Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Menapaki Jejak Rasulullah dan Sahabat

Harta adalah amanah yang dititipkan Allah kepada hamba-Nya. Islam mewajibkan umatnya  menjaga amanah dengan baik karena Allah akan meminta pertanggungjawaban di akhirat nanti. Bagi orang beriman, ia pasti akan membelanjakan hartanya di jalan Allah. Sebaliknya, bagi yang serakah akan mengumpulkan harta banyak-banyak, kemudian menyimpannya. Padahal, harta yang disimpan akan mendatangkan bencana dan penyesalan ketika kematian tiba. Orang serakah tentu pelit, ia enggan membagikannya kepada orang lain, karena khawatir hartanya akan berkurang dan habis. 

Perihal tersebut berbeda dengan seorang insan zuhud yang lapang dada selapang harapannya di hari kebangkitan nanti. Seorang yang kaya raya, kekayaannya sanggup menafkahi hampir seluruh penduduk Madinah dan sekitarnya. Akan tetapi hidup kesederhanaan menjadi pakaiannya dalam kehidupan sehari-hari. Dialah  saudagar sukses yang tiada tandingnya di Madinah saat itu. 

Lelaki yang berperawakan putih dan tinggi ini seorang sahabat yang telah dijamin masuk surga oleh Rasulullah saw dengan cara merangkak. Mujahidin yang ikut di berbagai perang, hingga menyebabkan kakinya menjadi pincang dan lidahnya cedal akibat korban dalam perang Uhud. Ia memiliki dua puluh bekas luka sabetan pedang dan tombak di bagian tubuhnya. Itulah dia Abdurrahman bin Auf, salah seorang sahabat Rasulullah saw yang sangat dermawan. Mari kita buka kisah dan sejarah mempesona yang menggugah hati ini. 

Dalam bukunya Biografi 60 Sahabat Nabi saw Khalil Muhammad Khalil mengisahkan, suatu hari di kota Mekah muncul kepulan asap yang membumbung tinggi ke udara. Sehingga menutupi hampir seluruh permukaan kota Mekah dan sekitarnya. Hal tersebut mengundang perhatian besar bagi seluruh penduduk Mekah, termasuk Sayyidah Aisyah ummul mukminin. Ia bertanya, apakah gerangan yang terjadi? Seseorang menjawab, "Kafilah Abdurrahman bin Auf datang dari Syam dengan membawa barang-barang dagangannya." Aisyah bertanya lagi, "Jadi kabilah itu yang menyebabkan goncangan dahsyat ini terjadi?" "Benar Ummul Mikminin. Jumlahnya tujuh ratus kendaraan." Ummul Mukminin Aisyah  mengeleng-gelengkan kepalanya. 

Sebelum hartanya diturunkan dari kendaraan, Abdurrahman bin Auf menemui Ummul Mikminin Aisyah sebagai penghormatannya. Ia datang mengabarkan peristiwa yang terjadi, seraya meminta kesaksian kepada Aisyah, bahwa kabilah ini dengan semua muatan barangnya beserta kendaraan dan perlengkapannya akan  dipersembahkan ke jalan Allah Swt. Seluruh muatan yang berjumlah tujuh ratus  kedaraan semuanya akan  dibagi-bagikan kepada seluruh penduduk Madinah dan sekitarnya. 

Abdurrahman seorang pedagang hebat yang sukses. Namun, harta yang ia dapatkan bukan untuk berfoya-foya. Akan tetapi di dalamnya terdapat hak Allah yang ia penuhi dengan baik. Ia menggunakan hartanya untuk memperkokoh persaudaraan, kekeluargaan, dan keperluan tentara Islam. 

Perniagaan Abdurrahman bin Auf memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. Seakan sebongkah batu yang dia angkat akan terdapat emas dan perak dibawahnya. Begitulah  bayangan kesuksesan bisnisnya. Sehingga pada suatu hari Rasulullah saw bersabda, "Wahai Ibnu Auf, engkau termasuk golongan orang kaya dan engkau akan masuk surga dengan merangkak. Karena itu, pinjamkanlah hartamu kepada Allah, agar Dia mempermudah langkahmu."

Setelah mendengar nasihat tersebut, Abdurrahman bertambah yakin dengan janji Allah. Ia pernah menjual tanahnya seharga 40 ribu dinar. Kemudian uang  tersebut dibagi-bagikan kepada keluarga Bani Zuhrah, para istri nabi dan kaum muslim yang miskin. Tidak hanya itu, di hari yang lain ia juga ia menyerahkan 500 ekor kuda untuk perlengkapan perang. Pada hari yang lain lagi ia menyerahkan seribu lima ratus kendaraan unta kepada tentara Islam.  

Khalil Muhammad Khalil  menulis, Abdurrahman sosok yang pandai mengendalikan hartanya dan bukan harta yang mengendalikannya. Buktinya ia tidak mau celaka dengan mengumpulkan dan menyimpannya. Hartanya bukan untuk dinikmati sendiri, melainkan untuk dinikmati bersama keluarga, kerabat, dan seluruh masyarakat Madinah dan sekitarnya.           

Dikarenakan hal tersebut hingga ada yang mengatakan bahwa seluruh penduduk Mekah berserikat dengan harta Abdurrahman bin Auf. Ia juga membagikan hartanya kepada tiga bagian, yaitu, sepertiga untuk dipinjamkan kepada mereka, sepertiga untuk membayar hutang-hutang mereka dan sepertiga lagi dibagi-bagikan kepada mereka. Begitu banyak harta Abdurrahman bin Auf, namun tak ada yang tersimpan melainkan  disedekahkan semuanya.

Kehidupan perdagangan Abdurrahman bin Auf sudah baik sejak masa Rasulullah saw hingga sepeninggalnya. Perniagaannya sukses dengan keuntungan yang besar. Salah satu faktor kesuksesannya melalui keberkahan karena kejujurannya dalam berdagang. Ia sangat selektif menjaga hartanya dari cara jual beli yang syubhat apalagi yang haram. Kajayaan tidak membuat dirinya lupa daratan, sehingga diperbudak oleh harta. Sebaliknya, hartalah yang menjadi budaknya, karena ia mampu mengendalikannya dengan sangat baik.  

Menjelang wafat, Abdurrahman mewasiatkan 50 ribu dinar untuk diinfakkan. Bagi setiap orang yang pernah ikut perang Badar dan masih hidup, masing-masing mendapatkan 400 dinar. Sehingga Utsman bin Affan juga ikut mendapatkan bagian dari wasiat tersebut, meskipun ia kaya. Utsman  berkata, "Harta Abdurrahman bin Auf halal lagi bersih, dan memakan harta itu membawa keselamatan dan keberkahan."

Khalil menyebutkan, pada saat ajalnya sudah mendekat, Ummul Mukminin Aisyah menawarkan kemuliaan khusus baginya. Ia meminta agar Abdurrahman bin Auf bersedia dikuburkan di pekarangan rumahnya, bersebelahan dengan Rasulullah, Abu Bakar dan Utsman. Namun ia  menganggap dirinya tidak pantas dan merasa malu menerima tawaran tersebut. Ia minta disatukan bersama sahabatnya Utsman bin Mazh'un sesuai dengan perjanjian mereka ketika masih bersama-sama. 

Sang hartawan yang dermawan berjalan menuju tempat keabadian yang dirindukan. Air mata  mengalir di kedua sudut matanya. Mulutnya bergerak-gerak menyebut asma Allah. Ketenangan menyertainya dengan bibir tersenyum tipis menghiasi wajahnya yang bercahaya. Ia terkenang dengan ucapan Rasulullah saw:  "Abdurrahman bin Auf di dalam surga." Subhanallah. 

Begitulah kisah mengharukan tentang sosok yang membelanjakan hartanya di jalan Allah. Islam menganjurkan mencari harta, asalkan tidak terlena dalam buaian kemewahan duniawi. Menggunakan harta sebagai tabung amal untuk kehidupan ukhrawi. Mari kita mengikuti jejak insan mulia ini dengan menginfakkan sebagian harta yang kita miliki di jalan Allah Swt dengan ikhlas. Semoga Allah Swt meridhai kita semua.

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top