Oleh: Hj. Supiati, S. Ag. M.Sos

Sekretaris PD IPARI Kota Banda Aceh.

Dalam setiap lembar literatur, Rasulullah Saw digambarkan sebagai bapak yang penuh kasih sayang. Kasih sayang beliau tak mengenal batas tidak hanya kepada umatnya, tetapi kepada seluruh makhluk. Maka pantaslah beliau digelar Rahmatallil ‘Alamin—Rahmat bagi seluruh alam. 

Kasih sayang Rasulullah Saw bukan sekadar kata, melainkan tercermin dalam setiap tindakan. Beliau menegur tanpa menyakiti, memberi tanpa pamrih, menenangkan hati yang gelisah, dan menumbuhkan harapan di tengah kesulitan. Setiap senyum, kata, dan gestur beliau adalah penyejuk bagi jiwa-jiwa yang gundah. Dalam buku Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources, Martin Lings menekankan bagaimana kelembutan Nabi Saw dalam menegur kesalahan umatnya menunjukkan bahwa kepemimpinan yang bijak selalu berpijak pada cinta dan kesabaran.

Teladan Cinta Sejati

Rasulullah Saw adalah teladan cinta sejati. Beliau menciptakan kedamaian dan ketentraman di tengah masyarakat—dari yang lemah hingga yang kuat, dari manusia hingga makhluk lain. Beliau bahkan pernah menenangkan seorang sahabat yang tersinggung karena ditegur, dengan kata-kata lembut yang membuat hati sahabat itu luluh. Setiap kata, setiap senyum, setiap sentuhan beliau adalah bukti cinta yang tulus, yang mampu menembus batas ego, perbedaan, dan kepentingan diri sendiri.

Al-Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin menekankan bahwa rahmat dan cinta Rasul Saw adalah fondasi utama dakwah beliau. Kasih sayang beliau bukan hanya kepada yang patuh atau yang sejalan, tapi juga kepada mereka yang berbeda pendapat, sehingga tercipta masyarakat yang harmonis. “Cinta sejati adalah menuntun tanpa menakutkan, menegur tanpa menyakiti, dan memberi tanpa mengharap kembali,” tulis Al-Ghazali, mengutip perilaku Nabi Saw.

Cinta dalam Aksi Nyata

Dalam ajaran Rasulullah Saw, cinta bukan sekadar perasaan, tapi wujud nyata: menebar rahmat, menghormati, dan melindungi yang lemah. Ketika melihat seorang yatim, Nabi Saw selalu mengingatkan umatnya untuk menolong, memberi perhatian, dan mencintainya seperti anak sendiri. Beliau pernah bersabda:

“Akulah pemimpin manusia pada hari kiamat yang paling penyayang terhadap umatku.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Bahkan dalam soal sosial sehari-hari, Nabi Saw mengajarkan keseimbangan antara tegas dan lembut. Misalnya ketika menyelesaikan konflik antar suku di Madinah, beliau tidak hanya menegakkan hukum, tetapi juga menenangkan hati setiap pihak dengan kata-kata yang lembut dan bijak. Dari sini, terlihat bahwa cinta dan kedamaian berjalan seiring: kasih sayang menciptakan tatanan sosial yang harmonis.

Telinga yang Mendengar Cinta

Bayangkan seorang anak kecil yang duduk di pangkuan ibu, mendengarkan cerita tentang Nabi Saw. Cerita itu bukan sekadar narasi, tetapi suara yang menanamkan rasa aman, ketenangan, dan cinta. Begitu pula Nabi Saw, dalam hidupnya, selalu “mendengar telinga” umatnya: mendengarkan keluhan, curahan hati, bahkan tangisan mereka, lalu menanggapi dengan penuh kelembutan. Al-Qur’an pun menekankan pentingnya mendengar dan memahami:

“Dan Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS. Al-Insan 76:2)

Setiap tindakan Nabi Saw adalah komunikasi cinta—beliau mendengar, memahami, dan merespons dengan kasih. Inilah yang membuat kedamaian menjadi nyata di sekelilingnya.

Aplikasi di Hari Ini

Di hari Maulid ini, meneladani Rasulullah Saw berarti menebar kasih tanpa batas, mengutamakan kedamaian, dan menjadi cahaya bagi orang-orang di sekitar kita. Bukan sekadar ritual atau ucapan semata, tapi menghidupkan nilai cinta beliau dalam tindakan sehari-hari: menolong tetangga, menghormati orang tua, bersikap lembut pada anak, dan menjaga lingkungan dengan penuh cinta.

Ulama kontemporer, Syekh Ali Jum’ah, pernah menekankan bahwa meneladani Nabi Saw bukan hanya mengenang sejarah, tapi menghidupkan cinta beliau dalam setiap tindakan kita, agar dunia lebih damai dan hati lebih tenang. Cinta Rasul Saw adalah contoh nyata bahwa kekuatan terbesar dalam membangun masyarakat bukan harta atau kekuasaan, tapi kelembutan, kasih sayang, dan perhatian tulus.

Kasih sayang Rasulullah Saw adalah cahaya yang membimbing umat manusia menuju kedamaian dan ketentraman. Mari kita biarkan cahaya itu mengalir melalui tindakan kita sehari-hari, menebar rahmat, cinta, dan kasih tanpa batas. Dengan begitu, dunia menjadi lebih indah, hati menjadi lebih tenang, dan kita semakin dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

SHARE :

0 facebook:

 
Top