Oleh Almuzanni


lamurionline.com -- Ikatan Pelajar Pemuda Mahasiswa Indrapuri atau lebih dikenal dengan Ippemindra kini berusia 63 tahun sesuai dengan sejarah pendiriannya pada tahun 1959 M. Kaderisasi sebagai visi besar organisasi telah melahirkan banyak generasi yang berkiprah di berbagai lini kehidupan masyarakat. sebagai Akademisi, Pengusaha, Tokoh Politik, serta ASN pada sejumlah instansi pemerintah. Penguasaan secara struktural ini akan terus berkembang dan juga terus akan didominasi oleh generasi Ippemindra pada sejumlah posisi strategis pemerintah atau swasta pada masa yang akan datang. Meskipun demikian, kita masih kerap disuguhkan oleh masyarakat dengan pertanyaan “apa itu Ippemindra?”

Untuk menjawab pertanyaan di atas, saya ingin mengajak untuk melihat kembali tentang nilai dan peran Ippemindra di masyarakat dan memperjuangkan aktivitas Ippemindra melalui pendekatan kultural. Dalam kata modern dikenal sebagai jalur peradaban. Lewat pendekatan ini ippemindra dan pengurusnya lebih diposisikan dalam kerangka proyek pencerahan, tidak sebagai basis mobilisasi massa. Ketimbang menjadikan organisasi sebagai basis komoditas politik, lebih jauh bagus produktif dan konstruktif meletakkan organisasi sebagai spirit perjuangan peradaban.

Perjuangan dimaksud adalah proses kulturalisasi nilai-nilai keislaman lewat pendekatan sosial kemasyarakatan dan berbasis kepemudaan. Ippemindra semakin diharapkan muncul kepermukaan dengan tawaran konsep kultural yang produktif, konstruktif sekaligus mampu menunjukkan diri sebagai agen perubahan dan penyambung kebaikan bagi masyarakat. Dengan demikian, kebaikan Ippemindra kembali ternama sampai ke pelosok desa.

Organisasi Ippemindra dapat menghadirkan rumusan strategi perjuangan efektif-kreatif sebagai pencerahan dan pencerdasan masyarakat. Ippemindra sebaiknya menjadi benteng kokoh dalam menjaga dan memperjuangkan nilai-nilai melalui jalur kultural.

Perjuangan ini dapat ditempuh dengan mempelihatkan aktivitas Ippemindra yang berfokus pada nilai-nilai etika dan moral dengan landasan peradaban dalam bermasyarakat. Kader sebaiknya mempresentasikan wajah organisasi Ippemindra yang ramah, toleran, egaliter, dan demokratis. Ippemindra tidak dimanfaatkan sebagai komunitas politik, apalagi dijadikan sarana pendukung buta pada warna atau kelompok tertentu. 

Strategi ini dapat lakukan melalui proyek menghidupkan kembali peradaban. Revitalisasi peradaban telah dicontohkan oleh organisasi ternama di Indonesia, Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah. Khitah Nahthatul Ulama dan Muhammadiyah telah berusaha memperteguh wajah kultural dan mengembangkan potensi, semangat, serta  sumber daya manusia Indonesia. Jadi Langkah ini mampu menghasilkan energi intelektual untuk mencerdaskan, dan memberi pemahaman masyarakat. Ini yang memungkinkan untuk diterapkan pada masyarakat Indrapuri.

Pengurus Ippemindra aktif memungkinkan melakukan pendekatan dengan konsep kultural dan peradaban secara baik dalam masyarakat, maka kita merasakan manfaat dari keberhasilan mereka dan juga berpengaruh pada dimensi politik. Tapi pengaruh politik yang menjunjung tinggi nilai etis dan moral. Oleh sebab itu, dimensi politisnya tidak selalu ditafsirkan dalam bentuk “siapa mendapatkan apa” dalam proses merebut kursi kekuasaan; tetapi lebih didefinisikan sebagai prinsip politik alokatif dengan cara menentukan nilai-nilai tertentu dalam fenomena sosial untuk kepentingan masyarakat secara paripurna. 

Dengan demikian, dimensi politis yang dikembangkan oleh kader-kader Ippemindra secara kultural dan peradaban akan bersifat inklusif dan penetratif di tengah wacana pergumulan pesta demokrasi kekuasaan pada level legistatif, yudikatif dan eksekutif ke depan. Inilah artikulasi politik Ippemindra dan Peradaban.

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top