Oleh: Nursalmi, S.Ag

Penulis Buku Madrasah Ramadan

Setiap manusia pasti menghadapi berbagai problema dalam kehidupannya, termasuk para wanita. Perempuan-perempuan hebat yang mengukir sejarah pun tidak luput dari beragam ujian. Namun mereka tidak larut dan tenggelam dalam kesedihan. Mereka menjalaninya dengan penuh keyakinan, bahwa semua yang terjadi adalah atas kehendak Allah.

Sejak zaman Nabi Musa, para wanita telah menghadapi ujian yang sangat berat. Ibu-ibu pada masa itu harus rela dipisahkan dari bayi laki-lakinya karena dibunuh oleh tentara Fir’aun. Asiyah, istri Fir’aun, mendapatkan ujian besar berupa suami yang zalim dan mengalami kekerasan tingkat tinggi, disiksa oleh suaminya sendiri. Dengan keteguhan iman, ia mampu menghadapinya hingga namanya terukir dalam sejarah sebagai salah satu wanita paling inspiratif.

Maryam, ibu Nabi Isa ‘alaihissalam, juga menjalani ujian yang amat dahsyat. Tanpa memiliki suami, ia dibully, difitnah berzina, bahkan diusir dari kampung halamannya karena hamil tanpa ikatan pernikahan. Maryam tetap tegar karena hatinya sepenuhnya bersandar kepada Allah. Ia mengadukan segala keluh kesahnya hanya kepada-Nya.  Allah pun membimbing dan menguatkan hatinya hingga ia mampu melewati ujian tersebut.

Bunda Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, yang memiliki suami penuh kasih sayang dan seorang kekasih Allah, juga menghadapi ujian besar. Ia harus ditinggalkan di padang pasir tandus bersama bayinya, di tempat tanpa manusia, tanpa pepohonan, tanpa air, dan tanpa bekal yang memadai. Beliau sabar menjalaninya karena yakin ini skenario Allah. 

Keyakinannya bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya membuatnya mampu bertahan hidup. Dengan bimbingan Allah, ia membesarkan putranya hingga menjadi seorang rasul.

Itu hanyalah sebagian kisah muslimah yang menjadi teladan dan menginspirasi hingga kini.

Muslimah inspiratif bukanlah mereka yang menghabiskan waktu berjam-jam di depan televisi, larut dalam sinetron, menjadi bahan ejekan di pasar, atau hanyut dalam gosip murahan. 

Muslimah inspiratif mereka yang menyibukkan diri dengan aktivitas positif dan produktif.

Seorang muslimah inspiratif qudwah hasanah (teladan yang baik) dalam seluruh aspek kehidupannya: menjadi istri salehah yang taat kepada suami, ibu teladan bagi anak-anaknya, dan wanita berakhlak mulia di tengah masyarakat.

Muslimah inspiratif muslimah yang cerdas, bertakwa kepada Allah, rajin beribadah, mampu menjaga keseimbangan antara hablun minallah dan hablun minannas (hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia). Ia menjaga adab dan sopan santun dalam sikap serta perilaku, dan lemah lembut dalam tutur kata.

Kehadirannya selalu dirindukan, keberadaannya diharapkan, kontribusinya dinanti. Aktivitasnya membawa manfaat bagi banyak orang, tidak hanya piawai menyampaikan teori, tetapi juga mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Namanya dikenang sepanjang masa meski raganya telah tiada.

Manajemen waktu menjadi kunci penting bagi muslimah yang ingin sukses. Ia pandai membagi waktu, tidak hanya untuk keluarga, tetapi juga untuk kegiatan sosial dan kemasyarakatan. Ia menata waktunya agar tetap bisa bekerja dan berkarier tanpa mengabaikan perannya sebagai ummun wa rabbatul bait, pengurus rumah tangga sekaligus pendidik anak. 

Ia menyediakan waktu untuk terus belajar, membaca, menghadiri majelis ilmu, agar kehidupannya semakin berkualitas baik dalam rumah tangga, pekerjaan, maupun kehidupan sosial.

Rasulullah saw memberi motivasi yang abadi: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” Kebermanfaatan yang ditanamkan di dunia akan berbuah kebaikan, bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Wallāhu a‘lam.

Tulisan ini disampaikan dalam Kajian Muslimah di Balai Al-Ihsan, Banda Aceh.

SHARE :

0 facebook:

 
Top