Lamurionline.com--: Kisah mahasiswa lulusan terbaik Universitas Negeri Semarang
(Unnes) 2014, Raeni menjadi sumber inspirasi bagi semua orang, termasuk
hijabers. Ia membuktikan kepada kita, kondisi keluarga yang berkekurangan tak
jadi kendala jika diiringi tekad kuat memperoleh prestasi cemerlang.
Kisah lain yang layak jadi panutan adalah
seorang remaja putri berusia 19 tahun 9 bulan yang berhasil lulus sebagai
dokter termuda di Indonesia. Dia adalah Riana Helmi, gadis berhijab kelahiran Banda
Aceh 22 Maret 1991 yang menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran (FK),
Universitas Gadjah Mada (UGM).
Putri pasangan Helmi dan Rofi’ah ini juga
tercatat sebagai sarjana termuda di Indonesia dengan predikat cumlaude dan
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,67. Riana sebelumnya pernah tercatat
dalam rekor MURI saat menjadi dokter muda pada usia 17 tahun 9 bulan pada Mei
2009. Kemudian ia menyelesaikan kuliahnya hingga menjadi dokter penuh di usia
19 tahun 9 bulan.
Keberhasilan Riana tentu melalui proses tidak
mudah. Riana Helmi hidup di keluarga sederhana. Ayahnya seorang polisi, membuat
anak pertama dari tiga bersaudara ini beserta keluarganya terpaksa
berpindah-pindah domisili. Mulai Aceh, Karawang dan berakhir di Sukabumi,
tergantung tugas yang diemban sang ayah.
Di usia 3 tahun, Riana sudah pandai membaca. "Beliau
sendiri yang mengajari saya membaca, menulis, berhitung, juga membaca
Alquran," kenang Riana. Sang ayah juga berperan aktif. Riana menilai
ayahnya sebagai orangtua yang sangat peduli terhadap perkembangan pendidikan
anaknya. Ayahnya selalu mengajarkan tentang kegigihan, sifat bersunguh-sungguh
dan kerja keras.
Riana mulai masuk Sekolah Dasar (SD) pada usia
4 tahun. Bukan lantaran paksaan dari kedua orangtua. Namun, kecerdasan Riana
memang sudah tampak setahun sebelumnya.
Riana sejak kecil memang jarang bermain
layaknya anak seusianya. Ia menghabiskan waktunya dengan banyak belajar dan ia
sangat menikmatinya.
Riana menyelesaikan SD selama 6 tahun dengan prestasi sangat
memuaskan. Setelah itu ia mengikuti program
percepatan (akselerasi) di SMP dan SMA
melalui beberapa tes IQ akademik. Hasilnya, Riana selalu lolos uji,
sehingga ia bisa menamatkan SMP dan SMA, masing-masing 2 tahun lamanya. Dia pun
sudah lulus SMA saat usianya baru 14 tahun.
Cita-citanya sejak kecil yang ingin menjadi dokter, membuat dia
begitu mantap untuk mendaftar ke Fakultas kedokteran di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
melalui jalur Penelusuran Bakat Skolastik (PBS). Masuk dunia kampus, Riana
menghabiskan waktu dengan banyak membaca buku serta berdiskusi dengan
teman-teman kuliahnya. Bagi Riana gerbang menuju ilmu pengetahun tiada lain
adalah dengan rajin membaca. Selain aktif belajar di kampus ia juga rutin
mengikuti kajian Islam ilmiah di sekitar kampus.
"Banyak sekali waktu untuk membaca. Terkadang, saya
menargetkan 1 buku untuk tiap akhir pekan, jika tidak ada tugas kuliah yang
harus segera diselesaikan," kata Riana. Selain bercita-cita menjadi
dokter, ia juga ingin menjadi dosen. Alasannya, agar bisa terus belajar dan
mengajarkan, serta terus terdorong untuk menambah pengetahuan.[lebahcamp/Ugm.ac.id]