Oleh: Juariah Anzib, S.Ag
Penulis Buku Wakaf di Aceh: Tradisi, Inovasi, dan Keberkahan
Rasulullah saw satu-satunya manusia paling sempurna yang pernah menginjakkan kaki di muka bumi. Kemuliaannya tidak hanya diakui oleh penduduk bumi, tetapi juga diagungkan oleh penghuni langit. Langit dan seluruh isinya bahkan lebih mencintai beliau, sehingga bulan, bintang, dan benda-benda langit turut memuliakannya. Saking mulianya, Allah menetapkan aturan agar tidak ada suara manusia yang melebihi suara Rasulullah saw.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 2: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, agar tidak hapus (pahala) amalmu, sedangkan kamu tidak menyadarinya."
Betapa tinggi derajat Rasulullah saw. Allah Swt yang meninggikan kedudukan beliau di atas semua makhluk, baik yang ada di bumi maupun di langit. Tidak ada satu makhluk pun, termasuk para malaikat yang mulia, yang mampu menandingi kemuliaan beliau. Kesempurnaan beliau tanpa cela, dan kemuliaannya tiada tara.
Dalam bukunya La Tahzan, Dr 'Aidh al-Qarni mengisahkan peristiwa yang menggambarkan keagungan adab kepada Rasulullah saw. Suatu ketika, ada seorang khatib terkenal yang dikenal fasih dan lantang dalam menyampaikan dakwah. Kata-katanya mengalir deras, penuh semangat, membela agama Islam dan Rasulullah saw dengan suara yang tegas dan berani.
Dia adalah Tsabit bin Qais bin Syammas, seorang juru khutbah ulung di kalangan kaum muslimin. Suaranya yang kuat sering terdengar ketika berkhutbah di hadapan Rasulullah saw, semata-mata demi membela Islam. Ketika turun ayat larangan meninggikan suara di hadapan Nabi saw, Tsabit bin Qais merasa sangat takut. Ia mengira ayat tersebut menegur dirinya. Hatinya diliputi rasa bersalah yang mendalam karena menganggap dirinya telah melampaui batas kesopanan kepada Rasulullah saw.
Penuh rasa takut, Tsabit pun menjauhkan diri dari keramaian. Ia bersembunyi di rumahnya dan menangis dalam kesedihan yang dalam. Ia merasa amalnya terhapus karena kelancangannya dalam berbicara keras di dekat Rasulullah saw.
Rasulullah saw, dengan kelembutan hatinya, segera mencari Tsabit. Beliau bertanya kepada para sahabat tentang keberadaannya. Setelah mengetahui di mana Tsabit bersembunyi, Rasulullah saw bersabda dengan penuh kasih sayang, "Tidak, sekali-kali tidak. Dia termasuk penghuni surga."
Betapa lega dan bahagianya hati Tsabit bin Qais mendengar sabda Rasulullah saw itu. Kesedihan yang semula membelenggu hatinya berubah menjadi kebahagiaan yang tak terhingga. Kabar gembira itu menghapuskan segala dukanya.
Karena sesungguhnya, tidaklah seseorang terus-menerus dirundung kesedihan tanpa akhir, melainkan Allah akan mendatangkan cahaya kebahagiaan menggantikannya. Dan benar, Allah Mahabenar dalam setiap firman-Nya.*

0 facebook:
Post a Comment