lamurionline.com -- ADA  satu sesi menarik dalam rangkaian halaqoh para kader Hidayatullah, yakni sesi tadabur Qur’an. Mengapa menarik? Sebab, ada saja hal baru yang dikemukakan para kader Hidayatullah saat menadaburkan satu ayat al-Qur’an.

Ada yang mencoba merenungi ayat tersebut dengan mengaitkannya pada peristiwa-peristiwa yang ia alami pada masa lampau. Ada juga yang mencoba memberi nasehat dengan mengutip hadis atau perkataan ulama yang ia kuasai, tentu disesuaikan dengan tema ayat tersebut.

Namun, ada juga yang malah memancing pertanyaan baru terkait tema ayat tersebut yang menyebabkan peserta halaqoh lain tertarik untuk mengomentarinya. Sesi ini rupanya telah mengajarkan kepada semua kader Hidayatullah untuk mau menadaburkan Qur’an.

Tadabur bermakna merenungi sesuatu dengan sungguh-sungguh. Perenungan tersebut harus sampai kepada maknanya, bukan sekadar artinya. Bahkan, seringkali proses tadabur dilakukan dengan cara memperhatikan sesuatu dari berbagai sisi dan berulang-ulang.

Memang, jika kita hendak menadaburkan ayat-ayat al-Qur’an, maka sebaiknya kita juga membaca artinya, tafsirnya, hingga paham maknanya. Bahkan, bila masih dianggap kurang, kita bisa melengkapinya dengan membaca sirah (sejarah) para Nabi dan orang-orang shaleh terdahulu.

Namun, jika kita belum sempat mempelajari itu semua, tak mengapa. Renungi saja ayat-ayat tersebut semampu yang kita bisa. Bila perlu ulangi lagi di lain kesempatan. Insya Allah, itu semua akan menambah keimanan kita.

Anjuran soal tadabur difirmankan oleh Allah Ta’ala dalam beberapa ayat al-Qur’an. Misalnya, surat An Nisa [4] ayat 82, “Maka tidakkah mereka menadaburkan al-Qur’an? Sekiranya (al-Qur’an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.”

Anjuran lainnya terdapat dalam surat Shad [38] ayat 29, “(Al-Qur’an) ini adalah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka menadaburkan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran (yang baik).”

Yang menarik, bila kita simak redaksi ayat-ayat tentang tadabur di atas  maka akan paham kita bahwa tadabur al-Qur’an tak akan bisa dilakukan oleh orang-orang munafik dan kafir, meskipun Allah Ta’ala telah menjamin kebenaran isinya dan tak akan ada pertentangan antara ayat yang satu dengan yang lainnya.

Bahkan, dalam suatu riwayat, sebagaimana diungkapkan oleh Hisyam bin Urwah, bahwa ayahnya pada suatu hari mendengar Rasulullah SAW membaca al-Qur’an surat Muhammad [47] ayat 24, “Maka apakah mereka tidak merenungi (menadaburkan) al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?”

Kemudian seorang pemuda dari Yaman ketika mendengar ayat tersebut berkata, “Bahkan hatinya memang terkunci hingga Allah sendirilah yang membukanya.” Perkataan pemuda ini sangat berkesan di hati Umar bin Khaththab. Pemuda tersebut seperti hendak mengatakan bahwa orang-orang munafik dan kaum kafir tak akan mampu menadaburkan al-Qur’an karena hati mereka telah terkunci. Hanya Allah Ta’ala saja yang mampu membukanya.

Karena itu, mari kita mulai menadaburkan al-Qur’an. Baca baik-baik isinya, dan renungkan maknanya. Bila semua itu tak membuat iman kita bertambah, maka berhati-hatilah! Boleh jadi itu pertanda sudah ada penyakit di hati kita. Wallahu a ‘lam.* (Hidcom)

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top