Liputan: Abrar Lapindra

dok. Humas Seueng Samlakoe
LAMURIONLINE.COM | BUDAYA - Seniman Tutur Aceh, Muhammaddiyah Husen atau yang lebih dikenal dengan Syeh Medya Hus, Kamis (26/9) mengisi materi tentang sejarah dan eksistensi seni tradisi Aceh dalam Magang Dosen Istitut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh Bidang Studi Seni Karawitan Jurusan Seni Pertunjukan di Sekretariat Grup Seni Seueng Samlakoe, Aceh Besar. 

Dalam sesi magang tersebut, Medya Hus turut memaparkan contoh beberapa Ca'e (Syair) Aceh, pantun dan hikayat yang termasuk dalam seni sastra, termasuk cara mengolah vocal. Para Dosen ISBI yang sedang magang pun turut serta olah vocal vocal bersama pimpinan grup seni Seueng Samlakoe tersebut. 



Intonasi dan tarikan vocal dalam seni tutur Aceh sebut Medya Hus punya beberapa keunikan dan kekhasannya. Umpamanya pantun berbeda dengan hikayat, hikayat berbeda dengan nazam dan nazam juga berbeda lagi dengan tarikan vocal dan irama Ca'e, Dike, Rateb, tambeh dan berbagai seni tutur Aceh lainnya. 

"Semua seni tutur Aceh itu mengajarkan tentang makna tauhid, kehidupan dan iktibar bagi masyarakat. Selain itu, seni tutur tersebut juga mengajak manusia untuk taat dan beribadah kepada Allah SWT" jelas Medya Hus.


Medya Hus mengatakan seni tradisi tersebut sudah lama ada di Aceh dan sudah mengakar dalam budaya itu sendiri. Para pendahulu dan orang tua di Aceh dulunya sering mendendangkan seni tutur tersebut di saat santai, lagi menjahit jala ikan, dan saat bekerja lainnya. Sama halnya dengan kebiasaan menghafal Al Qur'an dan sifat 20 bagi orang Aceh di waktu senggang. 

Para Dosen ISBI Aceh yang berasal dari berbagai daerah diantaranya Aceh, Padang dan Riau itu terlihat antusias mengikuti magang tersebut dan ingin tahu lebih jauh terkait seni tradisi Aceh lainnya. (*)
SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top