Oleh Sri Suyanta Harsa

Ilutsrasi
Muhasabah Yaumul Bidh Ke-2 14 Safar 1441
Saudaraku, dalam iman Islam, manusia hidup di dunia ini hanya singgah. Berapapun lamanya yang namanya singgah ya bersifat sementara karena suatu saat mesti melanjutkan safar perjalanannya. Bahkan kita sering diingatkan, bahwa manusia di dunia ini singgahnya sebentar saja setelah sebelumnya pernah hidup di surga dan nantinya seharusnya kembali ke surga.

Dalam sejarahnya, manusia yang pertama dicipta oleh Allah ta'ala adalah Adam dan disusul dicipta isterinya yaitu Hawa. Adam- Hawa inilah pasangan suami istri pertama dan hidup bahagia di surgaNya, meskipun nantinya harus keluar dari surga akibat pelanggaran keduanya pada aturan dari Rabbnya. Hal penting yang harus kita ingat di sini adalah bahwa manusia itu sejatinya makhluk surga, bukan makhluk neraka. Maka kalau dikatakan pulang ke kampung halamannya setelah mampir hidup di dunia ini adalah ke surga lagi. Inilah tuntunan iman Islam, inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, sesungguhnya kita semua berasal dari Allah dan akan kembali ke (surgaNya) Allah.

Allah berfirman yang artinya, Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.

Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (Qs. Al-Baqarah 35-38)

Nah menurut landasan normatif di atas dinyatakan bahwa kunci agar manusia bisa pulang ke kampung halaman sejatinya yaitu surga adalah saat hidup di dunia ini harus mengikuti petunjuk yang diturunkan oleh Allah yang termaktub dalam Al-Qur'an Hadis.

Mengikuti Al-Qur'an dan Hadis merupakan jalan tol yang akan mengantarkan manusia ke surga kembali. Dan dengannya kita mengetahui  bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Suci, Maha Baik, Maha Bijaksana, Maha Pengasih Penyayang, Maha Pengampun...dst, maka hanya orang-orang yang hatinya suci saat hidup di dunia dan atau berlaku baik, dan atau pemaaf, dan atau pemurah... yang bisa diterima dan menyatu dengan Allah ta'ala di surgaNya.

Tetapi ketika hidup di dunia ini tidak berpedoman pada petunjukNya (Al-Qur'an Hadis), maka yang bersangkutan berarti tidak mau pulangnya ke surga. Jadi manusia sangat berpeluang untuk pulang ke surga, tetapi tetap tersedia jalan lainnya, yaitu ke neraka.

Berbeda dengan iblis yang konon awalnya juga makhluk di surga, tetapi karena kesombongannya kemudian dikeluarkan dari surga dan dilaknat dengan ancaman kekal di neraka nantinya, makanya kemudian ianya bersumpah akan terus mengganggu manusia agar nantinya dapat menemaninya di neraka. Nah, iblis atau setan inilah makhluk yang mengembus-hembuskan ilham kejahatan pada manusia.

Sebagai keseimbangan cosmos, Allah juga mencipta malaikat yang selalu taat pada Allah saja dan membantu mengilhamkan kebaikan kepada manusia.

Karena, manusia itu makhluk surga yang diturunkan buat sementara hidup di dunia, dan agar dapat kembali ke kampung halaman sejatinya yaitu surga, maka harus memenuhi hatinya dengan ilham kebaikan yang diilhamkan oleh Allah via malaikatNya sekaligus tidak menuruti bisikan setan untuk berbuat kejahatan. Agar bisa seperti ini maka kita mesti membaca, memahami dan mengamalkan petunjuk yang ada dalam Al-Qur'an dan Hadis.

Terlebih dari itu, saat hidup di dunia ini harus mampu berperan menjadi 'abdullah (hamba Allah) dan manager on earth, khalifatu fil ardhi. Sebagai 'abdullah harus hidup dengan mengabdi pada Ilahi, dan sebagai khalifatullah harus mewujudkan gambaran keindahan dan kebahagiaan surga di dunianya yang sekarang ini. Inilah mengapa manusia dicipta mesti transit di durga terlebih dahulu, sgar sejak kini dan di sini dapat menciptakan surga dalam hidup dan kehidupannya, yang indah, sejahtera, santun, dalam kesibukan bermakna, bahagia membahagiakan.

Bila ini surga tidak sebatas cita-cita dan telah menjadi realita sejak di dunia, maka sudah selayaknya kita mensyukurinya baik drngan hati, lisan dan perbuatan nyata.

Pertama, mensyukuri di hati dengan meyakini bahwa kita sebagai manusia adalah makhluk yang baik, dengan mengikuti petunjuk dari Allah Yang Maha Baik, maka endingnyapun akan berada dalam kebaikan, yaitu bahagia di surga.

Kedua, mensyukuri dengan lisan sersya memperbanyak mengucapkan alhamdulillahi rabbil 'alamin, semoga Allah menganugrahi hidayah pada kita untuk tetap istiqamah dalam kebaikan, dalam ketaatan kepadaNya.

Ketiga, mensyukuri dengan perbuatan nyata, berlaku sebagai makhluk surga, sejak hidup di dunia.

Sehubungan dengan tema muhasabah hari ini, maka dzikir pengkodisian hati penyejuk kalbu guna menjemput hidayahNya adalah membasahi lisan dengan lafal ya Allah ya Quddus ya Salam. Ya Allah, zat yang maha suci, maha menyelamatkan, tunjuki kami pada jalan keridhaanMu ya Rabb. Aamiin. 
SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top