Lamurionline~BANDA ACEH - Wacana akan diberlakukannya redenominasi atau penyederhanaan angka pada mata uang di Indonesia disambut baik oleh pengamat ekonomi Aceh, Nazamuddin. Selaku salah satu dosen di Fakultas Ekonomi Unsyiah, dia menyambut positif terhadap pemberlakuan redenominasi tersebut, Jumat 11 Januari 2013.
Menurut Nazamuddin, redenominasi tidak mempengaruhi ekonomi Indonesia karena hanya menyederhanakan atau pengurangan jumlah angka nol. Dia mencontohkan, uang Rp 1.000 disederhanakan menjadi 1 rupiah.
Selain itu, kata dia, diberlakukannya redenominasi diikuti harga barang yang disesuaikan sama dengan nilai mata uang tersebut. Karena tidak terjadi pengurangan mata uang, seperti sanering.
Kata dia, perbedaan redenominasi menurut teori sangat jauh berbeda. Jika redominasi hanya penyerderhaan mata uang atau disebut dengan pengurangan jumlah angka nol, bukan pengurangan nilai mata uang seperti sanering.
“Misal kalau kita beli nasi jika sekarang 10 ribu rupiah, pasca redomenasi hanya 10 rupiah. Tapi jika sanering, jumlah nilai mata uang terpotong karena harga barang tidak disesuaikan," ujar dia.
Nazamuddin melanjutkan, seperti kalau sekarang nasi Rp 10 ribu, pasca sanering Rp 10 namun kita tetap membutuhkan uang 10 ribu untuk mendapatkan nasi tadi.
"Karena nilai barang tidak sesuai dengan pengurangan jumlah angka mata uang,” kata dia.
Nazamuddin mengatakan Indonesia sebenarnya sudah terlambat dalam memberlakukan redenominasi. Dia membandingkan dengan negara Turki yang telah sukses membuat program serupa.[bna]
SHARE :
 
Top