Oleh: Afrizal Sofyan, SPd.I, M.Ag

Anggota MPU Kabupaten Aceh Besar  


Tanpa terasa, kita sudah berada di penghujung bulan Ramadhan. Artinya, hitungan beberapa jam kedepan kita akan berpisah dengan bulan yang penuh berkah dan penuh ampunan ini.

Ramadhan selama satu bulan penuh telah memberikan pendidikan yang sangat besar untuk umat manusia, sebagaimana yang ditulis dalam muqaddimah kitab Fiqh al Islami wa Adillatuhu, Wahbah az Zuhailli menyapaikan setidaknya ada tiga aspek pendidikan Ramadhan yaitu, pendidikan ritual (ibadah), pendidikan sosial, dan pendidikan emosional. 

Dari sekian banyak aspek pendidikan Ramadhan, salah satu pendidikan ritual (ibadah) yang sangat luar biasa yaitu pendidikan shalat. Ramadhan selama satu bulan penuh mendidik umat Islam untuk menunaikan shalat lima waktu tepat pada waktunya dan bahkan berjamaah. 

Shalat subuh misalnya yang menjadi shalat yang paling berat ditunaikan oleh orang-orang munafik, namun Ramadhan mendidik umat Islam selalu menunaikan subuh tepat pada waktunya setelah mereka sahur dan menunggu shalat subuh. Bahkan, untuk melatih umat Islam, Ramadhan mendidik mereka dengan memperbanyak shalat sunat di Ramadhan. 

Pendidikan ini akan  terasa luar biasa  tatkala dihubungkan kisah Nabi Ibrahim as, dimana nabi Ibrahim a.s sebelum punya anak,  selalu berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh”. (WS Ashafat: 100)     

Dan tatkala Nabi Ibrahim a.s mendapatkan Nabi Ismail dan Nabi Ishaq di umur beliau yang sangat renta, beliau berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku”. (QS Ibrahim : 40)

Allah Swt mengabulkan permohon Nabi Ibrahim a.s, sebagaimana Allah Swt abadikan dalam surat al Baqarah ayat 133, ”Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya’qub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.”

Nabi Ya’qub a.s adalah keturunan nabi Ibrahim a.s, tepatnya cucu beliau anak dari nabi Ishaq a.s. Di ayat ini, Allah Swt memberikan penegasan untuk mengambil pelajaran dan hikmah dari kisah Nabi Ya’qub dengan mengawali ayat dengan pertanyaan. Wasiat nabi Ya’qub as kepada semua anak-anaknya adalah menyembah Allah Swt  yang Esa. 

Semua anak-anak  Nabi Ya’qub a.s yang berjumlah 12 orang kompak menjawab, bahwa mereka akan taat dan selalu menyebah Allah Swt.

Wasiat tentang penyembahan Allah Swt (shalat) tidak hanya berhenti sampai di kisah ini. Dalam kitab Sirah Nabawiyah, Syekh Muhammad Ali Al Harakan ketika menceritakan  saat-saat baginda Rasulullah saw  wafat pada hari senin di waktu dhuha. 

Di subuh hari itu, Baginda Rasulullah saw sempat pingsan tiga kali  sebelum subuh sampai akhirnya dipapah oleh 2 orang sahabat Fudhail Bin Abbas r.a dan Ali Bin Abi Thali r.a untuk shalat shubuh berjamaah. Setelah shubuh Baginda Rasulullah kembali pingsan dipangkuan Aisyah r.a. Setelah sadar beliau minta dipanggilkan Fatimah binti Muhammad, salah satu anak beliau yang masih hidup. Baginda Rasulullah menyampaikan beberapa pesan kepada anaknya Fatimah dan diantaranya adalah, “Ya Fatimah, sampaikan kepada orang-orang yang beriman untuk menjaga shalat fardhu yang lima waktu”.

Wasiat untuk selalu menunaikan dan menjaga shalat fardhu lima waktu terus bergulir dikalangan para sahabat Rasulullah saw, seperti salah satu wasiat Khalifah Abu Bakar r.a kepada sahabat Salman Alfarisi r.a tentang menjaga shalat lima waktu  dan wasiat Sahabat Salman kepada sahabat Abu Darda’. 

Dari kisah di atas,  munculah pertanyaan yang sangat mendasar yaitu, “Kenapa wasiat tentang shalat terus berlanjut seakan-akan tidak pernah putus?”

Diantara jawaban yang sangat fundamental dari pertanyaan itu adalah karena shalat lima  waktu adalah perkara yang sangat besar dan agung. Imam Ibnu al Qayyim al Jauziah dalam kitabnya Fiqh Shalat menulis, bahwa dosa orang-orang yang meninggalkan shalat lebih besar dari berzina, mencuri, membunuh dan bahkan menghancurkan ka’bah Baitullah, setelah beliau menukil pendapat dari salah seorang sahabat Ibnu ‘Abbas r.a yang coba merincikan dosa orang-orang yang meninggalkan shalat lima waktu. 

Menurut Ibnu ‘Abbas r.a, “Orang yang meninggalkan shalat subuh akan Allah swt tempatkan neraka selama 30 tahun, yang meninggalkan shalat dzuhur dosanya sama dengan membunuh 1000 orang mukmin, yang meninggalkan shalat ashar dosanya sama dengan dosa menghancurkan ka’bah, yang meninggalkan shalat magrib, dosanya sama dengan dia berzina dengan orang tuanya, sambil ibnu Abbas menjelaskan kalau dia anak laki-laki, maka berzina dengan ibunya, begitupun sebaliknya, kalau dia anak perempuan maka berzina dengan ayahnya. 

Terakhir Ibnu Abbas r.a menjelaskan, akibat orang yang meniggalkan shala Isya’  bahwa Allah Swt tidak ridha dan rela orang itu tinggal di bumi Allah Swt, sambil Ibnu ‘Abbas menjelaskan bahwa orang yang meninggalkan shalat isya tidak akan pernah merasakan kebahagian dunia dan akhirat. 

Adapun jawaban yang kedua adalah Allah swt menjamin kesuksesan dan kebahagian dunia dan akhirat bagi orang yang selalu menjaga shalat fardhu. Hal ini Allah Swt jelaskan dalam surat Al Mukminun ayat 1 dan 2. Artinya, orang yang selalu menjaga shalat fardhu Allah Swt jamin kesuksesan dan kebahagian hidup dunia dan akhirat. 

Jadi, sungguh besar pendidikan bulan Ramadhan ini, mengantarkan umat ini kepada sesuatu yang mereka harapkan di kehidupan dunia dan akhirat yaitu kebahagian. 

Semoga kita semua menjadi hamba-hamba Allah Swt yang selalu menjaga shalat fardhu dengan terus berusaha memperbaiki kualitasnya, sehingga menjadi shalat yang Allah Swt terima sebagai ibadah di sisi-Nya. Aamiin  ya rabbal alamin. 

-Disampaikan pada Khutbah Jumat di Masjid Asy-Syuhada Lampanah Indrapuri, 30 Ramadhan 1444H/21 April 2023

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top