Oleh: Juariah Anzib  S.Ag
Penulis Buku Kontemplasi Sang Guru

lamurionline.com -- Iman tidak dapat dibeli, tauhid tidak bisa ditukar, hidayah tidak mudah didapat. Selaku orang beriman semestinya selalu bersyukur atas nikmat terbesar yang Allah berikan. Dua nikmat tersebut akan menyelamatkan manusia dari kehinaan dan rendahnya  derajat. Itulah nikmat iman dan nikmat Islam.  

Berkenaan dengan hal tersebut, sebuah kisah  sahabat Rasulullah saw yang  membuktikan kesucian dan keteguhan hatinya dalam mempertahankan iman dan Islam. Tubuh boleh hancur,  tetapi iman yang bersarang di hati tidak boleh goyah.          

Suatu hari, serombongan Quraisy datang ke rumah Khabbab bin Al-Arat untuk mengambil pedang pesanan mereka. Khabbab seorang pandai besi dan ahli membuat senjata. Dia menjualnya kepada orang-orang Mekah dan  membawanya ke pasar. Demikian kisah Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya Biografi 60 Sahabat Nabi saw. 

Namun tak seperti biasanya  Khabbab tidak berada di rumahnya. Orang-orang Quraisy menunggu hingga Khabbab pulang. Namun ketika ia datang, mereka melihat matanya penuh cahaya dan wajahnya berseri-seri. Lalu mereka bertanya, "Apakah pedang pesanan kami sudah selesai dibuat?" Akan tetapi Khabbab tidak menjawab apa yang ditanyakan. Bahkan ia seperti sedang berada di dunia lain. Pandangan matanya berbinar-binar dan bibirnya terus tersenyum penuh kebahagiaan. 

Orang-orang Quraisy kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama. Namun Khabbab masih belum menanggapinya. Lalu Ia berkata, "Sungguh menakjubkan!" Mereka bertanya, apa yang menakjubkan? Sementara Khabbab masih dalam pikirannya sendiri seperti sedang bermimpi. Dia bertanya kepada Quraisy, "Apakah kalian melihat dan mendengar ucapannya?"

Orang-orang Quraisy mulai emosi dengan tingkah Khabbab.  Mereka bertanya, siapa orang yang kamu maksudkan?  Dia menjawab, "Saya telah melihat dan mendengarnya. Saya menyaksikan kebenaran yang terpancar dalam dirinya dan cahaya terang dalam tutur katanya."

Kaum musyrik Quraisy  mulai mengerti siapa orang  yang dimaksud Khabbab. Mereka membentaknya dan berkata, "Siapa orang yang kau katakan itu wahai budak Ummu Anmar?" Khabbab menjawab, "Siapa lagi kalau bukan seseorang yang memancarkan cahaya suci selain dia?" Semua mereka berteriak gusar dan berkata, ternyata Muhammad yang kamu maksudkan.

Khabbab membenarkan perkataan mereka. Benar, dia utusan Allah untuk membebaskan kita dari kegelapan menuju cahaya terang benderang. Dia insan pilihan yang telah dipersiapkan Allah untuk  memberi petunjuk kepada umat manusia. Muhammad pembawa kebenaran dan kesucian. 

Mendengar perkataan tersebut orang-orang Quraisy semakin marah. Tiba-tiba mereka memukul Khabbab dengan.keras hingga pingsan dan tidak sadarkan diri. Ketika siuman,  ternyata orang-orang Quraisy sudah bubar. Khabbab tinggal seorang diri, ia mendapati tubuhnya dipenuhi luka dan bengkak-bengkak. Tulang-tulangnya terasa sakit dan darah mengalir di sekujur tubuhnya. 

Khalid Muhammad Khalid meneruskan kisahnya,  sambil menahan rasa sakit, Khabbab berusaha bangkit dan berjalan tertatih-tatih menuju rumahnya. Ia bersandar di dinding rumah, pandangan matanya menerawang jauh ke depan. Khabbab tenggelam dalam renungan pikirannya yang mendalam. Lalu ia masuk ke rumah dan mengobati luka-lukanya. Ia sudah dapat membayangkan apa yang akan menimpa dirinya setelah hari ini. 

Sejak saat itu, Khabbab selalu mendapatkan siksaan dari kaum Quraisy dan bergabung dengan  orang-orang yang teraniaya. Asy-Sya'bi berkata, "Khabbab menunjukkan ketabahannya hingga tak sedikitpun terpengaruh dengan kebiadaban kafir Quraisy. Bahkan mereka menindihkan batu membara ke punggungnya hingga dagingnya terbakar. Namun Khabbab tetap bertahan dengan penuh keyakinan. 

Penyiksaan terus saja berlanjut. Suatu ketika orang-orang Quraisy mengambil semua besi yang ada di rumah Khabbab sebagai bahan baku membuat pedang. Besi tersebut dipanaskan dan dililitkan di badan, kaki dan tangan Khabbab. Masih juga  belum puas, lalu mereka meminta bantuan kepada mantan majikannya Ummu Anmar. Si perempuan bejat ini pun ikut menyiksa bekas budaknya ini secara biadab. Ia meletakkan besi panas yang menyala di atas kepala dan ubun-ubun Khabbab sehingga menggeliat kesakitan. Sungguh pemandangan yang sangat memilukan. 

Ketika itu Rasulullah saw melewatinya, dan Beliau menyaksikan penganiayaan terhadap Khabbab yang menyayat hati. Besi panas membakar kepala Khabbab dan memanggangnya. Lalu Rasulullah saw berdoa, "Ya Allah, limpahkanlah pertolongan-Mu kepada Khabbab." Maka Allah mengabulkan doanya dan Khabbab terlepas dari penganiayaan.  

Allah membuktikan kebesaran-Nya. Selang beberapa hari, Ummu Anmar si perempuan jahat diserang penyakit aneh. Ia melolong seperti anjing dan hanya bisa disembuhkan dengan menyetrika kepalanya dengan besi panas. Kepala yang angkuh tersebut menjadi sasaran besi panas yang disetrika setiap pagi dan petang. Sungguh sangat  mengerikan.

Khalid menyebutkan bahwa Khabbab seorang yang telah disucikan hati dan jiwanya dengan cahaya iman. Ia adalah orang yang mengajarkan Al Quran kepada Fatimah binti Al-Khathab (saudari Umar.Al-Khattab)  dan suaminya Sa'id bin Zaid. Sehingga bacaan kitab suci tersebut dapat membuka hidayah dan pancaran iman dalam hati Umar bin Khattab untuk masuk Islam. Khabbab seorang ahli ilmu Al Quran hingga Rasulullah saw bersabda kepada Abdullah bin Mas'ud, "Barangsiapa yang ingin membaca Al Quran tepat sebagaimana yang diturunkan, hendaklah ia meniru bacaan Ibnu Ummi Abidin." Rasulullah juga menjadikan Khabbab sebagai nara sumber berkaitan dengan Al Quran, baik tentang hafalan maupun pelajarannya. 

Khabbab si pande besi pembuat senjata ini seorang sahabat yang sangat dekat dengan baginda nabi saw. Ia cerdas, zuhud dan berilmu. Khabbab wafat tahun 37 H. Kini hanya tinggal kenangan kesucian yang tergores dalam peradaban Islam. Pengorbanannya terhadap Islam menjadi teladan disepanjang kisah sejarah.

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top