Oleh  Sri Wahyuni, S.Pd.I.
(Guru MAN 6 Aceh Utara)


Selamat Hari Guru Nasional Ke-75 Tahun 2020

Guru merupakan profesi mulia dituntut memiliki kecakapan dalam mengajar secara profesional. Selain harus menguasai materi pembelajaran yang baik guru juga harus mampu mendesain model pembelajaran serta memberikan motivasi belajar yang baik bagi siswa.

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan.

Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

Dengan ’’motif’’ dimaksud segala daya yang mendorong seorang anak tidak berbuat seperti seharusnya, maka harus diselidiki apa sebabnya. Sebab-sebab ini sering bermacam-macam, mungkin ia tak sanggup, sakit, lapar, benci, kepada pekerjaan atau kepada guru, tak pandai belajar, sibuk dengan pekerjaan lain, dan sebagainya.

Dengan motivasi dimaksud usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga anak itu mau, ingin melakukannya. Bila ia tidak suka, ia akan berusaha untuk mengelakkannya. Anak-anak akan giat mengangkat batu untuk mendirikan benteng dalam permainan perang-perangan, tetapi mereka tidak sudi menggeser sebuah batu pun kalau pekerjaan itu tak menarik, kecuali dengan paksaan dan pengawasan. Anak yang mempunyai inteligensi tinggi mungkin gagal dalam pelajaran karena kekurangan motivasi. Hasil yang baik tercapai dengan motivasi yang kuat. Anak yang gagal tak begitu saja dapat dipersalahkan. Mungkin gurulah yang tak berhasil memberi motivasi yang membangkitkan kegiatan pada anak.

Memberi motivasi bukan pekerjaan yang mudah. Motivasi yang berhasil bagi seorang anak atau suatu kelompok mungkin tak berhasil bagi anak atau kelompok lain.

Menurut seorang ahli ilmu jiwa dalam motivasi ada suatu hierarki, yaitu motivasi itu mempunyai tingkatan-tingkatan dari bawah sampai ke atas yakni:

1. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat, dan 

        sebagainya.

2. Kebutuhan akan keamanan, (security), yakni rasa terlindung, bebas dari takut dan kecemasan.

3. Kebutuhan akan cinta dan kasih: rasa diterima dan dihargai dalam suatu kelompok ( keluarga, sekolah, teman sebaya ).

4. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi.

Suatu hal yang penting ialah, bahwa motivasi pada setiap tingkat yang di atas hanya dapat dibangkitkan apabila telah dipenuhi tingkat motivasi di bawahnya. Bila kita ingin anak belajar dengan baik ( tingkat 5 ), maka haruslah terpenuhi tingkat (1) s/d (4). Anak yang lapar, merasa tak aman, yang tak dikasihi, yang tak diterima sebagai anggota masyarakat kelas, yang guncang harga dirinya, tidak akan dapat belajar dengan baik.

Motivasi dapat timbul dari dalam individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh, dari dalam dan dari luar dirinya. Hal ini akan di uraikan sebagai berikut:

a. Motivasi Intrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin menjadi orang berguna bagi agama, nusa, bangsa, dan negara. Oleh krena itu, ia rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain. 

b. Motivasi Ekstrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya anak mau belajar karena di suruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya. 

Bila seorang belajar untuk mencari penghargaan berupakan angka, hadiah, diploma, sarjana dan sebagainya, ia didorong oleh motivasi eksintrik, oleh sebab itu tujuan – tujuan itu terletak di luar perbuatan itu, yakni tidak terkandung di dalam perbuatan itu sendiri. “The goal is artificially introduced”. Tujuan itu bukan sesuatu yang wajar dalam kegiatan. Anak – anak didorong oleh motivasi intrinsik, bila mereka belajar agar lebih sanggup mengatasi kesulitan – kesulitan hidup, agar memperoleh pengertian, pengetahuan, sikap baik, penguasaan kecakapan. Hasil – hasil itu sendiri telah merupakan hadiah.

“The reward of a thing well done is to have done it” (Emerson). Ganjaran bagi sesuatu yang dilakukan dengan baik ialah telah melakukannya. Jadi motivasi ekstrinsik disini tidak perlu.

Akan tetapi di sekolah sering digunakan motivasi ekstrinsik seperti angka – angka, pujian, ijazah, kenaikan tingkat, celaan, hukuman, dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik dipakai oleh sebab pelajaran – pelajaran sering tidak dengan sendirinya menarik dan guru sering kurang mampu untuk membangkitkan minat anak.

c.    Manfaat Motivasi

Tensing dan Hillary rela menderita susah payah untuk mencapai puncak Mount Everest. Tukang becak mendayung becak di panas terik atau hujan lebat membawa muatannya melalui jalan yang mendaki. Pemain bulu tangkis berlatih berjam-jam lamanya setiap hari untuk menghadapi pertandingan internasional. Pelajar mengurung dirinya dalam kamar untuk menyiapkan dirinya menempuh ujian. Di belakang setiap perbuatan kita terdapat suatu motivasi yang mendorong kita melakukannya.

Juga untuk belajar di perlukan motivasi ’’Motivasion is an essential condition of learning’’. Hasil belajar pun banyak di tentukan oleh motivasi. Makin tepat motivasi yang kita berikan, makin berhasil pelajaran itu. Motivasi menentukan intensitas usaha anak belajar.

Motivasi melepaskan energi atau tenaga yang ada pada seseorang.

Setiap motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan. Tensing dan Hillary mungkin ingin membuktikan kesanggupan manusia untuk menaklukan puncak tertinngi itu. Tukang becak menahankan panas dan hujan untuk mencari nafkah bagi anak isterinya.

Motivasi mempunyai tiga fungsi:

a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai

c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus di jalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu. Seorang yang betul-betul bertekad menang dalam pertandingan, tak akan menghabiskan waktunya bermain kartu, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Dalam bahasa sehari-hari motivasi dinyatakan dengan: hasrat, keinginan, maksud, tekad, kehendak, cita-cita, keharusan, kesediaan, dan sebagainya.

Hubungan antara guru dan motivasi

Pengetahuan tentang timbulnya motivasi belajar serta hambatan belajar memperoleh makna pedagogis yang istimewa, apabila dipertimbangkan dua hal berikut ini:

1. Penyebab utama timbulnya pengukuhan positif maupun negatif, atau dengan perkataan lain pengalaman berhasil atau gagal bukanlah pada suatu   fenomena alam yang misterius, melainkan pada pengajar.

2. Perkiraan akan gagal dan hambatan belajar di peroleh dalam proses interaksi sosial yang buruk kondisinya. Karena itu umumnya dapat dilenyapkan lagi dengan mengadakan kondisi belajar yang baik.

Dengan lain perkataan, pengajar dapat sangat mempengaruhi perkembangan motivasi dengan jalan membentuk corak pengajarannya secara selaras serta melalui bentuk-bentuk perilaku tertentu dalam interaksi yang berlangsung antara dirinya dan pengajar. Dengan begitu timbul pertanyaan, Bagaimanakah seharusnya sikap pengajar agar mendorong timbulnya motivasi belajar? Untuk menjawabnya, di perhatikan berbagai aspek:

- Perilaku yang memperkukuh perilaku belajar,

- ’’ Teknik-teknik motivasi’’ khusus untuk pengajar,

- Gaya interaksi sosial dalam proses mengajar dan belajar pada umumnya.

Pengaruh motivasi terhadap keberhasilan siswa : 

1) Mendorong pengukuhan positif pada diri siswa.

2) Merangsang aktivitas belajar secara mandiri

3) Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar pula motivasi dalam melakukan suatu perbuatan.

4) Membantu murid untuk menyadari kelebihan dan kelemahan diri sendiri.

5) Mendorong siswa menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri. 

Demikianlah ulasan singkat ini semoga bermanfaat bagi para guru dalam menumbuhkan motivasi belajar pada siswa. Sehingga proses belajar mengajar di kelas berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang diharapkan. Karena pendidikan merupakan senjata paling ampuh untuk mengubah peradaban sebuah bangsa menuju ke arah yang lebih baik. Guru adalah pilar kemajuan bangsa yang mendidik generasi muda menjadi manusia yang andal untuk masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Nolker, Helmut dan Eberhard Schoenfeldt. 1988. Pendidikan Kejuruan. Jakarta : PT Gramedia. 

NK, Roestiah. 1994. Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem. Jakarta : Rineka Cipta.

Guru Profesional dan dari berbagai sumber yang akurat.

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top