkrama dengan keluarga sekaligus istirahat agar esok hari lebih bersemangat meraih cita cinta diri dan keluarga di bawah naungan keridhaan Allah ta'ala.

Dalam penyelenggaraannya, institusi pendidikan formal di sekolah/madrasah dan non formal dalam masyarakat harus merujuk dan bekerjasama dengan keluarga (institusi pendidikan informal), apalagi mengalami saat masalah dengan seorang siswa, guna menyelesaikan masalahnya. Bahkan bila menemui titik buntu, maka anak akan dikembalikan pada keluarga tercinta. Kisah Albert Einstein menjadi contoh yang melegenda dimana sekolah dasarnya tak sanggup mendidiknya karena "keistimewaan susah didiknya".

Dengan demikian, atas karunia Allah,  keluarga adalah segala-galanya. Di samping itu, saat di usia senja, maka berkumpul dengan keluarga; isteri atau suami, anak-anak dan cucunya di kampung halaman, tanah tempat tumpah darahnya saat dilahirkan merupakan kecenderungan dan keinginan setiap orang. Bahkan saat sudah meninggal duniapun, jenazahnya minta dikuburkan kuburan keluarganya di kiri atau kanan atau seputar anggota keluarga yang sudah duluan dipanggil oleh Allah ta'ala.

Editor: smh
SHARE :
 
Top