Oleh Sayed Muhammad Husen
 

Dunia anak identik dengan dunia bermain. Namanya anak-anak tetap saja membutuhkan waktu yang cukup untuk bermain. Lembaga pendidikaan formal dan informal tempat anak belajar juga perlu disertai kesempatan bermain yang cukup. Sebab, bermain akan menjadi sarana bagi anak dalam mengembangkan kreativitas, imajinasi dan mimpi-mimpi menuju masa depan yang gemilang.   

Kita seringkali salah paham tentang pemenuhan kebutuhan anak untuk bermain, akibatnya waktu untuk bermain tak terencana dengan baik. Orang tua keblablasan memberi kesempatan kepada anak bermain sebebas mungkin. Waktunya pun  sering tak dibatasi. Pilihan bentuk permainan sering tak mempertimbangkan unsur edukasi, akhlak dan dampak terhadap psikologis bagi anak.  

Idealnya, orang tua merencanakan waktu, bentuk dan fasilitas yang dapat digunakan anak untuk bermain. Orang tua perlu memonitor anak bermain dan mengetahui dengan siapa dia bermain, terutama pada waktu senggang di luar jam pelajaran sekolah/madrasah. Akan lebih baik apabila pada waktu tertentu orang tua mendampingi anak bermain dan memperkenalkan berbagai bentuk permainan tradisional dan modern.  

Lembaga pendidikan juga perlu menyediakan waktu yang “wajar” bagi anak bermain. Sekolah/madrasah dapat memperkenalkan permainan yang mengandung unsur pendidikan dan merangsang imajinasi anak. Perlu menciptakan berbagai jenis permainan yang menantang dan anak mampu mengekspresikan bakat dan minatnya. Misalnya dalam bentuk aneka lomba olah raga, seni dan budaya.

Zaman kini, kita dihadapkan pesatnya perkembangan teknologi informasi, akibatnya dunia bermain anak menawarkan pilihan banyak jenis aplikasi game. Karena itu, orang tua diharuskan mampu mensiasati revolusi game tersebut. Bisnis aplikasi game tumbuh dan berkembang tak terkendali. Orang tua, masyarakat, bahkan  negara seakan tak mampu lagi membendung dampak negatif game yang bermuatan seks, kekerasan dan judi.

Untuk itu, orang tua perlu memilih game yang sehat dan mendampingi anak bermain game. Jangan biarkan mereka kecanduan game, sehingga merusak pola komunikasi dan interaksi anak dengan orang tua dan masyarakat. Kita juga perlu dukung upaya menciptakan berbagai aplikasi game yang sehat dan Islami.

Sumber: Gema Baiturrahman
SHARE :
 
Top