Oleh: Tgk. Rasyidi
Bencana banjir besar yang melanda Aceh dalam beberapa Minggu terakhir membawa duka yang luas ke berbagai daerah, termasuk Kabupaten Bireuen. Ribuan rumah terendam, puluhan fasilitas umum rusak, dan sebagian warga terpaksa mengungsi meninggalkan rumah mereka dalam kondisi memprihatinkan.Namun di tengah situasi berat ini, semangat kesabaran dan keteguhan hati masyarakat Aceh tetap terpancar. Ibadah berjamaah terus dilakukan di masjid dan meunasah yang penuh lumpur, dapur umum dibangun berjamaah, dan warga bergandengan tangan untuk saling menguatkan.
Sebuah pesan menyentuh disampaikan oleh seorang pendidik, Tgk. Rasyidi, dari Bireuen, yang juga menjadi salah satu korban langsung dari banjir ini. Meski rumahnya ikut terendam dan ia harus mengevakuasi keluarga dalam kondisi darurat, beliau tetap menguatkan keluarga dan masyarakat melalui pesan penuh harapan dan kesabaran.
“Jangan lihat seberapa besar air yang merendam rumah kita, tapi lihat seberapa besar kesabaran yang masih kita simpan di hati.”
“Rumah boleh tenggelam, tapi jangan biarkan iman dan syukur kita ikut tenggelam.”
Beliau juga menyampaikan bahwa musibah ini bukan tanda kebencian Allah, melainkan panggilan cinta dan kesempatan memperbaiki diri.
“Musibah ini bukan hukuman. Ini cara Allah membersihkan kita. Allah sedang memilih kita untuk menjadi hamba-hamba yang kuat dan mulia.”
Dalam pesannya, Tgk. Rasyidi mengangkat kembali kalam ulama tentang empat macam sabar yang sangat relevan dengan kondisi Aceh hari ini:
“Sabar menjalankan kewajiban, sabar atas musibah, sabar atas gangguan manusia, dan sabar dalam kefakiran.”
“Sabar dalam kewajiban adalah taufik Allah, sabar dalam musibah adalah pahala, sabar menghadapi manusia adalah cinta Allah, dan sabar dalam kefakiran adalah keridaan Allah Ta‘ala.”
Beliau menegaskan bahwa seluruh Aceh sedang menjalani empat bentuk sabar itu sekaligus — karena musibah ini tidak hanya merusak rumah, tetapi juga menguji hati, persatuan, dan keimanan.
“Jangan saling menyalahkan. Ini bukan waktu untuk membagi-bagi kesalahan. Ini waktu untuk saling menguatkan. Allah sedang melihat bagaimana kita bersatu.”
Meski menjadi korban banjir, beliau tetap memberi semangat kepada keluarga dan warga agar tetap bangkit dan tidak larut dalam putus asa.
“Air akan surut. Lumpur akan hilang. Tapi pahala kesabaran kita akan tetap hidup sampai hari kiamat.”
“Aceh telah berkali-kali jatuh, tapi setiap kali jatuh Aceh bangkit lebih tinggi.”
Solidaritas Terus Mengalir
Pemerintah daerah bersama BNPB, Basarnas, relawan, dan masyarakat terus bekerja membantu warga yang terdampak. Bantuan logistik, obat-obatan, pakaian, dan kebutuhan bayi sangat dibutuhkan di beberapa titik pengungsian.
Masyarakat diimbau tetap waspada, menjaga kesehatan, dan saling mendukung.
- Bencana ini adalah pengingat bahwa kekuatan Aceh bukan pada bangunan yang berdiri megah, tetapi pada hati yang tetap sujud dalam ujian dan tangan yang saling menggenggam dalam kesulitan.
Aceh akan bangkit.
Bireuen akan bangkit.
Kita semua akan bangkit bersama.
InsyaAllah.

0 facebook:
Post a Comment