Oleh : Adia Mirza
Semangat untukbersedekah
selalu digaungkan dimana-mana,
baik pada acara-acara keagamaan,
institusi pendidikan, pemerintahan,
maupun media massa.Bahkan para
motivator tak henti-hentinya
mengobarkan semangat bersedekah
di setiap kesempatanbahwa
sedekah akan membuat harta kita
berkah bahkan bertambah. Di
t e n g a h i t u s e m u a , m u n c u l
kebingungan pada sebagian
orang,kepada siapa sebenarnya kita
h a r u s m e n g a r a h k a n s e d e k a h
kita?Bagaimana sesungguhnya anjuran
Islam dalam memilih sasaran dalam
bersedekah?
Secara umum sedekah bisa kita
berikan kepada siapa saja, dengan prioritas
sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Quran
:"Mereka bertanya kepadamu tentang apa
yang mereka nafkahkan.
Jawablah: "Apa saja harta
yang kamu nafkahkan
hendaklah diberikan kepada
ibu-bapak, kaum kerabat,
anak-anak yatim, orangorang
miskin dan orangorang
yang sedang dalam
perjalanan." Dan apa saja
kebajikan yang kamu buat,
maka sesungguhnya Allah
Maha Mengetahuinya." (QS.
Al Baqarah: 215)
Namun secara khusus, Ibnu
Qudamah dalam Kitab Mukhtasor
Minhajul Qoshidin menyebutkan beberapa
kriteria mereka yang berhak menerima
sedekah kita, masing-masing :
Pertama : Mereka yang bertakwa
dan berilmu, bukan ahli maksiat.
Rasulullah SAW telah memberi isyarat
dengan melarang mengundang orang fasiq
dalam jamuan makan yang kita adakan,
beliau bersabda : “ Janganlah berteman
kecuali dengan seorang mukmin, dan
jangan makan makananmu (yg engkau
sediakan) kecuali orang bertakwa” (HR
Abu Daud).
Memberikan sedekah kepada orang
yang bertakwa dan berilmu, akan
memudahkannya dalam melaksanakan
amal ibadah dan juga penyebaran ilmunya.
Sebaliknya, memberikan sedekah kepada
orang yang ahli maksiat, hanya akan
menambah amunisi baru baginya dalam
bermaksiat. Tentu hal yang paling kita
takutkan adalah jika harta kita turut
membantu memperluas kemaksiatannya.
Allah SWT berfirman : “ janganlah tolongmenolong
dalam berbuat dosa dan
pelanggaran “ (QS al Maidah 2)
Kedua : Mereka yang benar-benar
membutuhkan. Ukuran membutuhkan
memang akan sangat subjektif. Namun bisa
kita lihat dari kondisi seseorang secara
umum, kehidupan sehari-hari, jumlah
tanggungan, kondisi kesehatan, usia dan
semacamnya. Meskipun demikian, perlu
diutamakan juga kepada mereka yang
membutuhkan namun tetap menjaga iffah
atau kehormatan diri. Artinya tidak memintaminta
secara berlebihan dan berkelanjutan,
apalagi menjadikannya sebagai proffesi.
Allah SWT menyebutkan tentang
mereka dalam Al-Quran : “orang yang tidak
tahu menyangka mereka orang Kaya karena
memelihara diri dari minta-minta. kamu
kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya,
mereka tidak meminta kepada orang secara
mendesak.” (QS Al Baqoroh 273).
Ketiga : Diutamakan kerabat dekat
terlebih dahulu : Secara khusus memberikan
sedekah kepada kaum kerabat mempunyai
keutamaan ganda, sebagaimana diisyaratkan
dalam hadits Rasulullah SAW, beliau
bersabda : ''Sedekah kepada orang miskin
mendapatkan satu pahala, sedangkan sedekah
kepada kerabat mendapatkan dua pahala;
p a h a l a b e r s e d e k a h d a n p a h a l a
bersilaturahim.'' (HR At-Tirmidzi).
Orang yang terdekat bagi kita lainnya
adalah para tetangga kita. Sedekah kita
semestinya juga diprioritaskan bagi para
tetangga, jangan sampai kita termasuk dalam
gambaran sabda Rasulullah SAW : Bukanlah
orang yang beriman bagi orang yang kenyang
perutnya, sedangkan tetangganya kelaparan
hingga tampak tulang rusuknya.( HR.
Bukhari)
Akhirnya, marilah kita terus
berusaha untuk menghiasi hari-hari dengan
sedekah yang memenuhi setiap adab dan
anjuran syariat, agar sedekah kita lebih
berkah. Selamat bersedekah. Wallahu a'lam
bisshawab.