Oleh: Dr. Tgk. Ismu Ridha, M.A
Dosen Agama Islam Universitas Teuku Umar
Takbir tanda Allah adalah satu satu zat yang besar, kalau ujian kehidupan ini besar, maka ada Allah yang maha besar tempat kita bersandar. Kalau kita merasa diri kita besar, besar karena jabatan, besar karena harta, besar karena pangkat, besar karena ilmu, besar karena pupularitas, besar karena kekuasaan, maka kita katakana AllahuAkbar. Allah lah zat yang maha besar. Kita kecil, kita hina, kita tidak ada apa-apanya di hadapan Allah Swt.
Qarun memiliki kekayaan yang besar, Firaun memiliki kekuasaan yang besar, Haman memiliki ilmu yang besar, Namruz membakar Ibrahim dengan api yang besar. Melalui sejarah, Allah ingin mengajarkan kepada kita semua bahwa manusia kecil dihadapan Allah.
Pelajaran pertama bahwa manusia kecil, Allah maha besar, manusia hina, Allah kuasa. Semua kita akan mati dan menghadap sang ilahi.
Pelajaran kedua, keluarga Ibrahim adalah potret keluarga yang baik, shalih dan patut diteladani. Sebagai orang tua, kita pasti berharap bahwa anak-anak kita semua tumbuh sehat, baik dan shalih, tidak berbuat kerusakan dan berbakti kepada orang tua. Pesan pertama kepada kita semua, jadilah laksana Ismail. Rasulullah saw bersabda: Uruslah kedua telapak kakinya, maka akan kau dapati syurga.
Maka di hari yang penuh kebahagi ini, datangilah kedua orang tua kita, cium kedua tanganya, peluklah erat-erat tubuhnya dan mintalah doa dari keduanya. Belilah makanan yang terbaik, pakaian yang terbaik, berikan harta yang terbaik.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Siapa yang suka untuk dipanjangkan umur dan ditambahkan rizki, maka berbaktilah pada orang tua dan sambunglah tali silaturahmi (dengan kerabat).” (HR. Ahmad).
Jangan sampai ketika keduanya telah tiada, penyesalan datang, kita ingin berbuat baik kepadanya. Rasulullah menyampaikan:
Jika orang tua telah ridha, Allahpun ridha, jika Allah telah ridha, maka Allah akan tanamkan kecintaan tersebut kepada seluruh penduduk bumi ini.
Pertanyaan terbesarnya adalah kenapa Ismail bisa tumbuh menjadi anak yang begitu taat dan patuh? Jawabannya Karena mereka tumbuh dari pendidikan, bimbingan dan teladan dari kedua orang tuanya.
Kita yakin bahwa anak yang shalih dan baik lahir dari ayah dan ibu yang baik. Kalau ayahnya bicaranya kasar, tidak sopan, teumenak, maka anaknya pasti akan menirunya. Kalau ibunya tidak tutup aurat, jilbab dipakai nga jelas, maka pasti anaknya demikian juga.
Kalau ibunya suka joget joget, tik tok dll, maka sifat itulah yang akan diwariskan kepada anaknya.
Kalau bapaknya suka main game, sering tidak shalat, mengaji tak pernah, maka anaknya pun akan demikian. Kalau ayahnya dan ibunya nga shalat, nga ke mesjid, maka besar kemungkinan anaknya juga nga shalat.
Jika kita menginkan anak-anak yang shalih, maka mari kita berikan keteladanan dan contoh-contoh yang baik bagi anak-anak kita.
Kata Allah, jaga diri dulu baru menjaga keluarga, jadi dulu sebagai teladan dan contoh, maka keluargamu akan mengikutinya.
Keteladanan telah menjadi barang amat langka di negeri ini. Anak-anak kita tidak lagi bisa menemukan contoh hidup yang baik di dalam keluarga, apalagi di luar rumah.
Anak-anak muda kita terkena penyakit FOMO, takut tidak ikut trend. Khwatir jika tidak menggunakan pakaian dengan merk tertentu, HP tertentu. Dianggap jadul, ketinggalan zaman, mereka ingin mendapatkan kehidupan layaknya yang mereka saksikan mellaui Instagram, FB dan Tiktok.
Pentingnya Makanan Halal
Dalam kondisi yang terjepit, ismail terus menangis, hajar terus berusaha untuk memperoleh makanan yang baik dan halal. Itulah pesan dari proses sa’i yang dilakukan oleh ibunda Ismail, Siti Hajar. Ismail tumbuh menjadi anak yang baik dan cerdas karena besar dengan makanan yang halal.
Rasulullah saw pernah mengingatkan: Akan datang satu masa dimana seseorang tidak lagi peduli dari mana harta yang dia peroleh, apakah halal ataupun haram?
Persoalan ini menjadi persoalan penting, karena jika kita cermati dari pilkada yang lalu, kita mendapatkan betapa orang-orang tidak lagi takut makan yang haram. Orang mau disogok 200 sd 300 untuk memilih, bahkan ada yang meminta jika belum diberikan. Padahal uang risywah atau sogok sepakat keharamannya.
Makanan Haram sangat bahaya, Rasul menggambarkan di dalam sebuah hadis: “Jika seorang yang melakukan haji pergi dengan menggunakan belanja yang baik, dan meletakkan dua kakinya ke atas binatang tunggangannya dan berkata: Ya Allah aku menyahut panggilanmu, akan bersuara satu suara dari langit: Aku sahut panggilanmu dan ketaatanmu, bekalanmu juga kenderaanmu daripada sesuatu yang halal, maka hajimu diterima tanpa ada dosa. Jika dia keluar dengan belanja yang tidak halal dan meletakkan dua kakinya di atas kenderaannya dan berkata: Ya Allah aku menyahut panggilanmu, akan terdengar satu suara dari langit: Aku tidak menerima panggilanmu dan ketaatanmu, bekalanmu haram, kenderaanmu haram, maka hajimu tidak diterima.”
Kita berdoa dan berharap agar kita menjadi orang-orang tua yang baik dan shalih, bertanggungjawab, allah jadikan anak-anak kita laksana Ismail as. Kita menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.
(Disarikan dari Khutbah Idha di Masjid Al Falah Gampong Pineung, Banda Aceh, 10 Zulhijjah 1446/6 Juni 2025)
0 facebook:
Post a Comment