Oleh : Rina Julita

Seorang pemimpin sejati tentunya merupakan suatu sosok yang diidamkan oleh setiap rakyatnya. Sosok yang diharapkan dapat menjadi panutan dan payung bagi mereka, yang bukan membawa rakyatnya untuk terjatuh kesekian kalinya, melainkan yang akan mengajak mereka untuk bangkit bersama. 



Setiap Kita Adalah Pemimpin 
“Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu bertanggung jawab terhadap kepemimpinan itu.” (HR. Tirmizi). Dalam hadits diatas dijelaskan bahwa setiap kita adalah pemimpin, tapi pernahkah kita tersadar akan hal tersebut. Bahkan cukup banyak diantara kita yang berharap menjadi seorang pemimpin, namun kita tidak pernah menyadari bahwa setiap kita sebenarnya adalah pemimpin, pemimpin bagi diri kita sendiri. Sehingga karena ketidaksadaran itu menyebabkan kita tidak mau mengembangkan diri untuk belajar memimpin diri sendiri sebelum kita memimpin orang lain. Dalam kepemimpinan itu tidak ada istilah “saya ini orang kecil” karena dimata Allah semua manusia itu sama, dan Allah telah menjadikan setiap manusia itu adalah khalifahnya di muka bumi, jadi setiap kita tidak pantas mengeluh bahwa dirinya bukan dan tidak pantas menjadi seorang pemimpin, karena hal demikian hanya akan mengerdilkan jiwa yang suci. 

Pemimpin sejati 
Dalam kehidupan kita cukup banyak pemimpin dengan gaya, prinsip, dan tipical yang berbeda. Namun b a g a i m a n a p u n g a y a kepemimpinannya akan sangat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip yang dianutnya. Ada pemimpin yang ramah, baik hati, pandai bergaul, namun l a m b a n d a n k u r a n g d i s i p l i n , adapemimpin yang memiliki integritas tinggi, prestasi kerjanya menonjol tetapi tidak dicintai oleh rakyatnya. Ada pemimpin yang dicintai dan disegani oleh bawahannya, sungguh dalam bekerja dan suka membimbing karyawannya, namun sayangnya ia tidak punya penerus, dan sebaliknya ada pemimpin yang senang mengajari bawahannya sedangkan ia sendiri jarang mengerjakannya dengan sungguh-sungguh, karena ia lebih suka membimbing dari pada memberi contoh, dan ada juga pemimpin yang berprestasi, kinerjanya bagus, pandai bergaul namun ia sangat sibuk dengan pekerjaannya karena ia tidak pernah membimbing bawahannya. Sehingga semua pekerjaan harus dikerjakan sendiri diakibat ia kurang memberi kepercayaan pada bawahannya. S e m u a h a l d i a t a s m e n g a m b a r k a n b a h w a s e t i a p pemimpin mempunyai alur dan karakteristik yang harus dilalui dan dimilikinya, agar ia tidak mengalami goncangan dan kendala dalam k e p e m i m p i n a n n y a , s e p e r t i kepemimpinan para pemimpin besar islam Nabi Daud, Musa, Ibrahim, Isa dan Nabi Muhammad SAW yang diturunkan Allah dan telah memberi tauladan bagaimana menjadi seorang pemimpin sejati. Pengaruh mereka terasa begitu kuat, yang tidak pernah lekang dan terhapus masa, meskipun mereka sudah tidak adalagi namun pengaruhnya masih tetap hidup bahkan akan semakin kuat. Maka inilah yang disebut dengan pemimpin sejati, seorang pemimpin abadi yang akan terus diikuti meskipun mereka telah tiada, pemimpin yang cara memimpinya sangat sesuai dengan hati nurani. Allah berfirman, “Sungguh, pada diri Rasulullah kamu dapatkan suri teladan yang indah bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah, dan (keselamatan) hari terakhir, serta banyak mengingat Allah.”( QS. Al- Ahzaab 33:21). 

Tingkat kepemimpinan 
Keberhasilan seorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh seberapa tinggi tingkat kepemimpinannya, karena tingkat kepemimpinan itu menentukan seberapa tinggi dan seberapa besar tingkat pengaruhnya. Cukup banyak pemimpin di muka bumi yang populer dan cukup besar pengaruh dimasanya, namun pengaruhnya itu hanya bertahan beberapa masa setelah itu hilang begitu saja di hapus zaman. Dan semua itu sangat berbeda dengan kepemimpinan para pembesar Islam Nabi Muhammad SAW yang pengaruhnya diakui oleh semua orang dibelahan dunia dan abadi hingga sekarang. D a l a m k e p e m i m p i n a n n y a Rasulullah SAW tentunya tidak mudah dan tidak instan mengimplementasikan prinsip dan gaya kepemimpinannya, tentunya beliau harus melewati berbagai tantangan dan rintangan yang bermodalkan akhlak yang suci sehingga dengan itu lah beliau meniti tingkatan demi tingkatan hingga menjadi seorang pemimpin sejati, mulai dari menjadi pemimpin yang dicintai, hingga menjadi pemimpin yang dipercaya, dari pemimpin yang membimbing hingga pemimpin yang berkepribadian, hingga akhirnya menjadi seorang pemimpin yang abadi. “Anda Bisa Mencintai Orang Lain Tanpa Memimpin Mereka, Tetapi Anda Tidak Bisa Memimpin Orang Lain Tanpa Mencintai Mereka” (Ary ginanjar agustian).
SHARE :
 
Top