Gambar: Ilsutrasi
Oleh: Ustadzah Nursalmi, S.Ag

 عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعىَ حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ

[رواه البخاري ومسلم]


“Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas.Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan.
Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya disekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan.Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati“.
(Riwayat Bukhari dan Muslim)

Faidah Hadits.
Termasuk sikap wara’ (hati-hati) adalah meninggalkan perkara perkara syubhat. Melakukan perkara syubhat merupakan pintu masuk untuk melakukan hal yang haram. 

Hikmah dan rahasia Allah di balik adanya hal hal yang syubhat agar umat bersemangat dalam menggali ilmu. 

Pertanda ketakwaan seseorang jika dia meninggalkan perkara-perkara yang syubhat karena khawatir akan terjerumus kepada hal-hal yang diharamkan. 

Hadits ini memberi motivasi dan anjuran untuk meninggalkan hal yang haram, serta menjauhi perkara yang syubhat. Berhati hati dalam masalah agama dan kehormatan, dan tidak melakukan perkara perkara yang menyebabkan buruk sangka ( su’udzan) dan terjerumus terhadap sesuatu yang dilarang. 

Jasad yang baik tergantung pada hati yang baik. Jika hati baik maka seluruh tubuh menjadi baik, dan jika hati rusak maka seluruh tubuh menjadi rusak. Untuk itu sangat dituntut untuk memperhatikan hati lebih dari perhatiannya kepada tubuh, karena hati adalah penentu baik buruknya perbuatan tubuh. 
Seruan untuk memperbaiki kekuatan akal dan memperbaiki jiwa dari dalam merupakan bentuk memperbaiki hati. 

Kajian Kitab Hadits Arba’in, di Majlis Ta’lim Al-Maghfirah, Persatuan Orang Tua Murid (POM) TPQ Plus Baiturrahman Banda Aceh, setiap Jumat ba’da Ashar. Di Mesjid Raya Baiturrahman
SHARE :
 
Top