Oleh: Ahmad Faizuddin 

Sebuah bus dari kampus International Islamic Univeristy Malaysia (IIUM). Di sebuah halte, seorang penumpang naik dengan menjinjing beberapa tas di kiri kanannya. Bus kembali bergerak. Kelihatan penumpang tadi mencari uang dalam t u m p u k a n b a r a n g - barangnya, n a m u n t i d a k menemuka n n y a . S e c a r a spontan saya m e n y o d o r k a n selembar uang 1 Ringgit sebagai ongkos bus. Dia enggan menerima, namun akhirnya diambil juga karena Pak Supir sudah menagih. Setelah itu saya menyibukkan diri melihat-lihat pemandangan dan mobilmobil yang berlalu-lalang di jalan raya. Tiba-tiba sebuah suara berkata, “Salam, Brother. Mohon terima oleh-oleh ini. Terima kasih atas bantuannya tadi. Dengan halus saya menolaknya dan berkata tidak apa-apa. Namun penumpang tersebut tetap bersikukuh dan meletakkan bungkusan yang ada di tangannya itu di dekat saya dan kembali ke tempat duduknya semula. Kisah di a t a s d a p a t m e n j a d i p e l a j a r a n b a h w a sesuatu yang kita berikan kepada orang lain itu pada d a s a r n y a akan kembali l a g i k e p a d a kita. Hal ini senada dengan Firman Allah SWT: Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba- Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (Q.S. Saba', 34: 39) Lebih-lebih lagi dalam hal shadaqah, makin b e s a r k i t a memberi, maka makin besar pula yang akan kita terima. Kalau kita buat perhitungan, satu shadaqah yang kita keluarkan itu sama dengan 700 kali kebaikan. 

Luar biasa besarnya janji Allah SWT: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah, 2: 261) Apakah kita harus mempunyai harta yang banyak untuk bisa bershadaqah? Ternyata tidak. Siapa saja bisa bershadaqah dalam kondisi apapun dan dimanapun. Rasul SAW bersabda, “Setiap perbuatan yang baik itu adalah shadaqah” (Shahih Al- Bukhari, No. 6021). Apa saja bentuk-bentuk kebaikan yang berpahala shadaqah? Sangat banyak sekali dan tidak mesti menggunakan uang dan harta-benda sama sekali. Sabda Rasul SAW: “Senyummu kepada saudaramu adalah shadaqah, menyuruh perbuatan baik dan mencegah perbuatan jahat adalah shadaqah, menunjukkan jalan bagi orang yang tersesat adalah shadaqah. Membantu orang buta adalah shadaqah, menyingkirkan batu, duri atau tulang dari jalan adalah shadaqah. Menuangkan air yang tersisa dari embermu ke ember saudaramu (yang membutuhkan) adalah shadaqah. (Jami' at-Tirmizi, No. 1956) Bahkan dalam sebuah hadits Rasul SAW menggambarkan bahwa sebenarnya shadaqah itu wajib ke atas kita. Dari Ibnu 'Abbas, Rasulullah SAW bersabda, “Setiap anak Adam itu mempunyai 360 persendian dan setiap sendi itu mempunyai kewajiban shadaqah pada setiap harinya. Setiap perkataan yang baik adalah shadaqah. Membantu suadaranya adalah shadaqah. Memberikan minuman (kepada siapa yang membutuhkannya) adalah shadaqah. Menyingkirkan gangguan yang ada di jalan adalah shadaqah. (Al-Adab Al-Mufrad, Shahih Al-Albany, No. 422). 

Makanya dulu para Sahabat-Sahabat Nabi SAW sangat gemar bershadaqah, karena mereka tahu bahwa shadaqah itu sangat besar manfaatnya. Selain memberikan kepuasaan batin dengan membantu orang lain, kita juga akan mendapat ganjaran yang tak terhingga besarnya dari Allah SWT. Mungkin kita tidak dapat menyaingi Umar bin Khattab dan Usman bin Affan yang memberikan setengah hartanya di jalan Allah. Apalagi kalau kita berniat menyaingi Abu Bakr As-Shiddiq yang menyumbangkan seluruh hartanya untuk perjuangan da'wah Islam. Sungguh sangat mustahil. Namun paling kurang kita bisa memulainya dengan perbuatan-perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari. Shadaqah itu ibarat mata rantai yang tersambung kuat. Rahasianya adalah Allah SWT akan mengembalikan kepada pemberinya apa-apa yang telah diberikan kepada orang lain secara ikhlas. Oleh karena itu, Allah SWT mengingatkan: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S. Al-Baqarah, 2: 264) Jadi, tunggu apa lagi? Mari kita bershadaqah! Shadaqah itu mudah dan indah. Ia akan kembali kepada kita dalam bentuk yang tidak kita sangka-kata, bahkan lebih besar dari yang dapat kita kira. Ada satu syarat yang penting untuk diperhatikan, yaitu ikhlas. Wallaahua'lam. 

© Akhi (KL Sentral: 04.06.2014, 3:00 p.m.)
SHARE :
 
Top