Jika Kairo-Mesir mendapat julukan Negeri Seribu Menara, maka Istanbul- Turki berhak menyandang gelar yang sama. Karena hampir sama dengan di Kairo, di seluruh daratan kota di Istanbul dihiasi masjidmasjid berasitektur indah. Bentuknya juga nyaris mirip satu sama lain, memiliki kubah besar dan beberapa kubah kecil dan tentu yang menjadi ciri khasnya adalah bentuk menaranya yang lancip. Mengingatkan kita pada Masjid Muhammad Ali Pasha yang ada di Kairo, Mesir. Tekstur tanah yang berbukit-bukit, semakin menonjolkan bangunan masjid yang khas dan arsitektur yang dalam bahasa Turki disebut Camii. Dari sekian banyak masjid-masjid itu, saya baru sempat mampir di masjid di Sultan Ahmed Istanbul untuk melihat keindahan interiornya tapi beberapa lainnya hanya bisa menikmati keindahannya dari beberapa fhoto di katalog karena keterbatasan waktu dan belum sempat untuk ke sana. Suasana religius lebih terasa ketika masuk waktu sholat, suara adzan yang begitu syahdu menenangkan pikiran dan jiwa. Saya bahkan hampir tak percaya bahwa saya sedang berada di daratan Eropa. 

Masjid Sultan Ahmed ini, atau biasa dikenal dengan sebutan The Blue Mosque (Mesjid Biru). Masjid ini dikenal sebagai Masjid Biru karena khas ubin biru menghiasi dinding-dinding interiornya. Seperti mesjid lainnya, juga terdiri dari makam pendiri, madrasah dan rumah perawatan. Selain digunakan sebagai masjid tempat masyarakat melakukan ibadah shalat, Masjid Sultan Ahmed juga menjadi daya tarik bahkan menjadi salah satu dri tempat-tempat wisata relius yang populer di Dunia. Masjid Sultan Ahmed ini dibangun p a d a t a h u n 1 6 0 9 - 1 6 1 7 p a d a m a s a pemerintahan Sultan Ahmet I yang merupakan cucu Sultan Mehmed II. Arsitektur masjid ini merupakan puncak dari karya arsitektur pada masa kesultanan Turki Usmani, mengadopsi beberapa elemen dari Hagia Sophia yang merupakan bangunan peninggalan Byzantium dan memadukannya dengan arsitektur tradisional Islam. Mesjid ini memiliki 8 kubah kecil dan 1 kubah utama serta 6 menara. Arsiteknya adalah Mehmet Agha murid dari arsitek Mimar Sinan. Julukan Blue Mosque untuk Masjid Sultan Ahmed ini disebabkan karena interior ruangannya yang kebiruan. Menggunakan 21.043 keping keramik bernuansa biru dan hijau yang didatangkan dari Iznik, sebuah kota kecil penghasil keramik terbaik di Bursa untuk dekorasi ruangan dalam masjid. Hampir seluruh ruangan yang luasnya 51 m x 53 m dihiasi dengan keramik termasuk pilar dan langit-langit yang tingginya 5 meter. Ada kurang lebih 260 jendela kaca patri dari Venesia yang juga melengkapi keindahan interior masjid Biru. Rasanya tak pernah bosan berada lama-lama dalam masjid ini. 

Yang uniknya, saat menjelang m a g h r i b d i a t a s k u b a h m a s j i d berterbangan burung-burung berwarna putih dan akan semakin banyak saat malam hari. Mungkin sinar lampu yang berjejer mewah di sekitar mesjid menarik perhatian burung-burung itu. Para pemburu foto juga akan semakin banyak pada malam hari karena lighting akan semakin menonjolkan bentuk arsitektur bangunan masjid biru. Sehingga tak heran bila pada malam hari banyak muncul para photografer keliling yang menawarkan jasanya dan para penikmat photography yang datang ke mesjid tersebut. Mesjid ini terbuka untuk umum. Bagi yang ingin mengunjungi dan melihat-lihat dapat masuk ke dalam. Untuk masuk ke dalam, kita harus membuka sepatu kita, lalu memasukkannya kedalam plastik yang telah disediakan. Bagi anda yang memiliki keinginan dan berkesempatan untuk berkunjung ke Turki, maka sempatkanlah untuk singgah dan bersembahyang di Mejid biru ini. 

Oleh Raudhana Fitri ed Daudy, *Adalah, Mahasiswi di Universitas Marmara-Turki, asal dari Gampong Lingom - Indrapuri
SHARE :
 
Top