Kali ini Tim Expedisi Lamuri akan melakukan perjalanan ke bibir pantai Lampanah. Sebuah Desa yang berbatasan dengan Leungah di Kecamatan Seulimeum, Aceh Besar. Matahari yang terik menyengat tak memudarkan langkah kami untuk terus menyusuri hutan lebat di kaki gunung Seulawah. Jalannya pun mulus dan sudah diaspal.
Berbeda dengan beberapa tahun yang lalu yang masih berupa kerikil dan sangat sulit untuk dilewati. Pepohonan di sisi kanan dan kiri jalan menambah kesan menyejukkan, termasuk pohon durian. Jika syedara beruntung, di musim durian maka kita bisa langsung masuk ke kebun warga dan membelinya dengan harga terjangkau pada pemilik kebun, atau hanya sekedar mencicipinya.
Tak ketinggalan kera-kera liar sesekali akan muncul di tepi jalan menemani syedara melewati hutan jati tersebut. Sebelum sampai di Desa Lamteuba, Aceh Besar syedara harus sedikit berhati-hati, karena ada sebuah jembatan yang patah, akibat pondasinya yang tidak bagus. Namun masyarakat setempat membuat jalur lain di sisi jembatan untuk menghindari korban nyawa.
Di desa Lamteuba kita akan disuguhi suatu perkampungan yang asri. Bak sebuah desa di tengah lebatnya hutan. Masyarakat di sini pun sangat ramah, kita bisa berhenti sejenak untuk sekedar melepas lelah atau menyeruput secangkir kopi khas Seulimeum.
Melewati desa Lamteuba, syedara akan menikmati pemandangan gunung Seulawah di atas perbukitan yang sangat indah. Uniknya di sini, sebagian besar bukit dan sawah ladang dipenuhi batu batu besar.
Konon katanya batu-batu ini berasal dari Gunung Seulawah yang pernah meletus. Warga di sini menamakannya sebagai Padang Meurabe (Padang Gembalaan) Blang Taleuk yang memiliki luas sekitar 1.700 hektare.
Dikelilingi pohon jamblang, syedara bisa berfoto sejenak dengan latar belakang gunung yang terkenal di Aceh ini. Dari jauh kita akan melihat kepulan asap dari rumah-rumah masyarakat Lamteuba yang berbaur dengan rimbunnya hutan dan bukit.
Jalan aspal di atas bukit menambah semangat perjalanan dengan landscape beberapa bukit yang ditumbuhi rumput dan ilalang.
Jauh ke depan akan nampak hamparan laut biru dan beberapa rumah penduduk.
Melewati beberapa alur kecil dan sawah, kita akan segera sampai di Desa Lampanah, desa pesisir di Aceh Besar. Syedara bisa singgah di sebuah warung kopi yang berdekatan dengan masjid Jami’ desa Lampanah untuk beristirahat.
Desa Lampanah sendiri bisa dilewati dari tiga arah, baik dari Seulimeum, Laweung-Pidie atau melalui Krueng Raya, Aceh Besar.
Setelah menikmati kopi, syedara bisa langsung menuju tepi pantai yang memang tidak jauh dari pemukiman penduduk Lampanah.
Syedara bisa melalui kuala-kuala kecil sambil bercengkrama dengan pemilik tambak udang sebelum tiba di pantai ataupun melewati kebun kelapa depan Kapolsek Lampanah.
Pantai lampanah memang masih alami. Memang lokasi pantai ini belum sepenuhnya jadi tempat wisata, hanya perahu nelayan yang menghiasi pantai ini karena itulah mata pencarian sehari-hari masyarakat Lampanah selain berkebun.
Menurut sebagian masyarakat Lampanah. Pantai ini belum banyak yang berani mandi laut, selain gelombang lautnya yang agak ganas, juga banyak terdapat binatang berbisa semacam Bintang Laut atau Cuka sebutan warga setempat yang bisa menyengat kapan saja. Namun keindahan pantai tersebut tetap bisa kita nikmati.
Pohon kelapa menjadi pelengkap keindahan bibir pantai, Pasir hitamnya akan bersinar bekilauan jika di siang hari. Sedangkan di sore hari, debur ombak dan desiran angin laut akan membelai kita untuk kembali ke tempat ini di lain waktu.
Tim Expedisi Lamuri
Tim Expedisi Lamuri