Oleh Sri Suyanta Harsa

Ilustrasi
Muhasabah 26 Safar 1441
Saudaraku, bila tema muhasabah yang baru lalu tentang lupa dan ingat, maka muhasabah hari ini adalah menyoal tentang untung dan rugi. Secara umum, untung dipahami sebagai pemerolehan yang melebihi dari usaha dan atau pengeluarannya.  Maka keberuntungan merupakan keadaan dimana seseorang memperoleh karunia Allah, baik berupa materi maupun non materi. 

Dan sebaliknya, rugi atau kerugian dipahami sebagai pemerolehan yang tidak sebanding dengan usaha dan pengeluaran serta tidak seperti yang dicita-citakannya. Maka kerugian merupakan keadaan dimana seseorang tidak mendapatkan karunia Allah, baik berupa materi maupun non materi. 

Dengan demikian, keberuntungan maupun kerugian dapat diperoleh dan dialami oleh manusia di dunia ini maupun apalagi di akhirat nanti.

Allah berfirman yang artinya Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (Qs. Al-Ashr 1-3).

Oleh Allah, orang-orang yang tidak memanfaatkan masa saat mengarungi hidup di dunia ini dengan beriman, beramal shalih dan saling nasihat menasihati berada dalam kerugian yang nyata. Oleh karenanya agar tidak mengalami kerugian, kita dituntun untuk beriman, beramal shalih dan saling berwasiat dalam kebenaran dan takwa. Untuk dapat beriman yang benar, beramal shalih yang kontinue dan manpu berwasiat pada kesabaran juga ketakwaan dihajadkanlah ilmu, sehingga  kesatuan ketiga komponen antara iman, ilmu dan amal shalih tak terbantahkan.

Di samping itu keberuntungan juga diperoleh oleh hamba-hamba Allah, di antaranya disebutkan dalam al'-Qur'an. Allah berfirman yang artinya, Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.(Qs. Al-Baqarah 2-5)

Adapun bentuk pengabaian titah Allah hanya akan mengakibatkan kerugian seperti mencari agama selain Islam, kafir setelah beriman, berlaku syirik, melanggar perjanjian dengan Allah, orang-orang yang lalai mengingat Allah karena dininabobokkan oleh harta dan keluarga.

Peringatan dapat mengalami kerugian seperti di atas, di antaranya dapat dicermati pada normativitas Islam berikut. Allah berfirman yang artinya, Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali-Imraan 85)

“Barangsiapa kafir setelah beriman maka sungguh sia-sia amal mereka dan di akherat dia termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS. al-Ma’idah: 5

“Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan nabi-nabi sebelummu; bahwa jika kamu berbuat syirik niscaya akan terhapus seluruh amalmu dan kelak kamu pasti termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS. al-Zumar 65)

(Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi” (QS. Al-Baqarah 27)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi” (QS. Munaafiquun  9)

Bagi kita dan sesiapapun yang dianugrahi keberuntungan baik materi maupun immateri sejak di dunia ini maupun apalagi di akhirat nanti, maka sudah selayaknya kita mensyukurinya baik syukur di hati, lisan maupun perbuatan nyata.

Pertama, mensyukuri di hati dengan meyakini sepenuhnya bahwa untung atau rugi itu tidak berdiri sendiri, masing-masing merupakan konsekuensi dari keseriusan dan kesalihan usaha yang telah dilakukan sebelumnya. 

Kedua mensyukuri di lisan dengan memperbanyak mengucapkan alhamdulillahi rabbil 'alamin. Semoga Allah  menganugrahkan keberuntungan sejak di dunia ini hingga di akhirat kelak.

Ketiga, mensyukuri dengan perbuatan nyata, seperti berlindung kepada Allah dari kerugian dan berharap diijabah memperoleh keberuntungan, baik di dunia maupun apalagi di akhirat kelak.

Sehubungan dengan tema muhasabah hari ini, maka dzikir pengkodisian hati penyejuk kalbu guna menjemput hidayahNya adalah membasahi lisan dengan lafal ya Allah ya Razzaq ya Wahhab. Ya Allah, zat yang maha mengaruniai rezeki, tuntun kami ke jalan keridhaanMu ya Rabb. Aamiin.
SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top