Oleh: DM. Ria Hidayati, S.Psi., M.Ed., Gr 

Kepala SLB TNCC Banda Aceh

Layanan pendidikan bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) seperti tuna netra, tunarungu, tuna grahita, tuna daksa, autisme, ADHD, masalah komunikasi, serta lainnya adalah layanan wajib yang harus disediakan oleh pemerintah maupun masyarakat (swasta), baik melalui jalur formal, informal, maupun nonformal.

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang optimal, dibutuhkan kerja sama berbagai pihak (stakeholder). Tujuannya memastikan pembelajaran diakomodasi sesuai kebutuhan unik PDBK, sehingga mampu mengejar ketertinggalan tumbuh kembang dan memaksimalkan potensi mereka. 

Konsep pendidikan ideal di sekolah harus mampu mengembangkan potensi PDBK secara holistik, didukung oleh, pertama, pelibatan tenaga ahli dalam menyusun asesmen dan diagnosa. Kedua, kemampuan guru menyediakan pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan menyenangkan. Ketiga, pelibatan orang tua dalam proses stimulasi agar program pembelajaran terjadi secara sinergis, baik di sekolah maupun di rumah.

Terapis Utama

Salah satu peran yang sangat krusial adalah pelibatan orang tua secara konsisten, karena sejatinya orang tua terapis utama dalam pembelajaran PDBK. Keterlibatan orang tua dalam belajar anak tidak hanya meningkatkan moral, sikap, dan prestasi akademik secara keseluruhan, tetapi juga membentuk perilaku dan penyesuaian sosial yang lebih baik. 

Menurut Sapungan GM dan Sapungan RM dalam tulisan mereka Parental Involvement in Child’s Education: Importance, Barriers and Benefits di Asian Journal of Management (2014), orang tua yang terlibat aktif memiliki dampak positif signifikan terhadap perkembangan diri anak. 

Dalam pembelajaran PDBK, keterlibatan orang tua tidak hanya sebatas mendaftarkan anak ke sekolah, tetapi juga mengambil bagian besar dalam pelaksanaan program belajar, baik di sekolah maupun di rumah. 

Dalam konteks sekolah, orang tua seharusnya dapat terlibat penuh dalam kegiatan komite sekolah dan pelatihan untuk orang tua. Kemudian, memberikan respons positif terhadap laporan yang disampaikan oleh guru. Juga dalam bekerja sama mencari solusi atas permasalahan anak di sekolah agar anak dapat kembali beradaptasi dengan proses belajar mengajar.

Tantangan dan Realitas 

Banyak orang tua PDBK memiliki ekspektasi yang tinggi, seperti anak harus menguasai kompetensi tertentu dalam waktu singkat, meskipun anak terlambat diantarkan ke sekolah (lewat usia sekolah atau terlambat menyadari kebutuhan khusus anak). Orang tua sering kali membandingkan kemampuan akademik dan adaptif anak istimewa dengan saudara kandungnya yang berkembang normal.

Sebaliknya, terkadang orang tua tidak menunjukkan kerja sama yang baik sebagai mitra sekolah. Hal ini diwujudkan dalam bentuk kesulitan hadir saat diundang ke acara atau pertemuan sekolah; tidak menyediakan waktu untuk berdiskusi dengan guru mengenai permasalahan anak; serta inkonsistensi dalam melaksanakan program pendukung di rumah, seperti program kemandirian yang sangat penting dikuasai oleh PDBK, mengingat adanya keterbatasan kapasitas akademik dan perilaku.

Partisipasi Holistik 

Orang tua terkadang merasa tidak percaya diri dan malu saat mendampingi anaknya yang berkebutuhan khusus, terutama di area publik. Padahal partisipasi orang tua dengan sikap optimis akan sangat membantu pencapaian progresif bagi PDBK di semua setting.

Partisipasi yang dimaksud berupa keterlibatan seluruh anggota keluarga: ayah, ibu, saudara kandung, dan dukungan dari keluarga besar, demi pelaksanaan program yang konsisten. Dalam stimulasi bagi PDBK, kesamaan visi sangatlah penting agar tidak ada perbedaan pendekatan yang justru dapat menyebabkan kegagalan program. Dengan pendekatan yang seragam, anak akan memahami bahwa seluruh keluarga mengharapkan capaian yang sama dari dirinya, sehingga upaya yang dilakukan akan maksimal dengan hasil yang baik pula.

Meningkatkan Kesadaran 

Kesadaran orang tua akan pentingnya eksistensi diri mereka dalam pembelajaran PDBK perlu ditingkatkan dan dijadikan motivasi intrinsik (berasal dari dalam diri). Motivasi ini akan mendorong orang tua, yang secara mandiri dan proaktif melibatkan diri dalam stimulasi tumbuh kembang anak.

Banyak PDBK yang meraih prestasi seiring dengan stimulasi yang konsisten, baik dalam bidang akademik maupun nonakademik, seperti mahir matematika, bernyanyi, melukis, atau olahraga, meskipun memiliki hambatan fisik, psikis, atau perkembangan saraf. Hamdani dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar (2011) mengungkapkan, keterlibatan orang tua adalah salah satu faktor eksternal utama yang memengaruhi prestasi akademik siswa.

Orang tua yang positif dan optimis dalam menilai perkembangan PDBK akan terus berupaya menghadirkan ragam stimulasi dalam keluarga, sehingga semua kebutuhan anak terpenuhi secara holistik. Orang tua yang gagal melihat potensi anaknya akan terus berkutat dengan penyesalan, pengandaian, dan rasa tidak puas. Hal ini hanya akan menciptakan jarak dan berpotensi mengganggu stabilitas keluarga. 

Editor: Sayed M. Husen

SHARE :

0 facebook:

 
Top