Karya Ziya A.K (Siswa SMAN 1 Lhokseumawe)


Setelah banjir pergi,

jalanan masih menyimpan cerita.

Air memang surut,

namun bau lumpur dan sisa-sisa kehidupan

masih tertinggal di kawasan.


Rumah-rumah tertutup lumpur cokelat,

mayat tergeletak sepanjang jalan,

dan yang bertahan berjalan pelan,

seperti takut menginjak kenangan yang rusak.


Di sudut jalan,

air menggenang membawa penyakit,

membuat banyak orang waspada,

karena setelah bencana,

tubuh manusia pun ikut rapuh.


Kadang terlihat bayangan duka:

mayat yang ditemukan terlambat,

terbaring kembung dengan warna yang pucat. 


Namun di tengah semua itu,

ada yang tetap mencoba tegar.

Membersihkan lantai sedikit demi sedikit,

menjemur pakaian yang tersisa,

menyapu lumpur yang tak kunjung kering.


Karena hidup harus terus maju,

meski perlahan, meski sakit,

meski bau lumpur masih menempel

di udara dan di hati.


Dan dari kehancuran itu,

orang-orang belajar lagi

tentang kuatnya manusia—

yang bisa tenggelam,

tapi tidak hilang.


Lhokseumawe, 6 Desember 2025

Editor : Hamdani Mulya

SHARE :

0 facebook:

 
Top