Seperti yang kita ketahui, Mesir adalah Arzul Kinanah ( Negri Para Nabi) yang sebagian besar nabi diturunkan disini, seperti Nabiyullah Musa dan saudaranya Harun Nabi Yusuf sang ayah yang juga utusan Allah, Nabi Ya'qub, kemudian tinggal bersama putranya tercinta di Mesir. Jauh sebelum era Nabi Yusuf dan Ya'qub, nabi kedua, Idris, pun dikisahkan tinggal di bumi Kinanah tersebut. Nabi Ibrahim pun pernah berkunjung ke Mesir. Bapak agama samawi tersebut melakukan perjalanan bersama istri beliau Sarah. Namun saat itu nabiyullah Ibrahim tak menetap disana, melainkan hanya singgah saja. Akan tetapi Sarah, ibunda Nabi Ishaq pernah tinggal di Mesir selama hitungan hari. Mesir juga negeri yang paling sering disebutkan dalam Al-Qur’an secara dhahir (langsung menggunakan kata-kata Mishr) dibandingkan Mekkah dan Madinah, sebanyak 5 kali, yaitu dalam surah:


 اهْبِطُوْا مِصْراً فَإِنَّ لَكُمْ مَا سَأَلْتُمْ , (Al Baqarah : 61)

وَقَالَ الَّذِي اشْتَرَاهُ مِن مِّصْرَ لِامْرَأَتِهِ أَكْرِمِي مَثْوَاهُ عَسَىٰ أَن يَنفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا , (Yusuf : 21)

 فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَىٰ يُوسُفَ آوَىٰ إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِن شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ ) Yusuf : 99

(, وَنَادَىٰ فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَا قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَٰذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِن تَحْتِي ) Az-Zukhruf : 51

(, وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ وَأَخِيهِ أَن تَبَوَّآ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوتًا ) Yunus : 87

( Mungkin dalam bayangan kita kalau disebutkan Negara arab yg terbayang adalah padang pasir yg sangat mustahil bisa tumbuh rumput diatasnya. Namun nabi Ibrahim telah mendoakan Negara arab (makkah) dengan berkata:

 وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُق أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ 

 Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo’a:”Ya Rabb-ku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” (Q. S. Al-Baqarah:126) 

nyan menyoe musim dingin kapajoh boh stoberi lage kapajoh boh jambe”, begitulah kata abang-abang senior kepada adik-adiknya dan jangan heran ukurannya pun mungkin lebih besar misalnya cabe, bawang, sawi (yg saya ketahui) ukurannya 3x lipat lebih besar dibandingkan ukuran yg di indonesia. Begitu juga dengan postur tubuh orang mesir yg sudah jelas lebih besar dibandingkan kita orang asia dan sebagian mereka juga suka mengejek dengan menanyakan enta shinny? (kamu orang cina?), yang mungkin karena produk cina yg beredar di mesir kurang bagus dan kurang berkualitas akan tetapi tidak sedikit orang kita yg kege-eran karna disamakan dengan orng cina (terbayang orang-orang korea). :p 

Kemudian orang mesir juga suka beradu mulut ditambah lagi dengan suaranya yang keras bahkan mereka juga sering tidak mengantri dan juga keras kepala, Di balik itu mereka sangat menghormati keputusan yang sudah diambil walaupun harus mengalah. Mereka juga cenderung untuk tunduk pada keputusan yang diambil oleh pemimpinnya. Namun itu adalah hal yang wajar dan menjadi alasan kenapa Anbiya’ (nabi-nabi) diturunkan di jazirah arab yang mana pada masa jahiliyah bangsa arab suka berjudi, mabuk-mabukan, berzina, membunuh anaknya hidup-hidup suka berperang dan sebagainya. 

Maka oleh sebab itu diturunkanlah para nabi untuk membenarkan akhlak, aqidah dan kehidupan sosial mereka. Dan juga hal ini sangat mendukung bangsa arab dalam hal peperangan yang sering meraih kemenangan. Sebuah pertanyaan Apakah langkah kita sudah benar untuk menuntut ilmu ke mesir, yang di dalamnya banyak tantangan yg mungkin diantaranya disebabkan oleh penduduk mesir yang kurang bersahabat dan juga lingkungannya yang kurang bersih (daerah perkotaan) ditambah lagi tantangan melawan puncaknya musim dingin dan musim panas, kemudian dalam perjalanan menuju kampus menggunakan busway yang harus berdesak-desakan dengan orang mesir yang postur tubuh kita kalah besar, yang sudah tentu berbanding terbalik dengan keadaan menuntut ilmu di Negara Negara maju lainnya yang fasilitasnya memadai yang perlu mereka pikirkan hanyalah belajar saja. 

Perlu kita ketahui bahwa menuntut ilmu itu tidaklah mudah dan ilmu itu luas, tidak terbatas oleh ilmu inteluktual saja ataupun emosional saja serta spriritual, semua itu adalah ilmu. Yang mungkin dari tantangan tadi juga bisa menjadi pelajaran sebagai contohnya kita dilatih untuk lebih bersabar, bersyukur atas apa yang sudah diberikan, untuk bisa lebih mandiri, Mesir juga dijuluki dengan Ummu ad-dunya yang dimanapun kita bisa mendapatkan ilmu, ketika dijalanannya orang mesir sering menyapa dengan salam apalagi penumpang di dalam busway yang lebih mendahulukan yang tua dari yang muda dan perampuan dari para lelaki yang mana mereka rela berdiri karena hal tersebut,, mereka juga tidak segan-segan untuk memperingati orang asing yang belum memahami etika tersebut. Dan tentunya hidup ini bukan seperti lampu aladin, Tapi butuh perjuangan. Jangankan yang belum ada, yang sudah ada diatas piring saja kalau tidak ada usaha untuk mengambilnya dan mengiringinya ke mulut maka proses makan itu tak akan berhasil. Namun perjuangan memerlukan pengorbanan dan akhirnya akan menjadi sesuatu yang entah disenangi atau tidak yang akhirnya akan membuahkan sesuatu yang manis, insyaAllah. Kalau saya boleh hiperbola mau pilih mana harta sekarung atau belajar di mesir, saya pasti akan memilih kedua-duanya. 

Penulis merupakan alumni Pesantren Oemar Diyan dan saat ini sedang menempuh study di Mesir
SHARE :
 
Top