Oleh: Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 22 Syawal 1440

Ilustrasi
Saudaraku, menyambung tema muhasabah tentang pesan syawalan, upgrading personaliti islami, maka tema muhasabah hari ini adalah berupaya meningkatkan kualitas sifat yang dititip kepada kita oleh Allah dari sebagian sifatNya yaitu kasih sayang.

Kasih sayang secara populis dimaknai sebagai sikap apresiatif yang muncul dari kemahakasihsayangNya Allah yang dicurahkan pada ketulusan hati kita untuk mencintai, menyayangi, membantu, melindungi, merawat, memelihara apapun apalagi siapapun yang disayanginya.

Sebagai orang Islam, tuntunan dalam al-Qur'an dan hadis mengajarkan bahwa kasih sayang sebagaimana kasih sayangNya Allah,  mesti meluas melintas batas, mulai kasih sayang terhadap diri sendiri, orangtua, suami atau istri, anak-anak, saudara, keluarga besarnya, tetangga, saudara setempat kerja, sesama warga anak bangsa, sesama manusia di manapun berada, hingga makhluk hidup dan alam sekitar lingkungannya.

Sebagai hamba, kita berusaha meneladani percikan kasih sayangNya Allah kepada seluruh makhluk ciptaanNya. Malah sifat kepengasihan Allah berlaku bagi seluruh manusia baik itu yang Islam maupun yang kafir, malaikat, setan, hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan, batu-batuan dan seluruh makhluk ciptaanNya. Dialah Allah yang al-Rahman 

Dengan rahmanNya, seluruh makhluk di muka bumi ini menerima belas kasihnya. Perhatikanlah orang, masyarakat, bangsa dan negara yang tidak menyembah kepada Allah, mereka tetap dianugrahi apapun yang diusahakannya, bahkan secara lahiriah bisa jadi tampak lebih maju, dan lebih berhasil ketimbang orang, masyarakat, bangsa dan negara yang notabene "beriman dan bertakwa" kepada Allah swt namun usahanya belum maksimal.

Perhatikanlah sikap seorang ibu sesiapapun ia kepada anaknya, atau seorang manusia terhadap seekor binatang. Untuk ini, terdapat riwayat bahwa Abu Hurairah ra berkata Rasulullah bercerita, “Pada suatu ketika ada seekor anjing mengelilingi sebuah sumur, anjing itu hampir mati kehausan. Tiba-tiba dia terlihat oleh seorang wanita pelacur bangsa Yahudi. Maka dibukanya sepatu botnya kemudian diambilnya air dengan sepatunya lalu diminumkannya pada anjing yang hampir mati itu. Maka Allah mengampuni dosa-dosa wanita itu.” (HR. Muslim)

Betapa banyak pengalaman sekawanan ikan lumba-lumba yang ikhlas menyelamatkan seekor anjing yang hampir tenggelam, atau sekawanan kuda nil yang menyelamatkan rusa atau anak zebra dari terkaman maut buaya di pinggir danau, atau seekor induk rusa ikhlas membiarkan dirinya dimakan oleh harimau agar anaknya terbebas dari bahaya, dan seterusnya.

Dalam sebuah riwayat Rasulullah saw bersabda ’Allah swt menjadikan rahmat (kebaikan) itu seratus bagian, disimpan di sisiNya sembilan puluh sembilan dan diturunkanNya ke bumi ini satu bagian; yang satu bagian inilah yang dibagi pada seluruh makhluk, (yang tercermin antara lain) pada seekor binatang yang mengangkat kakinya atas anaknya, terdorong oleh rahmatnya, kuatir jangan sampai menyakitinya (menginjak anaknya). (HR. Muslim).

Dari Abu Hurairah ra berkata Nabi saw bersabda : “Tatkala menciptakan makhluk, Allah ta’ala telah menulis dalam buku yang tersimpan di Arasy, “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih besar daripada murka-Ku”. (Hr. Muslim) 

Allah juga berfirman, “Rahmat-Ku mencakup segala sesuatu” (QS. Al A’raaf 156) 

Dengan rahman atau pengasihNya, para malaikat membisikkan ilham kebaikan kepada manusia, setan juga diberiNya kesempatan mengganggu manusia guna mencari teman yang akan menemani mereka di neraka nantinya, bumi menumbuhkan aneka pepohonan, tetumbuhan, dan sayuran. Bumi juga menyimpan begitu rapi bangkai manusia di dalam perutnya. Demikian juga beragam perabotan memberi kenyamanan pada manusia pada saat digunakannya. Semua itu karena kebaikan Allah dengan sifat rahmanNya.

Saudaraku, bila al-Rahman kasihNya Allah berlaku dan bersifat umum untuk semua makhluk, maka al-Rahiim sayangNya Allah berlaku dan bersifat khusus hanya diperuntukkan bagi hamba-hambaNya yang beriman kepadaNya saja. Oleh karena itu al-Rahman dimaknai maha pengasih dan al-Rahiim dimaknai maha penyayang. Kemahapengasihan Allah ke semua makhluk, dan khusus orang-orang yang beriman memperoleh tambahan karunia penyayangNya.

Allah berfirman, Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman (Qs. Al-Ahzab 43)

Kemahasayangan Allah atas orang-orang yang beriman tak terbatas sebagaimana kemahapengasihNya kepada semua makhlukNya. Bahkan ada ulama yang berpendapat bahwa al-Rahman adalah sifat kasih sayangNya Allah, sedangkan al-Rahiim adalah perbuatanNya dalam mengasihsayangi semua makhlukNya. Oleh karenanya al-Rahman dan al-Rahiim sebagai satu kesatuan kasih sayangNya Allah yang tak bertepi tak terbatas atas semua makhlukNya.

Seandainya al-RahiimNya Allah hanya berlaku secara internal pada hamba-hambaNya yang beriman saja, maka orang-orang beriman tetap akan memperoleh kasih sayangNya, termasuk berkah sifat dari namaNya al-Rahman. Mengapa? Karena dengan al-RahmanNya Allah mengasihi semua dan berlaku umum, baik internal orang-orang beriman maupun eksternal orang-orang yang tidak beriman.

Dengan al-Rahiim, Allah mencukupkan rezeki kepada orang-orang yang beriman kepadaNya. Dengan al-Rahiim, Allah juga mengingatkan kelalaian hambaNya dengan ragam cobaan, agar segera kembali ke jalan keridhaanNya. Oleh karena itu baik ketercukupan atau bahkan keluasan rezeki maupun ragam cobaan yang diterima dan dialami oleh orang-orang beriman merupakan kasih sayangNya Allah atas hambaNya.

Saudaraku, bila Allah maha pengasih dan maha penyayang, kita meneladaniNya agar dianugrahi menjadi hamba yang memiliki kasih sayang ('abdul rahman, 'abdul rahiim). Dan ketika ajaran kasih sayang dapat mewujud dalam kehidupan praktis, maka sudah semestinya kita mensyukurinya, baik dengan hati, lisan maupun perbuatan nyata.

Pertama, mensyukuri dianugrahi sifat kasih sayang oleh Allah, di hati dengan meyakini sepenuhnya bahwa hanya dengan kasih sayangNya jua yang meluas melintas batas kita dapat merasakan bahagia yang sempurna meski hanya dianugrahi percikannya yang dapat kita kukuhkah dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, mensyukuri dengan lisan seraya memperbanyak memuji Allah seraya mengucapkan alhamdulillahi rabbil 'alamin. Dengan memujiNya niscaya akan bertambah-tambah kasih sayang Allah atas hamba-hambaNya yang beriman.

Ketiga, mensyukuri dengan perbuatan nyata seperti berusaha menyayangi terhadap sesama muslim dan mengasihi terhadap semua manusia. Semakin besar jangkauan kasih sayang seseorang kepada sesamanya akan memperbesar kasih sayang Allah dan makhluk yang di langit atas hamba-hambaNya. 

Sembari dengan itu, kita biasakan bibir kita basah dengan lantunan lafald ya Allah ya Rahman, ya Allah ya Rahiim, ya Allah ya Rahman, ya Allah ya Rahiim,  ya Allah ya Rahiim.
SHARE :
 
Top