LAMURIONLINE.COM I BANDA ACEH - Menjelang peringatan 20 tahun perdamaian Aceh, Komunitas Mahasiswa Peduli Dayah (KMPD) menggelar audiensi resmi dengan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dari Fraksi Partai Gerindra, Drs. Abdurrahman Ahmad, di Kantor Fraksi Gerindra, Lueng Bata, Banda Aceh, pada Kamis (7/8/2025). Pertemuan ini menjadi bagian dari rangkaian persiapan kegiatan Tahlil Akbar, Doa Bersama, dan Refleksi Damai Aceh yang akan diselenggarakan oleh KMPD sebagai bentuk kontribusi spiritual dan intelektual terhadap masa depan perdamaian di Aceh.

Audiensi tersebut dihadiri oleh Founder KMPD, Tgk. Muhammad Afif Irvandi El Tahiry, dan Ketua Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) KMPD, Rukyal Haq. Diskusi berlangsung dalam suasana santai namun penuh makna, membahas secara teknis pelaksanaan kegiatan sekaligus mengupas esensi 20 tahun damai Aceh pasca-MoU Helsinki.

Damai Jangan Hanya Jadi Nostalgia

Dalam kesempatan itu, Drs. Abdurrahman Ahmad menyampaikan apresiasinya atas inisiatif KMPD. Ia menilai kegiatan reflektif seperti ini sangat penting dalam merawat semangat perdamaian secara berkelanjutan.

> “Saya sangat mendukung kegiatan ini. Kita perlu ruang reflektif yang jujur dan terbuka agar damai tak hanya menjadi nostalgia, tetapi komitmen berkelanjutan,” ujar politisi senior Gerindra tersebut.

Kritik Tajam: Damai Tanpa Keadilan adalah Kosong

Tgk. Muhammad Afif Irvandi El Tahiry, selaku inisiator kegiatan, menyoroti pentingnya keterlibatan masyarakat akar rumput, termasuk keluarga korban, kalangan dayah, dan para ulama, dalam evaluasi perdamaian Aceh.

> “Kami tidak ingin generasi muda hanya menjadi penonton damai. Sudah cukup 20 tahun kita dicekoki narasi damai yang tanpa keadilan substantif. Kami hadir untuk menagih janji sejarah, dan mengingatkan bahwa damai yang tidak melibatkan keluarga korban, dayah, dan ulama, hanyalah kesepakatan elite, bukan rahmat umat,” tegas Afif.

Ia mengutip sabda Nabi Muhammad SAW “Barang siapa yang tidak peduli terhadap urusan kaum Muslimin, maka dia bukan bagian dari mereka” sebagai fondasi moral keterlibatan KMPD dalam isu ini.

Refleksi Damai dalam Bingkai Islam Ahlussunnah wal Jamaah

Sementara itu, Rukyal Haq menambahkan bahwa keadilan harus menjadi fondasi utama dalam refleksi 20 tahun damai Aceh. Ia menegaskan bahwa damai bukan milik elite, tetapi milik seluruh rakyat Aceh.

> “Jika damai tidak membawa keadilan, maka itu pengkhianatan terhadap darah syuhada. Kegiatan ini akan berpijak pada nilai Islam Aswaja, sebagaimana dalam QS. Al-Hujurat: 9. Tapi damai itu harus adil,” ujarnya.

Agenda Spiritualitas dan Diskusi Kritis

Kegiatan Tahlil Akbar dan Doa Bersama yang direncanakan akan menjadi pembuka acara, sebagai bentuk penghormatan kepada para syuhada dan korban konflik. Setelah itu, akan digelar Diskusi Reflektif mengenai implementasi MoU Helsinki, pelaksanaan UUPA, serta kesinambungan nilai-nilai damai dalam bingkai keislaman dan keacehan yang hakiki.

KMPD menegaskan bahwa acara ini bukan sekadar seremoni, melainkan panggilan nurani untuk menjaga arah damai Aceh agar tetap berpihak kepada rakyat.

> “Audiensi ini menjadi sinyal bahwa mahasiswa dayah tidak tidur, dan rakyat Aceh tidak lupa. Damai harus kembali ke niat sucinya: untuk keadilan, bukan sekadar stabilitas,” pungkas Afif. (Hadi Irfandi)

SHARE :

0 facebook:

 
Top