Lamurionline.com ~ Setelah selesai menonton film Garuda di Dadaku, beberapa orangtua ”ditodong” oleh anaknya. Anak-anak itu menyatakan ingin masuk klub sepakbola seperti Bayu, tokoh utamaGaruda di Dadaku.
Dalam film itu dikisahkan bagaimana Bayu, seorang anak kelas 6 SD yang amat menyukai sepakbola, berjuang untuk masuk tim nasional (Timnas). Sesuai judul filmnya, Bayu ingin sekali memakai seragam Timnas yang bergambar burung garuda di dada kiri.
Bayu seorang anak yatim. Ia tinggal bersama ibu dan kakeknya. Kakek tak setuju Bayu jadi pemain sepakbola, sebagaimana dulu kakek amat tak menyukai kesukaan ayah Bayu akan sepakbola.
Kakek Bayu menganggap seorang pemain sepakbola tidak mungkin bisa menjadi orang sukses. Karena itu ia melarang keras Bayu bermain sepakbola, dan sebaliknya mewajibkan Bayu untuk mengikuti segala macam les: musik, lukis, bahasa, dan matematika.
Dengan kecerdikannya, Bayu tetap dapat bermain bola. Ia banyak dibantu oleh sahabatnya yang setia, Heri. Sahabatnya ini seorang anak penggila sepakbola yang tak dapat bermain bola karena ia cacat. Kemana-mana ia menggunakan kursi roda. Namun cacat itu tak mengurangi keceriaan dan semangat Heri yang sangat besar.
Bayu berjuang untuk masuk ke klub sepakbola dengan beasiswa dan akhirnya masuk ke Timnas. Impian Bayu untuk memakai kaus berlambang burung garuda pun tercapai.
****
Nasionalisme begitu berkobar di dada. Begitulah yang dirasakan sejumlah orang, baik dewasa dan anak-anak setelah menonton King
King menceritakan kisah perjuangan dan perjalanan panjang seorang anak bernama Guntur dalam meraih cita-citanya menjadi seorang juara bulutangkis seperti Liem Swie King, yang menjadi idola dirinya dan ayahnya.
Ayah Guntur adalah seorang komentator pertandingan bulutangkis antarkampung yang juga bekerja sebagai pengumpul bulu angsa, bahan untuk pembuatan shuttlecock. Ia sangat mencintai bulutangkis dan ia menularkan semangat dan kecintaannya itu kepada putranya.
Guntur bertekad untuk dapat menjadi juara dunia. Semangat dan perjuangannya untuk meraih beasiswa bulutangkis dan menjadi juara patut mendapat acungan jempol. Dalam meraih semuanya itu, Guntur didampingi oleh sahabatnya yang setia, Raden.
***
Garuda di Dadaku dan King adalah film bioskop yang diputar tengah tahun ini, pada masa liburan panjang anak-anak.
Kedua film ini sangat inspiratif. Film ini mengandung nilai-nilai positif yang dapat membuat anak-anak atau orang dewasa yang menontonnya berpikir atau belajar akan sesuatu. Bahkan, pada beberapa anak yang menontonnya, yang terjadi adalah dorongan untuk melakukan sesuatu, seperti berlatih dan masuk klub seperti yang diceritakan di atas. Kabarnya, ada pula anak yang malah jadi ingin serius belajar melukis setelah menontonGaruda di Dadaku.
Dalam obrolan ringan dengan beberapa orangtua setelah menonton kedua film ini, sejumlah orangtua mengatakan bahwa film-film ini sebenarnya membawa pesan penting bagi para orangtua. Pesan-pesan itu di antaranya: orangtua harus mengenal anak sebaik-baiknya, jangan memaksakan kehendak pada anak, dan orangtua seharusnya mengembangkan bakat anak.
Inspirasi yang datang setelah mengkonsumsi media adalah akibat yang muncul dari media tersebut. Media memang dapat menimbulkan dampak tertentu. Media yang mengandung nilai-nilai positif tentu saja potensial untuk menimbulkan dampak yang positif dan sebaliknya yang mengandung nilai-nilai negatif juga potensial menimbulkan dampak yang buruk.
Yang terakhir ini misalnya tampak pada media yang mengandung kekerasan. Film kekerasan contohnya, memang menghibur, tetapi nilai kekerasan yang dikandung di dalamya dapat mendorong anak-anak yang menontonnya terdorong untuk juga melakukan kekerasan pada dunia nyata (karena anak biasanya meniru) atau membuat anak ketakutan.
Karena kita sebaiknya dapat mengambil manfaat sebanyak-banyaknya dari media, alangkah baiknya jika kita pun dapat mengarahkan anak-anak kita untuk menggunakan media yang mengandung nilai-nilai positif baginya. Membiasakan anak-anak menonton film yang sehat, menonton acara TV yang sudah diseleksi, membaca buku cerita dan majalah sesuai umur anak, adalah contoh-contoh bagaimana anak dapat menyerap nilai positif dari media.
Sebagai orangtua kita harus dapat mengupayakan agar anak-anak belajar hal yang positif dari media, bukan sebaliknya belajar hal yang negatif. Tontonan, buku cerita atau artikel majalah yang inspiratif adalah ladang subur bagi anak-anak untuk belajar hal-hal positif tadi.
***
Garuda di Dadaku dan King mengandung nilai-nilai positif seperti tekad pantang menyerah, semangat untuk meraih cita-cita, persahabatan, kesetiaan menolong teman, dan semangat nasionalisme. Muatan seperti ini dalam media adalah sesuatu yang harus secara cerdas ditangkap oleh orangtua dan kemudian diberikan kepada anak.
Alangkah ideal jika orangtua tidak saja mengajak anak-anak menonton film-film semacam ini, tetapi juga membicarakan muatan-muatan positif yang dikandung film setelah selesai menontonnya bersama anak.  Dengan demikian inspirasi positif yang terkandung dalam tontonan dapat secara maksimal diserap anak sekaligus melatih anak untuk cerdas mencerna media. 
Sumber : http://ummi-online.com
SHARE :
 
Top