Menyongsong sukses bukanlah referensial melainkan reseptif, yang merupakan pengalaman bermuara ekspresi dari ilmu.Tidak ada satupun individu yang menghendaki dirinya menjadi figur yang sia-sia, sukses adalah dambaan.Menyongsong suskses erat kaitan dengan sumber-sumber inspirasi kreatif yang mencakup wilayah keagamaan, individual dan sosial, sukses adalah unggahan yang dikomunikasikan kepada dunia sekitar dengan azas manfaat. 

Rasulullah saw bersabda: 

 مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ المَرْءَ تَرْكَهُ مَالَا يَعْنِيْهِ 

 “Di antara baiknya keislaman seseorang adalah yang selalu meninggalkan perbuatan yang tidak ada manfaatnya.” (HR. Tirmidzi) 

Menyongsong sukses ditandai dengan mengisi hari-hari yang disibukkan dengan kegiatan dan aktifitas yang bermamfaat bagi dirinya maupun orang lain dan menebarkan hidayah, bijak kepada pribadi dan lingkungan, tumbuh dan berkembang dalam rutinitas ridho Allah SWT, tidak sedikitpun waktu digunakan dalam kesia-siaan tiada berguna. Mampu menunjukkan bahwa dirinya dapat menjadi contoh teladan bagi lingkungan sehingga mereka dapat mengikuti jejaknya. Dengan begitu akan bertebaranlah kebaikan dari usahanya tersebut. 

Rasulullah Saw bersabda, 

“Barang siapa menunjukkan suatu kebaikan, dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya.” (HR. Muslim). 

Lalu, apakah rahasia untuk menyongsong sukses ? 

Pertama,niat Lillahi ta’ala. Apapun aktifitas kita untuk menggapai sukses yang diridhai Allah SWT awalilah dengan bismillah, karena dengan Bismillah akan ada keberkahan dan akan timbul keikhlasan dalam diri kita. 

Kedua,menuntut ilmu secara kontinyu. Dalam menuntut ilmu harus kontinyu daan kompeherensif, tidak ada latar belakang yang membatasi apakah itu tua-muda, laki-perempuan, miskin-kaya, atasan -bawahan, dan sebagainya. Pepatah mengatakan “tuntutlah ilmu mulai dari ayunan sampai keliang lahat”,artinya manusia berkewajiban menuntut ilmu sampai akhir hayat, jangan merasa cukup dan puas dengan apa yang telah kita capai, katakanlah berupa cita-cita dari kecil, misalnya menjadi seorang guru, pegawai Bank, polisi, dokter, bahkan ibu rumah tangga sekalipun, karena ilmu yang telah kita dapat hanya satu bidang keahlian, cita-cita yang telah kita songsong dengan sukses harus kita aplikasikan secara kompeherensif baik dengan hablumminannas maupun dengan hablumminallah dengan aturan dan tuntutan yang beretika, beradab.

Tidak akan tercapai hablumminannas apalagi hablumminallah apabila tidak ada kesadaran dan keyakinan kita untuk terus meng update ilmu. Imam Syafi’I rahimahullah mengatakan: “Barang siapa yang menghendaki dunia, hendaknya dia berilmu, dan barang siapa yang menghendaki akhirat, hendaknya dia berilmu. Dan barang siapa yang menghendaki keduanya (dunia dan akhirat), maka hendaknya dia berilmu.”. Jadi kunci menyongsong sukses adalah ilmu. 

Ketiga, tanggung jawab. Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Menyongsong sukses harus dibarengi dengan sikap Tanggung jawab yang merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab, tindakan sejalan dengan perkataan, dapat diandalkan, tidak manis mulut, tidaklah menyalahkan orang lain atas kendala yang dihadapi, ataupun atas hasil akhir pekerjaannya. Ia pun tidak mencari-cari alasan.

Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Sukses hanya dapat diperoleh atau ditingkatkan melalui kesadaran bertanggung jawab yang dapat ditempuh melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis Merupakan Guru di SDN 1 Indrapuri
SHARE :
 
Top