Oleh Sri Suyanta Harsa

sumber ilustrasi: 1313corner
Muhasabah 17 Dzulqaidah 1441
Saudaraku, karena sudah menjadi tuntutan kemanusiaan, tuntunan kemuliaan dan tatanan peradaban Islam, maka keluarga merupakan karunia dari Allah yang harus disyukuri. Di antara alasan inilah, maka tema muhasabah hari ini berjudul keluargaku: rasa syukurku. 

Syukur dalam Islam dimaksudkan sebagai ungkapan dan ekspresi terima kasih dari manusia kepada Allah atas segala nikmat yang telah dicurahkan kepadanya. Artinya segala keadaan dan karunia yang dinikmati oleh manusia merupakan anugrah Allah ta'ala semata melalui jalan dan ketetapanNya yang maha sempurna. Secara umum, sikap berterima kasih kepada Allah atas segala anugrahnya dilakukan baik dengan hati, lisan maupun perbuatan nyata. Oleh karena itu,  keluargaku syukurku dimaknai dengan merujuk pada tiga sikap ini.

Pertama, mensyukuri di hati yakni meyakini sepenuh hati bahwa orangtua atau ayah dan ibu kita, pasangan hidup atau jodoh kita baik isteri maupun suami, anak-anak kita adalah orang-orang terbaik dan pribadi-pribadi pilihan yang sengaja dikirim oleh Allah ke tengah kehidupan kita masing-masing. Mereka semua tanpa terkecuali adalah "pahalawan" dan menjadi ladang amal bagi yang satu untuk lainnya. Oleh karena itu, semua anggota keluarga harus kontributif, partisipatif, komplementatif, saling asih asah asuh untuk meraih bahagia di dunia, dan di kehidupan akhirat di surga bersama-sama. 

Seandainya ada di antara mereka yang belum mendapat hidayah dan belum seperti yang didambakan oleh keluarga, maka doa-doa dalam shalat dhuha dan tahajud anggota keluarga lainnya yang disertai upaya insani sebaiknya dilakukan tanpa henti. Kita tidak mengetahui amalan dan doa mana dan dari siapa di antara anggota keluarga kita yang kemudian menjemput keridhaan  dan karunia Allah ta'ala. Maka kita tidak boleh berputus asa untuk terus memohon ke haribaanNya saja.

Untuk memelihara keutuhan keluarga dan rasa bahagianya, maka mesti diusahakannya bersama juga. Adalah kontra akhlaqul karimah bila sampai ada yang mengatakan atau merasakan bahwa "rumput tetangga lebih hijau" untuk membandingkan keluarga kita dengan keluarga tetangga, apalagi untuk maksud membandingkan suami atau isteri. Juga ungkapan "lihat anak orang -  ingat anak sendiri, lihat isteri atau suami orang - lupa isteri atau suami sendiri". Naudzubillahi min dzalika!

Kedua, mensyukuri dengan lisan seraya memperbanyak melafalkan ungkapan-ungkapan syukur seperti membaca alhamdulillahi rabbil 'alamin  Alhamdulillah masih diberi kesempatan melayani dan takdhim ke ayah dan ibu atau salah satu dari keduanya. Alhamdulillah  dianugrahi jodo (jodoh biasanya serasi seiya sekata dalam menggapai ridha Allah) bukan sekedar bojo atau istri/suami. Alhamdulilah dikaruniai anak-anak yang dengan kehadirannya menjadikan suasana keluarga menjadi lebih ceria dalam mendukung ketaatan kepada Rabbnya. Alhamdulillah dikaruniai abang, kakak, adik, dan keluarga besar yang sama-sama dalam cinta dan cinta kepada Allah ta'ala.

Ketiga, mensyukuri dengan tindakan konkret, seperti saling asih asah dan asuh dalam mendukung ketataan dan ketakwaan pada Rabbnya. Masing-masing anggota keluarga memiliki hak, kewajiban, peran dan tanggungjawab yang bisa jadi berbeda-beda, namun semuanya harus bersinergi untuk meraih bahagia bersama di bawah keridhaan Allah ta'ala.

Oleh karenanya tidak etis bila ada pelakuan diskriminatif terhadap salah satu atau beberapa orang dari anggota keluarga yang ada. Semuanya harus saling bahu membahu, membantu mewujudkan cita cinta bersama. Dalam ketaatan kepada Allah, berkumpul bersama keluarga sehingga bahagia di dunia, dan bisa bersama berkumpul dengan keluarga meraih surga di akhirat nantinya. 

Dalam hal ini Allah berfirman yang artinya Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik (yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu (Qs. Al-Ra'du 22-24)

Maha benar Allah dengan segala firmanNya.
SHARE :
 
Top