Oleh: Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA

RAMADHAN telah tiba. Marhaban ya Ramadhan…! (Selamat datang bulan Ramadhan). Tamu agung yang ditunggu-tunggu kedatangannya selama ini membawa sejumlah “hadiah” dari Allah Subhanahu Wata’ala berupa pahala, rahmat, pengampunan dosa, kemuliaan, keberkahan, dan lainnya. Setelah sekian lama berpisah, kini bulan yang dirindukan ini telah hadir menghampiri kita. Kedatangannya selalu dinantikan dan dielu-elukan oleh umat Islam. Suasana bersamanya menyenangkan dan membuat jiwa-jiwa orang mukmin tenang dan damai. Umat Islam seluruh penjuru dunia menyambut kedatangan Ramadhan dengan perasaaan gembira dan suka cita.

Ada fenomena menarik ketika Ramadhan tiba. Umat Islam di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia saling menyampaikan ucapan tahniah atau selamat “Marhaban ya Ramadhan”. Tulisan tahniah  atas kedatangan Ramadhan tersebut menghiasi setiap sudut kota dengan spanduk dan baliho, bermunculan di berbagai media baik media cetak dan elektronik. Bahkan SMS ucapan tahniah ini menjadi SMS paling favorit dan trend ketika Ramadhan tiba. Juga melalui media sosial seperti WA, instagram, line, twitter, facebook dan lainnya. Ungkapan tahniah seperti ini sudah menjadi populer di kalangan umat Islam sebagai bentuk ungkapan rasa gembira dan antusias atas kedatangan bulan Ramadhan.

Sudah sepatutnya seorang muslim bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan. Bagaimana tidak? Bulan Ramadhan merupakan bulan keberkahan, rahmat, maghfirah (pengampunan dosa), itqu minnan nar (pembebasan dari api neraka), bulan menuai pahala, bulan dilipat gandakan pahala ibadah, sarana menjadi orang taqwa, dan sebagainya. Dengan berbagai keutamaan yang dimilikinya tersebut, maka sangatlah wajar bila bulan Ramadhan dijuluki oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam sebutan sayyid asy-syuhur (penghulu segala bulan). Oleh karena itu, Ramadhan disambut dengan gembira dan suka cita oleh umat Islam di seluruh dunia.

Sebaliknya, ada sebahagian golongan yang merasa susah dan gelisah dengan kedatangan bulan Ramadhan. Mereka tidak bergembira sebagaimana umat Islam lainnya yang bergembira dalam menyambutnya. Mereka ini adalah golongan syaithan dan para pengikutnya dari kalangan manusia. Bagi syaithan, kedatangan bulan Ramadhan berarti menggagalkan usaha mereka selama ini untuk menjerumuskan manusia ke dalam kubangan dosa. Pada bulan yang mulia ini Allah Subhanahu Wata’ala menyediakan pengampunan bagi orang-orang yang bertaubat dan berpuasa. Rasa tidak senang juga dirasakan oleh para pengikut dan murid syaithan dari kalangan manusia. Bagi mereka, Ramadhan mengganggu maksiat yang sudah biasa melakukan selama ini.

Kita patut bersyukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas nikmat yang besar yaitu dengan dipertemukannya kita dengan Ramadhan kali ini. Dengan demikian kita masih diberi kesempatan dan peluang oleh Allah Subhanahu Wata’ala untuk meraih berbagai keutamaan dan fasilitas pada bulan Ramadhan. Mungkin Ramadhan sebelumnya kita tidak optimal dalam beribadah. Maka Ramadhan kali ini kesempatan bagi kita untuk memperbaikinya untuk optimal dalam beribadah.

Bersyukurlah orang-orang yang dipertemukan dengan Ramadhan. Berapa banyak saudara-saudara kita muslim yang tidak dapat kesempatan beribadah di bulan Ramadan kali ini karena mereka telah dipanggil oleh Allah Subhanahu Wata’ala, yaitu meninggal dunia. Ada pula sebahagian saudara yang sampai hari ini masih sakit dirawat di rumah sakit. Maka bersyukurlah kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala terhadap nikmat umur dan kesehatan ini sehingga dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Oleh karena itu, perbanyaklah ibadah di bulan Ramadhan sesuai dengan petunjuk Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, agar kita dapat meraih berbagai keutamaan yang disediakan Allah Subhanahu Wata’ala  pada bulan yang mulia ini.

"Marhaban ya Ramadhan", mari kita sambut bulan Ramadhan dengan lapang dada dan penuh kegembiraan. Bulan yang membawa berbagai keberkahan dan keutamaan. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam ketika menyambut Ramadhan:

“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, penghulu segala bulan. Maka selamat datanglah kepadanya. Telah datang bulan puasa membawa segala rupa keberkahan. Maka alangkah mulianya tamu yang datang itu”. (HR Ath-Thabrani).

Ramadhan merupakan syahrul Quran (bulan Al-Quran). Diturunkannya Al-Quran pada bulan Ramadhan menjadi bukti nyata kemuliaan dan keagungan bulan Ramadhan. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185). Di ayat lain, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) pada malam qadar” (QS. Al-Qadar: 1). Maka, pada bulan Ramadhan ini kita sangat dianjurkan untuk bertadarus Al-Quran yaitu memperbanyak membaca Al-Qu’an, memahaminya, mengkhatamkannya menghafalnya, mempelajarinya, dan mengamalkannya. Tanpa membaca, memahami, dan mempelajari Al-Qur’an, maka tidak mungkin kita mengamalkan Al-Quran. Tadarus Al-Quran termasuk amalan yang paling dianjurkan di bulan Ramadhan. Inilah sunnah (perbuatan) Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Beliau selalu bertadarus Al-Quran di bulan Ramadhan seperti yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim.

Ramadhan merupakan syahrun mubarak (bulan keberkahan). Setiap ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan, maka Allah akan melipat gandakan pahalanya.

Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: “Sungguh telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini diwajibkan puasa kepada kalian..” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi).

Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam pernah berkhutbah di hadapan para sahabatnya, “Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (ibadah) di dalamnya lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah. Siapa yang mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan (pada bulan itu), seolah-olah ia mengerjakan satu perbuatan wajib pada bulan lainnya. Siapa yang mengerjakan satu perbuatan wajib pada bulan yang lain, ia seolah-olah mengerjakan tujuh puluh kebaikan di bulan lainnya.” (HR. Baihaqi)

Ramadhan merupakan bulan ibadah dan taqwa.  Ramadhan memberikan motivasi kepada umat Islam untuk memperbanyak ibadah dan amal shalih (kebaikan) dan meninggalkan maksiat. Pada bulan Ramadhan pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan syaithan-syaithan diikat. Dengan demikian, Allah Subhanahu Wata’ala telah memberi kesempatan kepada hamba-Nya untuk masuk surga dengan ibadah dan amal shalih yang mereka perbuat pada bulan Ramadhan. Subhanahu Wata’ala menyediakan berbagai keutamaan di bulan Ramadhan untuk memberi motivasi dan semangat beribadah agar kita masuk surga. Maka pintu-pintu surga dibuka. Maksiatpun sedikit dilakukan pada bulan ini sehingga pintu-pintu neraka ditutup. Syaithan tidak diberi kesempatan untuk mengoda dan menyesatkan manusia karena dikat oleh Allah Subhanahu Wata’ala.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Apabila masuk bulan Ramadhan maka pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan syaithan-syaithan pun dibelenggu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Apabila malam pertama bulan Ramadhan tiba, maka syaithan-syaithan dan jin-jin Ifrit dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup sehingga tidak satupun darinya terbuka, dan pintu-pintu surga dibuka sehingga tidak satupun pintu yang tertutup. Kemudian ada seorang (malaikat) penyeru yang memanggil: “Wahai pencari kebaikan sambutlah dan wahai para pencari kejahatan kurangilah”, dan Allah membebaskan orang-orang dari api neraka pada setiap malam.” (HR. At-Tirmizi, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah).

Para pelaku maksiat dipersempit ruang gerak untuk berbuat maksiat pada bulan Ramadhan. Karena, pada bulan Ramadhan mereka harus menahan nafsunya. Mereka harus menahan dan menjaga diri dari maksiat dengan ibadah puasa. Tempat-tempat maksiat, hiburan-hiburan yang mengumbar birahi dan fasilitas maksiat lainnya ditutup. Terlebih lagi para syaithan yang menjadi "guru" atau "idola" bagi para pelaku maksiat selama ini dibelenggu pada bulan Ramadhan. Begitu pula nafsu yang menjerumuskan manusia ke neraka juga dikekang dengan ibadah puasa. Karena puasa itu adalah penahan nafsu dan maksiat sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam: “ Puasa itu Junnah (penahan nafsu dan maksiat)” (HR. Ahmad, Muslim dan An-Nasa’i)

Ramadhan merupakan bulan maghfirah (pengampunan dosa). Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: ”Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at dan Ramadhan ke Ramadhan  menghapuskan dosa-dosa di antara masa-masaitu selama dosa-dosa besar dijauhi”. (HR. Muslim). Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: ”Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah Subhanahu Wata’ala , maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari dan Muslim). Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam juga bersabda: ”Barangsiapa yang berpuasa yang melakukan qiyam Ramadhan  (shalat tarawih) denganpenuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah Subhanahu Wata’ala , niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ramadhan merupakan bulan itqun minan nar (pembebasan dari Api neraka). Setiap malam di bulan Ramadhan Allah membebaskan hamba-hamba yang dikehendaki dari api neraka. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam  bersabda, “Dan Allah membebaskan orang-orang dari api neraka pada setiap malam.” (HR. At-Tirmizi, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah).

Pada bulan Ramadhan terdapat malam Lailatul Qadar. Malam Lailatul Qadar ini nilai kebaikan padanya lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana Alah tegaskan dalam firman-Nya: “Dan tahukah kamu Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.” (Al-Qadar: 2-3).

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: “Pada bulan Ramadhan ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang dihalangi kebaikannya padanya, maka rugilah dia” (HR. Ahmad, An-Nasa’i & Al-Baihaqi).

Maka kita sangat digalakkan untuk melakukan ibadah i’tikaf pada bulan Ramadhan, khususnya pada sepuluh terakhir, dalam rangka mencari Lailatul Qadar mengikuti perbuatan (sunnah) Rasul Shalallahu ‘Alaihi Wassallam.

Aisyah r.a berkata: “Apabila telah masuk sepuluh hari terakhir (dari bulan Ramadhan), Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam menghidupkan waktu malam beliau, membangunkan keluarga beliau untuk beribadah, dan mengencangkan ikat pinggang.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat lain: “Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam sangat giat beribadah pada sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan) melebihi ibadah beliau pada hari-hari lainnya.” (HR. Muslim)

Akhirnya, mari kita sambut kedatangan bulan Ramadhan ini gembira dan antusias dalam beribadah. Mari kita hidupkan Ramadhan ini dengan melakukan berbagai aktivitas ibadah dan amal shalih seperti puasa, tadarus al-Quran, shalat-shalat sunnat khususnya tarawih dan witir, i’tikaf, infaq, shadaqah, memberi bukaan orang yang berpuasa dan sebagainya. Sudah sepatutnya berbagai keutamaan yang dimiliki oleh Ramadhan memberikan motivasi dan semangat kepada kita untuk memperbanyak ibadah dan amal shalih padanya. Semoga kita dapat meraih berbagai keutamaan yang disediakan pada bulan Ramadhan ini. Amin..!

Penulis adalah ketua Majelis Intelektual Ulama dan Muda Indonesia (MIUMI) Aceh, pengurus Dewan Dakwah Aceh, dan anggota Ikatan Ulama dan Da’i Asia Tenggara

SHARE :
 
Top