Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Menjadi Guru Profesional 

Hafsah merupakan istri keempat Rasulullah setelah beliau menikahi Aisyah binti Abu Bakar sicantik yang cerdas dan pencemburu berat. Nama lengkap Hafsah adalah Hafsah binti Umar bin Khathab bin Naf'al bin abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qutr bin Rajah bin Adi bin Luay dari suku Arab Adawiyah.

Menurut Muhammad Hafil,  Hafsah seorang perempuan yang hidup dalam keluarga berakhlak mulia. Ia dilahirkan dikalangan orang-orang shalih yang termasuk sahabat Rasulullah. Dia lahir disaat pemindahan hajarul Aswad, satu tahun dengan lahirnya Fatimah Azzuhra, putri Rasulullah saw  (Publika.co.id, 16/5/2020).

Hafsah anak seorang Umar bin Khathab yang berwatak keras dan tegas. Sekaligus musuh utama Islam yang sangat ditakuti banyak orang ketika itu. Bahkan sebelum Islam, Umar pernah membunuh anak perempuan kandungnya dengan menguburkan secara hidup-hidup, tetapi setelah masuk Islam Umar menjadi pembela Islam di barisan paling depan. Wataknya yang keras dimanfaatkan untuk melindungi Rasulullah dan dakwah Islam.

Hafsah memiliki watak yang tidak jauh berbeda dengan ayahnya. Ia sosok  perempuan pemberani, tegas, dan berkepribadian kuat. Ia masuk Islam dalam usia sepuluh tahun. Hafsah adalah sahabat  terdekat Aisyah. 

Menurut Eraslan dalam novelnya "Aisyah", Hafsah perempuan pembelajar. Rasulullah sangat memerhatikan  pendidikan, sehingga Beliau menugaskan Syifa binti Abdullah untuk membantu Hafsah belajar. Syifa mengajarkan Hafsah membaca, menulis dan menghafal.  Berkat ketekunannya, Hafsah menjadi seorang yang berpendidikan dan memahami banyak pengetahuan, serta hafalan hadits-hadits. 

Hafsah adalah  janda dari Khunais bin Muzdafah As-Sahmi. Ia tergolong orang yang pertama masuk Islam. Khunais wafat dalam perang Ubud yang membuatnya terluka parah hingga gugur sebagai syuhada. Setelah peristiwa tersebut, Hafsah dikembalikan kepada ayahnya Umar bin Khathab. 

Muhammad Hanif menulis, setelah Hafsah menjanda, Umar menaruh perhatian dan peduli terhadap putri tercintanya. Ia menawarkan Ali bin Abi Thalib untuk menjadi pendamping putrinya dengan berkata, "Jika engkau berkenan, aku akan menikahkan putriku untukmu." Pada saat tersebut Ali menjawab, "Saya akan pertimbangaknnya terlebih dahulu." Tak berapa lama kemudian Ali memberi jawaban, bahwa ia tidak akan menikah lagi. Jawaban tersebut cukup membuat Umar mengerti (Publika.co.id).

Setelah penolakan Ali,  Umar menawarkannya kepada Abu Bakar Assiddiq, ternyata Abu Bakar juga menolaknya dengan alasan yang sama dengan Ali. Hal tersebut membuat Umar bersedih dan kecewa. Ia merasa tidak ada yang pantas untuk putrinya.

Kekecewaan tersebut membuatnya mendatangi Rasulullah untuk menceritakan  kekecewaannya terhadap Ali dan Abu Bakar. Mendengar peristiwa yang menimpa Umar, Rasulullah tersenyum sambil berkata, "Apakah engkau tidak mau mendapatkan yang lebih baik dari keduanya?" Umar dengan heran menjawab, tentu saja ya Rasulullah, tetapi siapa? Rasulullah menjawab, "Aku akan menikahinya." Mendengar jawaban Rasulullah, Umar sangat senang dan bahagia. Ternyata Hafsah mendapatkan suami lebih baik dari yang diharapkan. Dia mengabarkan berita gembira ini kepada Hafsah putrinya.

Kemudian Rasulullah menjelaskan kepada Umar, bahwa Ali dan Abu Bakar bukanlah menolak tawaran Umar untuk menikahi putrinya, tetapi mereka telah mengetahui rencana Rasulullah menikahi Hafsah. Rasulullah pernah mengungkapkan perasaannya kepada keduanya. 

Abu Bakar berkata, andaikan tidak ada yang menghalanginya, maka sungguh dia tidak akan menolaknya, tetapi mereka tidak akan melangkahi maksud dan tujuan Rasulullah. Namun Abu Bakar dan Ali tidak mungkin menyebarkan rahasia Rasulullah kepada Umar sebelum Beliau sendiri yang menyampaikannya. Baginda menikahi Hafsah binti Umar bulan Sya'ban tahun ketiga hijriah. 

Demikian kisah Hafsah binti Umar, seorang wanita mulia sekaligus istri shalihah. Ia ummul mukminin keempat setelah Aisyah. Semoga keteladanannya menjadi pembelajaran bagi kita, khusunya kaum wanita. Mari kita mengikuti jejak ibunda Hafsah dengan terus  menjadi seorang pembelajar yang tiada batas tempat dan waktu. Belajar memang tanpa mengenal waktu dan tempat. Rasulullah berpesan agar kita belajar dari ayunan hingga ke liang lahat. Mari terus belajar.

Editor: smh

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top