Radio Baiturrahman didirikan dengan modal Rp 325 ribu dari Kas Masjid Raya Baiturrahman. Semuanya dalam bentuk uang logam yang harus ditukar terlebih dahulu ke Bank Indonesia. Demikian kata M Jakfar Sulaiman, salah seorang penggagas Radio Baiturrahman (4/2/2017). Ketika itu, dia bersama teman-teman mengusulkan pendirian radio siaran kepada pengurus masjid, untuk menyebarkan ceramah maghrib dan halaqah shubuh.

Jakfar mendapat inspirasi dari buku karya Sidi Gazalba “Masjid Pusat Kebudayaan”. Materi buku itu dijadikan dasar pemikiran untuk menulis proposal pendirian radio siaran yang diminta pengurus masjid. Selanjutnya 5 Januari 1978 pengurus masjid mengadakan rapat untuk membahas pendirian radio.

Dalam rapat itu, Tgk H Soufyan Hamzah dan Ayah Amin mendukung sepenuhnya pendirian radio masjid, walaupun sebagian peserta rapat tidak sependapat dengan alasan tidak boleh pemutaran musik di lingkungan masjid. “12 Januari 1978 Radio Baiturrahman mulai mengudara dengan bantuan teknisi dari Radio Alfa Romeo di Banda Aceh,” katanya.

Pada awalnya, Radio Baiturrahman menyiarkan azan lima waktu, shalat berjamaah dan ceramah di Masjid Raya Baiturrahman. Ditambah dengan beberapa program lain seperti dakwah Islamiah, musik islami dan pilihan pendengar (pilpen). “Setelah sebulan siaran, kita mendapat surat dari pendengar di Malaysia yang mengatakan bahwa siaran dapat diterima disana,” kata Jakfar.

Setelah enam bulan mengudara, Radio Baiturrahman mengurus badan hukum perseroan terbatas dengan nama PT Radio Suara Baiturahman. Badan hukum ini telah beberapa kali berubah dan terakhir PT Gema Baiturrahman Jaya. “Karena dinamika internal, pernah manajemen radio diambil alih pengurus masjid dengan Tgk H Soufyan Hamzah sebagai direktur,” kisah Jakfar.

Sementara komisaris Radio Baiturrahman Prof Dr Al Yasa' Abubakar MA mengharapkan  Radio Baiturrahman tetap menjaga konsistensi sebagai radio dakwah, sehingga terus berperan meningkatkan kualitas dan etos kerja ummat. “Kita harus mengelolanya profesioanal dengan melengkapi kebutuhan legalitas, anggaran, program, dan mengelola konflik dengan baik,” harapnya.

Direktur Utama Radio Baiturrahman Prof Dr Tgk H Azman Ismail MA mengatakan, Radio Baiturrahman telah menjadi inspirasi banyak tamu yang datang ke Aceh. Yang terakhir, Mufti Sabah Malaysia merencanakan membangun radio masjid di negerinya seperti Radio Baiturrahman.
Rapat komisaris Radio Baiturrahman bersama Pengurus Masjid Raya Baiturrahman (4/2/2017) telah melangkapi beberapa komisaris dan direksi. Sebagai komisaris Prof Dr Al Yasa Abubakar MA, Prof Dr Syahrizal Abbas MA dan Yusri. Sementara Direktur Utama Mukhlis Musa menggantikan Almarhum Sanusi Hanafi dan Direktur Masyudi MKes mengantikan T Johan yang mengundurkan diri.

Report by Sayed Husen
SHARE :
 
Top