Oleh: Sayed Muhammad Husen
Kabid Pembinaan Pelajar/Humas PW PII Aceh 1990-1992
Innalillahi wainna ilaihi raajiun. Kepergian sahabat H Saiful Bahri Hamzah (Cek Pol), di Bireuen, Selasa 29 April 2025, terasa sekali kehilangan seorang sahabat seperjuangan yang telah menjadi bagian dari sejarah hidup saya. Bayangan sosoknya masih begitu jelas, terutama ketika saya membutuhkan pencerahan untuk memperkaya presentasi topik tertentu di kampus dan selama menjadi aktivis PII dan Lembaga Dakwah Kampus Fosma.Menurut data keluarga, Cek Pol lahir di Cot Rabo Baroh, 1 Juli 1966. Sejak kecil, dikenal sebagai anak yang rajin dan tekun dalam menuntut ilmu. Pendidikan formalnya mulai dari SD Negeri Bale Stuy (1973–1979), SMP Negeri 1 Matang Glumpang Dua (1979–1982), hingga SPGN Bireuen (1982– 1985). Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, ia melanjutkan pendidikan ke Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry, selesai 1991.
Cek Pol menikah dengan aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) Rahmah, SAg, yang dikaruniai enam putra-putri: Muhammad Husni Haikal, Sakinatuzzahra, Yasir Furqani, Fadhil Aulia, Dina Mawaddah, serta Afdhal Salim. Dalam kehidupan keluarga, ia sosok ayah yang bertanggung jawab, penyayang, dan teladan bagi anak-anaknya.
Cek Pol aktif dalam berbagai kegiatan keislaman dan sosial kemasyarakatan. Pada masa muda, pernah menjabat sebagai Ketua PW PII Aceh (1990–1992). Dalam kariernya di bidang pendidikan, ia pernah menjabat Kepala Sekolah SD Islam Kuttab Bireuen (2017–2018) dan Direktur Pondok Pesantren At-Takwa Pante Gajah Matang Glumpang II (2018–2019).
Dalam bidang dakwah, Cek Pol dikenal sebagai seorang dai dan muballigh yang aktif menyampaikan pesan-pesan Islam di tengah masyarakat. Selain itu, juga sebagai Pembina Yayasan Ma’had Al-Quran Bireuen (2001–2025), Penasihat TK Rumah Quran Bireuen (2001–2023), dan Penasihat PAUD Tahfidz Al- Iman Cot Nga Kecamatan Peusangan, Bireuen.
“Meskipun memiliki banyak aktivitas sosial dan keagamaan, Cek Pol tetap menjalani profesi sehari-hari sebagai petani tambak. Kesederhanaan, kerja keras, dan keikhlasan dalam menjalani kehidupan menjadi ciri khas dia sebagai dai, yang menginspirasi banyak orang di sekitarnya,” ungkap seorang sahabat, Syukrinur A Gani.
Memahami Al-Quran
Cek Pol memiliki pemahaman yang baik terhadap makna ayat-ayat Al-Quran. Ingatan saya melayang pada saat-saat diskusi panjang di antara tumpukan buku dan catatan di tempat ia tinggal selama menjadi mahasiswa di komplek Masjid Kopelma Darussalam. Cek Pol denegan mudah menunjukkan ayat yang saya cari, mengupas tafsirnya, dan menghubungkan dengan topik yang saya diskusikan.
Cek Pol memberikan perspektif yang seringkali tidak terpikirkan. Kecerdasannya yang begitu menonjol membuat saya kagum atas kemampuan dan kecerdasannya dalam menguasai ilmu-ilmu Islam. Ia juga memiliki kemampuan berpikir yang tajam dan wawasan yang luas dalam bidang sosial dan politik.
Saya masih ingat betul antusiasmenya ketika menemukan ayat yang relevan dengan topik yang akan saya bahas dalam suatu forum. Ia menjelaskan latar belakang turunnya ayat, keterkaitannya dengan ayat lain, dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Proses mencari ayat bersamanya bukan sekadar melengkapi materi presentasi, tetapi merupakan perjalanan intelektual seorang aktivis lembaga dakwah kampus dan PII.
Kesabaran Cek Pol membimbing saya, yang kala itu masih awam dalam pemahaman tentang Al-Quran, semoga menjadi amil salehnya sebagai seorang “guru”. Tidak pernah sekalipun ia menunjukkan rasa bosan atau meremehkan pertanyaan sederhana yang saya ajukan. Justru ia menyambutnya dengan hangat dan menjadikannya pintu untuk membuka wawasan Islam yang lebih luas.
Demikian juga ketaatan Cek Pol dalam beribadah menjadi ciri khasnya. Ia sosok yang istiqamah dalam menjalankan perintah Islam, sebuah teladan yang menginspirasi sahabat lainnya di PII. Kami sering shalat berjamaah di Sekretariat PII Aceh, Jalan KH Ahmad Dahlan Nomor 1 Banda Aceh.
Cek Pol juga dikenal dengan gaya hidupnya yang sederhana. Tidak pernah silau dengan gemerlap sebagian mahasiswa dari keuarga berada. Ia memilih kehidupan yang bersahaja. Kesederhanaannya tercermin dalam setiap aspek kehidupannya, mulai dari cara berpakaian hingga pilihan tempat tinggal.
Sahabat PII
Kenangan kebersamaan kami semakin erat karena sama-sama aktif dalam Pelajar Islam Indonesia (PII) Aceh. Organisasi ini menjadi wadah bagi kami dalam mengembangkan diri, berkontribusi di bidang dakwah, melakukan pembinaan kader umat, serta memperjuangkan nilai-nilai Islam.
Cek Pol yang saya kenal adalah sosok yang gigih dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap perjuangan PII. Ia aktif dalam kegiatan-kegiatan rutin, pengkaderan PII, dan seringkali menjadi motor penggerak ide-ide pembaharuan gerakan organisasi. Loyalitasnya terhadap organisasi PII tidak pernah pudar. Ia selalu hadir dalam setiap training, memberikan kontribusi pemikiran, tenaga, serta menjadi teladan aktivis PII lainnya.
Kesetiaannya pada PII tercermin dalam setiap ucapan dan tindakannya. Ketika PII dibekukan kegiatannya oleh Orba Soeharto tahun 1997, ia tak setuju menggunakan nama lain selain PII, yang ketika itu ada tawaran menggunakan cover Yakpida. Keaktifannya di PII menunjukkan kepeduliannya terhadap masa depan pemuda pelajar dan semangatnya membawa perubahan di Aceh.
Selain aktif di PII, Cek Pol juga dikenal luas sebagai sosok yang aktif berdakwah, menyebarkan pengetahun Islam, dan membina kader. Ia memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan berusaha menyampaikan pesan-pesan Islam dengan cara yang mudah dipahami oleh kalangan pemuda, pelajar, dan mahasiswa.
Ketika Cek Pol telah berkeluarga dan tinggal di Bireuen, saya mendapat kabar dari sahabat PII, bahwa prinsip hidupnya tercermin dalam keputusannya tidak bekerja di lembaga pemerintah. Ia memiliki pandangan yang kuat tentang independensi dan memilih berkontribusi melalui jalur-jalur non-formal, termasuk melalui pengajian, aktif di lingkungan masjid, dan berbagai kegiatan dakwah.
Kepedulian Cek Pol terhadap umat juga cukup tinggi. Ia berusaha membantu berbagai urusan kemasyarakatan, baik dalam suka maupun duka. Ia memiliki jiwa sosial dan selalu terpanggil meringankan beban sesama muslim di lingkungannya.
Demikian pula, komitmennya terhadap penegakan syariat Islam di Aceh cukup kuat. Ia meyakini syariat Islam adalah pedoman hidup yang sempurna dan membawa rahmat bagi seluruh alam. Secara tidak langsung, dengan perannnya sebagai khatib dan murabbi ia mensosialisasikan nilai-nilai syariat Islam dalam kehidupan bermasyarakat dengan cara yang bijaksana.
Ditangkap Laksus
Kenangan yang penuh dengan rasa “takut” dan menegangkan di Lampinenung (Agustus 1992) menjadi babak yang tak terpisahkan dari persahabatan kami dan keterlibatan di PII. Ketua itu, Cek menjabat Ketua PW PII Aceh semenara saya sebagai Ketua Bidang Pembinaan Masyarakat Pelajar/Humas. Penangkapan kami bertiga, termasuk sahabat Ilyas A Gani oleh Laksus Lampinenung akibat masih aktif mengurus PII.
Penangkapan ini ujian berat bagi kami dan seluruh pengurus PII Aceh. Setelah peristiwa penangkapan tersebut, jalan hidup kami sedikit berbeda dalam hal keterlibatan organisasi. Cek Pol memilih tidak lagi bergabung dengan organisasi formal manapun, meskipun semangat perjuangan dan komitmennya terhadap nilai-nilai Islam tidak pernah pudar.
Sementara itu, saya sendiri memilih bergabung dengan Pemuda Muhammadiyah, sebuah organisasi Islam yang juga memiliki visi dan misi yang sejalan dengan nilai-nilai yang kami perjuangkan selama di PII. Perbedaan pilihan organisasi ini tidak merenggut kehangatan persahabatan kami. Kami tetap saling menghormati pilihan masing-masing dan terus menjalin silaturahmi.
Kebersamaan selama empat hari di Lampinenung dan dua bulan wajib lapor di Korem 012/TU, menguji dan menguatkan ikatan persahabatan kami dan soliditas sebagai aktivis PII. Kami belajar tentang solidaritas, ukhuwah, pentingnya saling mendukung, dan tentang kekuatan keyakinan yang menjadi landasan perjuangan PII melawan UU Keormasan yang dipaksakan oleh Orba Soeharto.
Kehilangan Cek Pol
Kehilangan Cek Pol meninggalkan luka yang mendalam, bukan hanya bagi saya, tetapi juga bagi banyak kader dan alumni PII di Aceh, serta bagi masyarakat luas yang merasakan manfaat dari dakwah dan kepeduliannya.
Sahabat-sahabatnya menilai, ia sosok yang memiliki loyalitas yang tinggi terhadap kemajuan Aceh, dakwah dan gerakan PII. Kontribusinya dalam berbagai aspek kehidupan menunjukkan dedikasinya yang luar biasa. Semangatnya untuk terus belajar, berbagi ilmu, berjuang melalui jalur dakwah, serta menegakkan syariat Islam.
Sekarang, hanya kenangan yang tersisa, namun kenangan itu akan terus hidup dan menjadi inspirasi bagi saya, ummat, dan bagi keluarga besar PII. Dari semangat hidup yang diwariskan Cek Pol, kita diminta terus belajar, berbagi, dan berjuang memenangkan dakwah Islam. Kita mestinya lebih peduli lagi sesama muslim, memegang teguh nilai-nilai Islam, dan menjalani hidup dengan sederhana. Semoga Allah Swt memberikan tempat yang terbaik di sisi-Nya bagi Cek Pol.
Semoga amal ibadahnya diterima dan segala dosanya diampuni oleh Allah Swt. Selamat jalan, sahabat seperjuangan yang cerdas, taat, dan memiliki komitmen dalam memperjuangkan Islam yang sebenar-benarnya. Engkau telah menginspirasi cara hidup mandiri, tanpa bergantung pada kekuasaan manapun. Engkau akan selalu kami rindukan sahabat sejati. *
0 facebook:
Post a Comment