Oleh Saifuddin A. Rasyid

(Akademisi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh)

Zohran Mamdani, seorang pemuda muslim 33 tahun imigran berdarah Gujarat India baru saja memenangkan pemilihan pendahuluan calon walikota New York Amerika Serikat dari partai demokrat. Kemenangan telaknya atas Andrew Cuomo, politisi senior berakar setempat, membuat dunia persilatan politik Amerika berhenti bergerak beberapa saat. Semua mata Amerika, bahkan dunia, tertuju kepadanya.

Faktor utama perhatian dunia atas kemenangannya bukan karena dia mampu menggalang pemilih muda, seperti yang diakui Andrew, tetapi penampilannya yang elegan, berani dan menusuk langsung ke jantung kekuasaan presiden Trump. Mamdani menyebutkan secara eksplisit bahwa dirinya merupakan antitesis bagi presiden Trump dan akan menjadi mimpi buruk bagi sang presiden. 

Benar saja tak menunggu lama sang presiden langsung “menyerangnya” dengan narasi tajam bahwa terpilihnya Mamdani sebagai calon walikota terkuat itu sangat berbahaya bagi negara Amerika Serikat. Pasalnya, seperti kata Trump, Mamdani adalah komunis. Sehingga dia mengakui akan melakukan upaya apapun untuk menggagalkan langkah Mamdani sebelum pemilukada New York November mendatang.

Ini menarik, Trump masih belum selesai di kongres dalam dua hal. Pertama terhadap kebijakan “make America great again”, yang diantaranya menerbitkan larangan berkunjung ke Amerika bagi sejumlah warga negara muslim bahkan mengancam mendeportasi imigran tertentu. Kedua, keputusan kelirunya menyerang  Iran tanpa terlebih menggenggam persetujuan kongres. Trump bahkan terancam diimpeach. 

Trump masih tertekan di dalam negeri. Tetiba Mamdani muncul bagaikan rudal yang menghantam kepalanya. Betapa tidak Mamdani sebagai antitesis terhadap Trump langsung membawa tiga amunisi yang melekat pada dirinya, dan ketiga hal itu berbanding terbalik dengan Trump. Mamdani: muslim imigran, sosialis, dan pro Palestina. Bahkan dia mengumumkan akan menangkap Netanyahu kalau berani datang ke New York bila dirinya terpilih sebagai walikota, karena katanya Netanyahu sudah ditetapkan sebagai penjahat perang yang melanggar hukum internasional atas langkahnya melakukan genosida di Gaza.

Pada sisi lain Trump anti muslim anti imigran, kapitalis, dan sahabat sejalan Israel untuk menghabisi Palestina. Karena itu dapat dipahami Trump langsung kebakaran jenggot dan menyerang Mamdani. Sikap dan langkah Trump ini sebenarnya justeru menguntungkan Mamdani, karena dapat menaikkan rate dirinya sebagai politisi pendatang baru. Benar benar satu langkah promosi yang bagus dan berani dari Mamdani. Do’a kita semoga dia selamat dan jalannya lancar sampai waktu pemilukada nanti.

Ruh Kebangkitan Islam

Baru sepekan kita memperingati masuknya tahun baru Islam 1447 Hijriyah. Momentum yang mengingatkan kita pada peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw 14 abad silam. Yaitu peristiwa yang dari situ menjadikan Islam berjaya dan berkembang ke seluruh dunia. 

Terkait dengan spirit hijrah itu, pada awal masuk abad ke 15 hijriyah, yaitu pada tahun 1400 H, umat Islam seluruh dunia mencanangkan abad ke 15 Hijriyah ini sebagai abad kebangkitan kembali umat Islam. Kita sudah berjalan hampir setengah abad (46 tahun) dalam abad ke 15 hijriyah ini. Memang umat Islam masih tertinggal, dalam berbagai hal. Walau perjalanannya hampir lima puluh tahun di abad ini. Sepertinya masih senyap tidak tampak ada tanda tanda kebangkitan. Yang terlihat bahkan umat makin terpuruk dalam kepongahan pembenci Islam. Gaza contohnya, sepertinya dunia Islam tak sanggup bereaksi terhadap kekejaman Israel dan Amerika serta sekutu sekutunya terhadap umat Islam. 

Tetapi ingat umat ini tidak diam dan Allah ada bersama untuk membantu pergerakan ini, dengan doa dan upaya para pejuang ikhlas, dalam mewujudkan kemajuan Islam dan kaum muslimin. Mata dunia terbelalak ketika rupanya Allah menyimpan kekuatan umat di Iran untuk memberi perlawanan terhadap Israel dan Amerika. Betapa pongahnya Israel menyerang Iran pada 13 Juni, yang dibalas Iran bertubi tubi selama dua belas hari sejak 15 Juni. Bahkan ke pangkalan militer Amerika di Qatar, sebagai reaksi atas serangan Israel dan Amerika ke Iran. Ini terjadi persis pada saat kita memperingati tahun ke 1447, abad kebangkitan kembali umat Islam. Israel tak menduga Iran mampu menerobos iron dome sistem pertahanan udaranya. Tel Avif babak belur. Israel minta ampun, dan Amerika menyatakan tidak niat berperang dengan Iran. 

Impact dari itu, baik Netanyahu maupun Trump, di negara mereka masing masing, mereka menghadapi “serangan” internal dalam negeri. Iran sebagai pemenang menarik kembali kendaraan perang mereka di garasi dan tentunya kembali mengatur strategi untuk menghadapi berbagai kemungkinan kedepan. Dunia Islam dan kaum muslimin menghela nafas panjang dengan makna yang dipahami masing masing atas kejadian itu. Sementara di New York spirit Islam baru bangkit bersama Zohran Mamdani, sebagai rising star perpolitikan Amerika dalam abad kebangkitan kembali umat Islam. Wallahu a’lam.

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top