Oleh Sri Suyanta Harsa

Sumber ilustrasi: international-republika
Muhasabah 1 Jumadil Tsani 1441
Saudaraku, dalam pandangan ulama, terdapat fakta mengagumkan di kepala manusia. Mengapa? Karena, di antaranya di kepala ada akal. Atas kemahamurahanNya, Allah telah menganugrahkan potensi minimal tujuh kemampuan yang tanpa batas (inlimited) yang terdapat di akal manusia, yang saya sebut sebagai kemampuan tujuh petala. Mengapa tujuh petala?

Secara filosofis, karena kemampuan tujuh petala di kepala manusia ini persis dengan tujuh petala langit yang ada di alam semesta ini yang juga terbentang samgat luas tak bertepi. Silahkan tuan puan berjalan keliling penjuru bumi, maka di atas jarak pandang kita terdapat petala langit pertama yang membentang cakrawala sangat luas tak bertepi.

Secara manusiawi, tujuh petala tetap menyediakan pandangan bahwa ruang angkasa itu bersaf-saf berlapis-lapis langitnya hingga tujuh jumlahnya, sehingga kita mengenal tujuh petala langit. Malah untuk memudahkan memahami realitas ini kita sering diingatkan tentang mi'rajnya Nabi Muhammad saw dari langit yang satu ke langit di atasnya hingga tembus di sidrat al-muntaha.

Secara substantif, kata tujuh petala bisa jadi tidak merujuk pada jumlah angka tujuh tetapi untuk menyatakan banyak, sehingga tujuh petala langit bisa dimaknai betapa banyak planet dan benda-benda di angkasa yang masing-masing sangat luas sebagai bagian alam semesta ciptaan Allah. Dengan demikian logikanya juga betapa inlimited potensi manusia yang dianugrahkan Allah ta'ala.

Saat membaca atau menulis sebagaimana menjadi tema beberapa muhasabah terakhir, tentu bukan saja merupakan aktivitas lahiriah saja tetapi juga aktivitas mental batiniah. Di kepala kita saja memungkinkan melibatkan secara intens adanya aktivitas berpikir, berimajinasi, berintuisi, berefleksi, mengigat membuka file memori, menghafal, dan mengendalikan diri secara proporsional. Aktivitas apa di kepala yang lebih dominan, tentu sangat relatif bergantung pada pribadi pembaca atau penulis masing-masing.

Saat tuan puan membuka laman facebook, tertera pertanyaan "Apa yang anda pikirkan?" Ini baru satu aktivitas di akal pikiran kita. Padahal juga masih bisa ditanya "Apa yang anda lamunkan?" atau "Apa yang anda bayangkan?"  atau "Apa yang anda refleksikan?" atau  "Apa yang anda pahami?"  atau "Apa yang anda ingat?" atau "Apa yang anda kendalikan?" dan seterusnya.

Tentu saja saya dan tuan puan bisa menjawab pertanyaan yang mana saja sesuai suasana batin masing-masing kita. Demikian juga saat tuan puan membaca artikel muhasabah ini atau tulisan lainnya, apa yang terlintas dalam cakrawala luasnya talenta di kepala kita. Tuan puan boleh saja membayang-mbayangkan apa saja, mengingat-ingat apapun juga, memikir-mikirkan sesuka tuan puan, berimajinasi, berfantasi, berintuisi atau bahkan melamun sejadi-jadinya, yang kesemua aktivitas akal ini tak ada batas cakrawalanya seperti petala langit yang tak bertepi.  Inilah karunia Allah yang maha pemurah, berupa tujuh petala kemampuan akal dalam kepala manusia yang tak terbatas penuh talenta.

Belum lagi kita membaca bahwa menurut para pakar biologi, kabarnya pada otak dalam kepala manusia tersimpan trilyunan neuron dan setiap neuronnya saja terdiri ribuan sel yang ketika satu sel saja dengan kreativitas dirinya sehingga bersinggungan dengan sel lainnya  akan menghasilkan ide, gagasan atau percikan pemikiran yang luar biasa. Apakah ini bukan kemahamurahan Allah atas hambaNya? Lalu apa lagi yang menghalangi untuk selalu bersimpuh ke haribaan Ilahi? wa fi anfusikum afala tubsirun?!. Makanya kita juga disindir, nikmat mana lagi yang dapat kamu dustakan? 

Ketika telah mengasah talenta di kepala dengan membaca, berpikir, berfantasi dan aktivitas akliah lainnya, maka layak bagi kita mensyukurinya. Pertama, meyakini sepenuh hati bahwa hanya dengan memberdayakan potensi akal pikiran akan memberi kemanfaatan bagi diri dan sesamanya. Kedua, mengucapkan alhamdulillahi rabbil 'alamin, semoga dengan mensyukurinya kita dianugrahi kemampuan untuk mengaktivasi akal pikiran kita. Ketiga, mensyukuri dengan tindakan nyata yaitu senantiasa mengasah, mengasuh dan mengasihi akal kita, sehingga bisa maksimal, menemukan diri dan Allah Rabbuna.

Maka dzikir pengkodisian hati dan penyejuk kalbu  guna menjemput hidayahNya adalah membasahi lisan dengan ya Allah ya 'Alim ya 'Aliy, ya Allah zat yang maha mengetahui dengan pengetahuan yang sempurna dan maha tinggi, tunjukilah kami jalan tuk meraih ridhaMu ya Rabb.
SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top