Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Wawasan Religius dan Inspirasi


Talak adalah satu-satunya perbuatan halal yang sangat dibenci dalam Islam, bahkan ‘Arsy berguncang saat seorang suami menjatuhkan talak kepada istrinya. Namun, dalam perjalanan kehidupan, ada kalanya perceraian menjadi solusi yang tidak dapat dihindari. Sebagai seorang Muslim, kita harus meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi telah ditetapkan oleh Allah Swt, sesuai dengan rukun iman kepada takdir-Nya.

Pengajian Muslimah di Dayah Darul Washilin Al-Amiriyah Lamtheun, Darul Imarah, yang diasuh oleh Teungku Syaikh Mukhtaruddin membahas topik di atas beberapa waktu lalu. Dalam kesempatan tersebut, ia mengisahkan peristiwa bersejarah di masa Nabi Ibrahim AS, yang menjadi pelajaran berharga dalam kehidupan rumah tangga.

Kisah Nabi Ibrahim AS dan Menantunya

Teungku Syaikh Mukhtaruddin menjelaskan, Nabi Ibrahim AS mengunjungi rumah  putranya, Nabi Ismail AS, yang telah berumah tangga. Saat itu, Nabi Ismail tidak berada di rumah, sehingga Nabi Ibrahim hanya bertemu dengan menantunya. Ia sengaja tidak memperkenalkan diri, karena ingin mengetahui kondisi rumah tangga putranya secara langsung.

Ketika Nabi Ibrahim bertanya tentang keberadaan Ismail, sang menantu menjawab dengan nada kasar dan tanpa adab. Saat beliau menanyakan bagaimana kehidupan rumah tangganya, perempuan itu menjawab dengan penuh keluhan, menyatakan suaminya tidak pernah mencukupi kebutuhannya. 

Dari sikap dan ucapannya, tampak jelas ia memiliki akhlak yang buruk. Menyaksikan hal tersebut, Nabi Ibrahim a.s kemudian berkata kepada menantunya dengan bahasa kiasan, "Jika Ismail kembali nanti, sampaikan kepadanya agar ia segera menggantikan ambang pintunya."

Ketika Nabi Ismail a.s pulang, istrinya menyampaikan pesan dari seorang tamu asing yang datang menanyakan kehidupan mereka, dan menyampaikan pesan agar Ismail mengganti ambang pintu rumahnya.

Mendengar hal itu, Nabi Ismail a.s segera memahami maksud ayahnya dan berkata, "Dia adalah ayahku, Ibrahim. Ia berpesan agar aku mengganti penghuni rumah ini dengan yang lebih baik. Ayahku memerintahkan agar aku menceraikanmu karena akhlakmu yang buruk."

Betapa terkejutnya sang istri mendengar keputusan tersebut, namun sebagai seorang nabi, Ismail a.s tidak mungkin mengambil keputusan cerai tanpa alasan yang jelas. Sebagaimana para rasul lainnya, beliau memiliki kesabaran yang tinggi. Ketika suatu keadaan telah melampaui batas, tindakan tegas harus diambil, bukan karena hawa nafsu, melainkan demi menjaga kesucian agama dan ketentraman rumah tangga.

Hikmah Kisah Ini

Kita dapat mengambil pelajaran dari kisah ini,  meskipun talak diperbolehkan dalam Islam, tetap merupakan perbuatan halal yang sangat dibenci oleh Allah Swt. Karena itu, perceraian tidak boleh dilakukan secara gegabah. Islam sangat mengutamakan peran orang tua dalam membimbing anak-anak mereka, termasuk dalam urusan rumah tangga. 

Dalam kasus tertentu, seorang ayah memiliki hak memberikan nasihat atau bahkan memerintahkan anaknya menceraikan istri yang memiliki akhlak buruk, demi menjaga keharmonisan dan kesucian rumah tangga.

Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang dirahmati oleh Allah Swt dan senantiasa menjaga keutuhan rumah tangga dalam kebaikan dan keberkahan. 

Editor: Sayed M. Husen

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top