A Cerpen by Salawati Abu bakar 

Sore itu cuaca sungguh tak bersahabat. Aku dan teman-teman sekampusku masih di ruang mengikuti satu mata kuliah lagi yang belum selesai. Tepat jam 6.30 dosen ku menyetop mata kuliahnya dan kami segera berhamburan keluar karena hari akan semakin gelap dan aku takut sampai kemalaman di rumah. Aku mempercepat langkah ku berharap masih ada kawan untuk numpang sampai di halte atau mungkin sampai di persimpangan tempat aku tingggal. Beruntunglah sore itu tidak hujan, karena biasanya di bulan November akan selalu hujan. 

Tibalah aku di halte tempat aku menunggu labi-labi yaitu kendaraan roda empat yang mempunyai atap dan kursinya memanjang seperti sofa dan saling berhadapan dan pintunya di tengah. Aku harus menempuh perjalanan 2 jam lamanya untuk sampai di rumah, dan aku harus naik 2x angkutan umum. Begitulah selalu kebiasaan aku dalam menempuh pendidikan ku. Dan Sekarang aku adalah seorang mahasiswa yang menekuni bahasa inggris. Dan sekarang hampirr menempuh ujian terakhir semester tujuh. 

Jam menunjukkan pukul 8.00 wib aku baru sampai di rumah dan aku merasa sangat lelah sore itu. Mengetuk pintu sambil mengucap assalamualikum, Ibu nadia pulang buk. Walaikumsalam jawab ibu sambil membukakan pintu untukku ‘ telat sekali nak pulang kuliahnya?’. Maklum buk dah kesorean siapnya jadi semua angkutan penuh sahut ku. Aku menyalami ibu langsung masuk dan segera aku berwudu menqadha shalat magribku yang terlewatkan. Ya Allah maafkan aku yang telah lalai padamu pintaku dalam sholat. 

Walaupun badanku sudah sangat letih tetapi setelah sholat insya aku tetap mengaji walaupun cuma satu ayat. Karena prinsip ku jika kita selalu mengingat Allah maka Allah tak kan melupakan kita. Selesai mengaji aku keruang makan dan makan malam, setelah itu masih belum tidur karena masih banyak tugasku yang menumpuk tapi bukan tugas kampus melainkan tugasku di sebuah lembaga LSM masyarakat tepatnya di kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar, Aceh. Aku memang membiasakan untuk hidup mandiri dan mencoba membantu keuangan orang tua karena ku tahu sungguh keluarga ku bukan dari kalangan orang-orang yang hidup berkecukupun. Aaku paksakan tubuh dan mata ini untuk bekerja sama menyelesaikan tugasku. Tepat jam 11.00 wib semuanya siap dan aku langsung merebahkan badan ku di atas tikar yang terbuat dari daun “ngon” nama daun dalam bahasa Aceh yang di buat untuk untuk mengayam tikar. 

*** 

Tidurku tadi malam sungguh sangat lelap dan aku terbangun ketika azan subuh berkumandang sungguh indah dan sejuk pagi ini. Semoga keberkahan bagiku ya Allah pinta ku dalam hati. Segera aku mengambil wudhu dan merasakan kesegaran yang luar biasa dari wudhu ku kali ini. Ku bentangkan sajadah kemudian shalat sunat 2 rakaat dan baru kemudian aku shalat subuh. Selesai sholat aku membantu ibu menyiapkan sarapan pagi untuk adikku yang cewek Ayunndiah dan tentunya buat ayah ku tercinta. Siap sarapan adik dan ayah ku langsung berangakat, adikku seorang siswa Man kelas 1 dan ayah ku adalah seorang wiraswswasta. Hari ini aku tidak ada jadwal kuliah pagi jadi kuputuskan untuk membantu ibu hari ini karena aku sekarang ini sudah jarang sekali aku membantu ibu disebabkan jadwal kuliah yang padat dan kerja sampingan ku di sebuah LSM Masyarakat. 


Jam menunjukkan pukul 10.00 wib aku bergegas kekampus dan permamitan sama ibu. Aku harus cepat sampai dikampus hari ini kalau telat sungguh aku tak di perbolehkan masuk lagi oleh dosen speaking ku pak Sholeh. Beliau terkenal kejam dan tegas. Alhamdulillah aku sampai kekampus jam 11.20 wib karena aku di boncengi oleh kawan ku siti Azzura namanya.. Namun ketika aku masuk ruang, aku melihat seorang mahasiswa tersenyum padakuu lalu aku membalas senyumya. Jam 11.30 wib pak Sholeh masuk ruang dan mata kuliah pun di mulai dan tak terasa mata kuliah ku hari ini dengan pak shaleh berakhir. Aku langsung bergegas pulang karena hari ini cuma ada 1 mata kuliah. 

Dalam perjalan pulang di dalam angkot labi-labi aku bertemu lagi dengan pemuda yang tadi aku jumpai di kelas pak Sholeh. Dia langsung menegur ku tapi aku hanya senyum kepadanya dan ia duduk persis di hadapanku.’ Maaf kamu Pulang kemana?’ tanyanya, hah apa? Tanya ku balik karena aku merasa logatnya berbeda jadi aku tidak paham apa yang dia tanyakan. “pulang kemana?” tanyanya sekali lagi, oh aku pulang ke Samahani. Di mana itu? Tanya lagi, kemudian aku menjelaskan di mana daerah aku tinggal dan tanpa sadar di dalam mobil kami saling bercakap-cakap dyang akhirnya ku tahu dia adalah orang turki yang ikut pertukaran pelajar antar Negara. Ezmir evit itulah nama yang dia perkenalkan padaku, dan ku beritahu namaku Nadiatul rahmah. Ok aku telah sampai katanya, keninde iyi bak,hoska cal sapanya dalam bahasa turkey, I just smile to him. Dia turun di daerah Prada depan SD 45 Prada Banda Aceh. 

Setelah pertemuan ku dengan ezmir maka tanpa ku duga silaturrahmi kami mulai terjalin. Dia sering sms ku dengan pesan-pesan yang indah dan menelpon ku hanya untuk mengingatkan ku jangan lupa sholat. Mulailah dari situ aku mulai menganguminya, aku sering berjumpa dia di mesjid kampus dan ku lihat setelah ia sholat ia tak langsung pergi tapi melantunkan ayat-ayat suci Alquran. Aku salut padanya, karena masih ada pemuda yang di rantau makin dekat dengan Robb sang peniup rohnya. Namun begitu meski kami telah menjalin silaturrahim dia sungguh menghormatiku tak pernah dia menyentuhku walaupun untuk berjabat tangan. Dari sanalah hati ini mulai bermekaran seperti bisikan halus yang masuk kerelung hatiku yang aku sendiri tak tahu itu. 

*** 

Hari ini jumat aku ada pengajian di mesjid lampriet, Banda Aceh setelah zuhur dan biasanya pengajian di mulai jam 15.00 wib. Ezmir biasanya juga ikut pengajian itu, namun sore itu dia tak nampak. Kemudian ku ambil hanphone di tas mungilku kuketik “assalamualaikum…. Ezmir where are you? why didn’t come to reciting this noon?’ lalu kutekan pilihan send di hpku. Aku berharap dia segera membalas,tapi sampai malam tak ada respons dan nomornya pun tak dapat di hubungi. 

Keesokan harinya di kampus setelah keluar dari kelas aku mencarinya, aku mencarinya di pustaka, mesjid dan kantin tapi nihil aku tak menemukannya. Kemudian aku berjumpa dengan Said hidayat teman kostnya, aku bertanya padanya kemana ezmir. “Ezmir telah kembali ke negaranya, apakah dia tidak memberitahu mu? Dia kembali ke turkey pagi jumat” kata said. Kemudian Said pergi meninggalkanku. Jawaban said membuat aku terdiam dan hati ini rasanya sunnguh sangat sakit bak luka yang teriris di kasih garam. Aku tak tahu kenapa perasaan menyakitkan ini bisa muncul, sungguh hati ini pilu bak teriris sembilu. Sungguh tega kamu ezmir meninggalkan ku tanpa kabar, padahal sebelumya kau begitu care padaku. Yang ku sadari saat itu aku telah jatuh cinta padamu ezmir, lelaki tampan, taat, sopan dari turkey yang telah memikat hati ku. Namun sekarang luka yang kau tinggalkan padaku. *** 

3 tahun kemudian 

Sekarang aku telah bekerja di sebuah perusahaan pemerintah di bidang komunikasi publik. Hari-hariku di sibukkan dengan segudang aktifitas di kantor yang tak jarang tugas-tugas itu aku bawa pulang kerumah untuk ku selesaikan. Dan tiga tahun pula aku sudah bisa melupakan sosok ezmir. Namun malam itu ku ambil laptopku untuk mengerjakan tugasku dan sambil mengerjakanya aku membuka emailku karena banyak email dari kantor yang aku harus baca dan selesaikan karena terkadang itu kepalaku mengirimnya lewat email tugas yang harus aku selesaikan segera. Ketika tengah asik-asik ku lihat email-emailku, tiba –tiba aku melihat sebuah email dari orang yang aku tak kenal. Kemudian ku coba buka dan teryata itu dari ezmir. Setelah sekian lama baru sekarang kau kasih kabar gumamku, kemudian aku membaca emailnya yang isinya: 

“‘ Assalamualaikum,,, merhaba ! nasilsin ? Nadia I know setelah sekian lama aku pergi tanpa kabar itu membuat mu mungkin tak mau membaca emailku atau mungkin kamu sungguh sangat membenciku. Aku minta maaf sekali tak ada maksud ku untuk menggoreskan luka di hatimu atau atau membuat senyum di bibirmu kuncup bak bunga , bukan pula ingin membuat bulan merasa menang karena ia bisa tersenyum lepas pada dunia. Maafkan aku, waktu itu aku pergi karena masa ku untuk di Aceh telah selesai. Telah banyak pengalaman yang ku petik di sana dan aku juga menemukan seorang tambatan hati yang tak pernah ku sangka, karena dia sekarang aku mampu bertahan dan meraih mimpiku. Sekarang aku telah kembali ke Indonesia Nad, sekarang aku telah menjadi seorang Menteri dan sekarang aku di tugaskan di Indonesia sebagai Menteri luar negei untuk Turkey.kau masih pakai nomormu yang dulu bukan? Ku harap kau senang mendengar kabar ini. Dan minggu depan aku akan ke Aceh dan ku harap kau mau bertemu denganku, ku tunggu kau di mesjid Lampriet tempat kita sering mengaji, ku harap kau akan datang. Wassalam” 

Sontak aku menagis, aku tak tahu tangis kebahagiaan atau tangisan luka. Karena setelah sekian lama ku coba menjahit kembali luka yang kau tinggalkan namun kini kau datang tanpa merasa bersalah. Ya allah mungkin semua ini telah kau rencanakan, aku percaya ya Allah atas apa yang engkau telah kehendaki. Karena yang baik di mata manusia belum tentu baik di mataMu, dan yang buruk di mata manusia belum tentu buruk di mataMu. Malam itu sebelum aku tidur, aku shalat witir 3 rakaat untuk menenangkan hati ini. 

 *** 

Hari yang ku tunnggu supaya tak datang ternyata datang juga. Hari jumat itu aku memang sengaja tak ikut pengajian karena aku masih ragu untuk bertemu denganya. Jam 2.00 wib sebuah pesan masuk ke hp ku. Kulihat itu nomor baru dan ku cuba buka “ assalamualaikum.. nad aku tunggu kamu di mesjid lampriet ya!”. Aku menghela nafas panjang dan menutup pesan itu tanpa meresponsnya. Aku ragu untuk kesana, aku takut terluka lagi ya Allah. Namun jam 3.00 wib aku putuskan untuk kesana dengan mengendarai sepeda motorku yang ku beli dengan hasil kerjaku selama ini. Aku kemudian langsung berangkat kesana walupun ada perasaan yang berkecamuk dalam hati ini. 

Hari itu cuaca rupanya juga tak bersahabat, tiba-tiba dalam perjalanan hujan pun turun di daerah rumah sakit lampriet kira-kira 1 km lagi hampir sampai ke mesjid tujauanku. Sampai di halaman mesjid aku memparkirkan sepeda motorku di bawah pahon yang ada di halaman mesjid. Bergegaslah aku berdiri di tangga mesjid agar tak terlalu basah karena tadi ketika hujan aku tak memakai baju jas hujan. Aku tengah asik membersihkan air hujan di bajuku, sebuah suara datang dari belakangku “ Assalamualaikum Nad!, aku memutar badanku dan kulihat seorang lelaki tampan dengan baju koko ,celana kain dan kopiah di kepalanya. Walaikumsalam jawabku, aku begitu mengenal lelaki itu, dia adalah Ezmir, lelaki yang hati ini pernah kukagumi dan aku jatuh hati padanya. Mata kami saling memandang,dan seakan ikut berbicara akan apa yang ada di hati kami. Suasana diam pun hadir, namun terpecahkan ketika Ezmir mengungkapkan kenapa dia balik ke Aceh lagi. Nadiatul rahmah dia mengucapkan namaku lengkap dan kali ini logat bahasanya telah bagus, aku datang kesini ingin menyambung kembali silaturrahmi di antara kita, dan biarkan hujan ini, pohon-pohon yang di sekitar kita, dan Allah menjadi saksi atas keinginan muliaku ini. Nadiatul rahmah izinkanlah aku meminangmu, apakah kamu mau menikah denganku?”. Aku tertegun tak percaya atas apa yang ia telah ucapkan, aku menangis tak pecaya dan aku bimbang jawaban apa yang harus ku putuskan. Mungkin meskipun di rumah Allah tempat aku selalu mencurah kan seluruh perasaan ini tapi maaf aku belum bisa menjawabnya sekarang,jawabku dengan terbata-bata. Namun jika kamu sungguh-sungguh dengan keinginanmu maka datanglah kerumah , temui orang tuaku, lamarlah aku sama orang tuaku. Assalamualiakum, sapaku kemudian aku lansung berlari dan pulang meski hujan aku tak menunggu reda. 

 *** 

 Hampir satu minggu setelah ia melamarku, namun ia tak kunjung datang kerumahku. Dan aku berfikir mungkin dia cuma main-main, kenapa sih aku masih berharap kalau ia akan menepati omongannya. Hari kamis siang, Ibu memberitahuku bahwa nanti siang akan ada tamu datang kerumah dan semuanya harus kumpul tanpa memberitahu alasannya ibu menyuruhku berkemas juga. Jam 14.00 wib tamu yang di tunggupun datang, dan Ayah, ibu dan adikku telah menunggu di ruang tamu, sedangkan aku di suruh membuatkan minum dan aku pun belum bertemu dengan tamu itu. Namun betapa terkejutnya aku ketika aku menghidangkan minuman untuk mereka aku melihat Ezmir duduk manis dengan setelan baju kokonya lengkap dengan kopiah. Dan siapa wanita dan laki-laki yang duduk di sampingnya?. Ternyata mereka berdua adalah orang tua Ezmir dan maksud kedatangan mereka adalah untuk melamarku. Ternyata kamu hilang seminggu untuk menjemput orang tuamu, maafkan aku yang telah berburuk sangka padamu. Ezmir melamarku dan keluarga ku menyakan persetujuanku karena semua ini nantinya aku yang akan menjalaninya. Alhamdulillah lamaran Ezmir di sambut dengan baik, dan kedua belah pihak menentukan tanggal akad nikahnya. 

Ijab kabulpun terucap di mesjid Raya Baiturrahman dan keluarga kami dan Allah menjadi saksi atas pernikahan kami ini. Kini dia telah halal bagiku,perasaan haru bercampur bahagia menjadi satu dan kini aku akan menjadi seorang istri yang akan selalu patuh pada suami karena apabila seorang istri patuh pada suaminya, melayani suaminya, ia menjaga kehormatannya maka masuklah ia ke dalam surga mana yang ia kehendaki. Kalimat syukur tak henti membasahi bibir ini akan nikmatMu yang kau berikan ya Allah. Engkau telah menyatukan kami dalam mahligai rumah tangga, semoga anak-anak kami kelak menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah.
SHARE :
 
Top