Model Pendidikan Alternatif di Indonesia (3) Model-Model Program Pendidikan Pemerintah; Dalam literatur yang kedua, Faisal dan Hanafi (1982) menjelaskan bahwa ada tiga media dari pendidikan pedesaan di Indonesia, yaitu: media siaran, media cetak, dan media kontak p e r s o n a l . Me n g a p a p e n d i d i k a n pedesaan? Karena secara logis m a s y a r a k a t d e s a m e m p u n y a i kesempatan yang lebih sedikit dibandingkan masyarakat kota dalam hal pendidikan. Pemerintah Indonesia pada dasarnya telah merintis mediamedia pembelajaran yang inovatif u n t u k me n d i d i k ma s y a r a k a t d i pedesaan dengan berbagai macam pola pendekatan. Untuk media yang pertama adalah siaran radio yang dikenal dengan Siaran Pedesaan. Sebagaimana namanya, tujuan utama dari program ini adalah untuk memberikan penyuluhan dan training kepada masyarakat pedesaan. Pada awalnya, program ini dimulai dengan program radio di Indonesia yang terkenal dengan Radio Republik I n d o n e s i a ( R R I ) . 

P r o g r a m i n i mempunyai nama-nama yang berbeda sesuai dengan daerah masing-masing, seperti Ruang Tani dan Nelayan, Ruang Pedesaan, Siaran Pedesaan, Cahaya D e s a , M e m b a n g u n D e s a , d a n sebagainya. P r o g r am r a d i o i n i me n j a d i kebijakan nasional pada tahun 1969 melalui sebuah seminar tentang komunikasi pedesaan dan penyiaran (Faisal & Hanafi, 1982, h. 113). Kebijakan ini diikuti oleh sebuah mandat dari Direktur Radio dan Penyuluhan Pertanian kepada RRI di masing-masing provinsi bahwa terhitung 24 September 1969 supaya “membentuk Dewan Pembina Siaran Pedesaan, mengadakan siaran berkala dan harian, serta melatih grup p e n d e n g a r d i d a e r a h - d a e r a h pedesaan” (h. 114). Masa-masa tersebut adalah era dimana radio merupakan alternatif terbaik untuk menyebarkan berita. L e b i h - l e b i h l a g i m a s y a r a k a t mempunyai simpati yang tinggi untuk mendengarkan siaran radio setiap pagi hari saat-saat mereka akan memulai untuk beraktifitas. Kalau pun sebuah keluarga tidak mempunyai radio, mereka masih dapat mendengarkan aneka berita dari rumah tetangganya. 

Dengan demikian menyisipkan materi pembelajaran menjadi sebuah solusi jitu untuk mendidik masyarakat secara perlahan namun pasti. Yang kedua, menggunakan media cetak untuk pendidikan yang dikenal dengan Koran Masuk Desa (KMD). Program ini pada mulanya dirintis tahun 1973 dengan nama Penerbitan Khusus untuk Daerah Pedesaan (PKUDP) dan kemudian diamandemenkan pada tahun 1979 menjadi KMD. Komposisi dari b e r i t a-b e r i t a y a n g d i t amp i l k a n bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya, namun secara umum mencakup Rubrik Berita, Artikel, Profil Daerah, Editorial, Pojok Berita, Karikatur, Surat Pembaca, dan Photo Kegiatan (Faisal & Hanafi, 1982, h. 132-133). Lebih lanjut, perpustakaan desa juga didirikan. Media ini merupakan sarana p e n d i d i k a n y a n g b a i k u n t u k meningkatkan ketertarikan masyarakat dalam membaca dan belajar mandiri, untuk meningkatkan dan meluaskan p e n g e t a h u a n d a n p e m a h a m a n m a s y a r a k a t , s e r t a u n t u k m e n g e m b a n g k a n k e h i d u p a n masyarakat yang sejahtera. Upaya menggalakkan masyarakat untuk membaca perlu terus ditingkatkan. Karena dengan membaca akan terbuka luas cakrawala berpikir seseorang y a n g p a d a a k h i r y a d i h a r a p k a n mempunyai adanya inisiatif dan kemandirian dalam mengembangkan kehidupan pribadi setiap anggota masyarakat. 

Yang ketiga, berbagai macam grup belajar di luar sekolah dibentuk, seperti Kelompok Belajar Pendidikan Dasar (KBPD), Kelompok Belajar Usaha (KBU), Kelompok Belajar Pembinaan Kesejahteraan Keluarga ( K B P K K ) , K e l omp o k B e l a j a r Kelompok Tani (KB Tani), Kelompok B e l a j a r P e n d i d i k a n K e j u r u a n Masyarakat (KB PKM), Kelompok Belajar Siaran Pedesaan (KB Sipedes), dan Kelompok Belajar Karang Taruna (KB Taruna). Program-program t e r s e b u t d i l a k s a n a k a n d e n g a n menyediakan tutor atau sukarelawan secara langsung untuk mendukung masyarakat belajar tersebut (Faisal & Hanafi, 1982). Semua program-program y a n g t e l a h d i s e b u t k a n d i a t a s merupakan model pendidikan yang p e r l u s e n a n t i a s a d i j a g a d a n dikembangkan. Yang kita harapkan bersama adalah seiring dengan k ema j u a n z ama n d a n p e s a t n y a kemajuan teknologi, model-model pendekatan pembelajaran alternatif lainnya dapat dikembangkan secara l e b i h k o m p e r h e n s i f d a n berkesinambungan. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk pembelajar dan perubahan menuntut kita untuk senantiasa terus belajar sesuai dengan perkembangan zaman. Kalau tidak, maka kita akan tertinggal jauh di belakang dibandingkan dengan o r a n g - o r a n g y a n g s e n a n t i a s a mengasah indra pembelajarannya secara mandiri dan berkelanjutan. Sinyeu (Oktober 29, 2012/2:00 p.m.)
SHARE :
 
Top