Oleh Sri Suyanta Harsa

sumber ilustrasi: muslem.okezone.com
Muhasabah 26 Syakban 1441
Saudaraku, seiring dengan semakin dekatnya  dengan bulan Ramadhan 1441 yang diyakini menyediakan ragam keberkahan termasuk kebaruan ghirah juga gairah beribadah karena keagungannya, maka tidak berlebihan bila sejak kini kita menggantungkan harapan pada Allah, akan datangnya dunia baru. Ya, dunia baru sama sekali, dunia yang tuntutan dan tatanannya baru.

Setelah kebijakan lockdown, social distancing, karantina dan program uzlah relatif dipatuhi, maka secara alamiyah dirasakan perubahan yang sangat signifikan. Sosial alamiyah pada wilayah-wilayah yang civitas warganya relatif taat mematuhi kebijakan ulil amrinya (pemegang tampuk pemerintahan) menunjukkan fakta menyejukbahagiakan, karena adanya percepatan terputusnya mata rantai penyebaran covid 19 yang sudah melanda.

Adapun sebaliknya, daerah atau negara yang rakyatnya atau sebagiannya saja masih ada yang ngeyel atau batat atau belagu atau abai atau bahkan menyepelekan "ujian covid 19" ini, maka diprediksi pandemik covid 19 nya bisa berkepanjanjangan sehingga memakan korban yang berbilang-bilang jumlahnya, bahkan ada yang menyatakan pademi covid 19 ini baru akan usai dan nornal kembali setelah tiga tahun. Ya Allah ya Wakil, na'udzubillahi min dzalika!

Padahal teori yang ada diprediksi harusnya 14 hari sampai dua atau tiga bulan sudah relatif memadahi bila SOP preventif dan kuratif covid 19 ditaati secara istiqamah atau konsisten oleh semua warganya. Pada praktiknya, memang sudah banyak yang mematuhi kebijakan lockdown, social distancing, karantina dan program uzlah, akan tetapi sebagian yang lain masih saja ada yang baru memulai di saat gelombang yang pertama sudah menjalani 14 hari atau ada yang ngeyel atau ada yang batat atau ada yang abai tak peduli sama sekali. Begitu seterusnya, susul menyusul, makanya kemudian bisa menjadi lama selesai. Agaknya semua orang tidak pernah atau sulit bersepakat bahwa14 hari sampai dua atau tiga bulan pada masa yang bersamaan untuk lockdown, social distancing, karantina atau program uzlah mandiri. Semoga ini menjadi instrumen muhasabah kolektif universal.

Setelah sekitar sebulan lockdown, social distancing, karantina dan program uzlah berjalan, maka dengan izin dan perkenan Allah pada saatnya nanti alam akan bersahabat dan panoramanya tampak indah dan cerah; udaranya relatif bersih dari polusi asap pabrik atau kendaraan atau pembakaran hutan; airnya sejuk menyegarkan segenap insan yang mereguk atau menggunakannya untuk berwudhu atau mandi. Ombak di lautan tampak tenang bersahabat, tidak bergejolak galak seperti sebelumnya karena dipadati oleh deru mesin kapal-kapal pesiar, kapal-kapal komersial dan kapal-kapal nelayan.

Di sektor pendidikan juga terus berproses menyediakan dunia baru, menawarkan pengalaman baru, memberikan pengamalan (baca penyelenggaraan) yang lebih kreatif. Kurikulum termasuk model, pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran mesti ditinjauulang untuk dikreasi agar adaptif bahkan progresif dengan perubahan zaman yang amat cepat.

Di bidang religiusitas, bulan Syakban ini juga sudah menyediakan dunia baru bagi masing-masing orang. Syakban menawarkan pengamalan baru bagi banyak hambaNya karena dengannya kemudian berupaya menambah amalan sunah setelah yang wajib, seperti puasa sunahnya lebih banyak dari bulan-bulan sebelumnya, shalat malamnya, tilawah al-Qur'an, shalat dhuha, shalat fardhu  berjamaah sebatih lebih istiqamah daripada sebelumnya.

Dan, tentu pada sektor-sektor kehidupan lainnya juga diharapkan menyediakan dunia baru yang semuanya itu mestinya kita syukuri dengan hati, lisan dan perbuatan nyata. Pertama, mensyukuri di hati dengan meyakini bahwa terciptanya dunia baru meniscayakan prasyarat kesadaran kolektif dan universal dalam menjemput perkenan Allah. Kedua, mensyukuri dengan lisan seraya memperbanyak melafalkan kalimat syukur seperti alhamdu lillahi rabbil 'alamin. Semoga Allah memudahkan bagi hamba-hambaNya meraih keridhaanNya. Ketiga, mensyukuri dengan perbuatan nyata. Di antaranya dengan mematuhi titah Allah, sabda rasulNya, dan regulasi ulil amri. 

Sehubungan dengan muhasabah hari ini, maka dzikir penggugah jiwa penyejuk qalbu guna menjemput hidayah Allah ta'ala agar dianugrahi hati bersyukur dan kehidupan yang lapang hari ini adalah membasahi lisan dengan ya Allah ya Khaliq ya Allah ya Mushawwir, zat yang maha mengkreasi, zat yang maha melukis pencipta keindahan, tunjuki kami ke jalan meraih ridhaMu ya Rabb. Aamiin.
SHARE :
 
Top