Oleh Sri Suyanta Harsa

Ilustrasi
Muhasabah 8 Rabiul Awal 1441
Saudaraku, bila pada forum muhasabah yang baru lalu mengambil tema tentang tawa dan tangis, maka muhasabah hari ini tentang kuat dan lemah. 

Dalam KBBI disebutkan, kuat sebagai kata sifat yang menerangkan bahwa seseorang atau sesuatu banyak tenaganya (gayanya, dayanya); atau mampu mengangkat (mengangkut dan sebagainya) banyak; atau tahan (tidak mudah patah, rusak, putus, dan sebagainya); atau awet; atau tidak mudah goyah (terpengaruh); teguh (tentang iman, pendirian, kemauan, dan sebagainya); ketat (tentang pertahanan, penjagaan, dan sebagainya); tahan (menderita sakit dan sebagainya); kencang (tentang angin); berat (tekanannya); erat (tentang ikatan); mampu dan kuasa (berbuat sesuatu); mempunyai keunggulan (kecakapan dan sebagainya) dalam suatu pengetahuan (kecakapan). Sedangkan sebaliknya, lemah adalah tidak kuat; tidak bertenaga; tidak keras hati; lembut; tidak tegas; tidak kuat; kurang berdasar.

Dalam pemaknaan umum, kuat berkonotasi  positif dan lemah berkonotasi negatif. Oleh karena itu idealitas Islam juga menghendaki umatnya tampil menjadi umat yang kuat dan tidak menginginkan umatnya lemah. Kekuatan yang harus diusahakan dan dimiliki oleh umat Islam adalah kekuatan dalam bidang keimanan, kekuatan dalam bidang ilmu pengetahuan sains dan teknologi dan kekuatan dalam bidang fisik jasmaninya. Jadi kuat hati, kuat akal pikiran dan kuat badannya.

Dengan kekuatan iman, ilmu, amal shalih dan fisiknya, akan mempengaruhi terwujudnya kekuatan dalam sektor lainnya seperti kekuatan ekonomi, politik, sosial budaya, persatuan dan kesatuan, pendidikan, pertahanan dan keamanannya, dan kekuatan pada sektor-sektor lainnya. Dan dengan kekuatan dalam seluruh aspek kehidupan ini akan berpengaruh terhadap kesejahteraan dan kemakmuran umat Islam, serta kemajuan peradabannya. 

Sebaliknya, ketika iman, ilmu dan fisiknya lemah, maka akan berpengaruh pada kelemahan di seluruh sektor kehidupan. Konsekuensinya kemudian akan menjadi umat yang terjajah oleh bangsa atau umat yang lebih kuat. Oleh karenanya betapa pentingnya kita berdoa, belajar dan berusaha agar menjadi orang yang kuat dan umat yang kuat. 

Bahkan kekuatan mestinya diwariskan pada anak keturunan kita. Makanya Allah mengingatkan melalui firmanNya yang artinya, 
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (Qs. Al-Nisa' 9)

Apalagi kalau kita ingat salah satu asmaul husnaNya, Allah al-Qawiy. Allah sebagai Al-Qawiy dipahami bahwa Allah adalah zat yang maha kuat nan perkasa, yang kekuatanNya tidak ada ada bandingan, yang keperkasaanNya tidak ada saingannya. Dengan kekuatanNya, Allah lah yang menghidupkan dan mematikan seluruh yang makhlukNya yang berjiwa; Allah menguasai segala yang ada, Allah melindungi hamba-hambaNya, Allah mencurahkan rezeki untuk semua makhlukNya, Allah mengijabah semua permohonan yang disampaikan kepadaNya.

Allah berfirman dalam al-Quran yang maknanya Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezeki kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Qs. Al-Syu'ara 19) 

Dan, Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezeki kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Qs. Al-Syu'ara 19).

Ketika dapat mengukuhkan kekuatan dan dapat menghindari kelemahan,  maka sudah selayaknya kita mengembangkan rasa syukur baik dengan hati, lisan maupun perbuatan nyata.

Pertama, bersyukur di hati dengan meyakini bahwa Allah adalah zat yang maha kuat perkasa, yang dengan kekuatanNya menanggung dan memenuhi seluruh kebutuhan kita dan hamba-hamba yang dikehendakiNya. Allahlah yang menolong di saat kita memerlukan pertolongan. Allah yang mengabulkan permohonan yang kita sampaikan, Allah yang memenuhi seluruh hajat kebutuhan kita, dan Allah tempat kembali seluruh kesadaran dan eksistensi kita semua. Di samping itu, kita juga harus meyakini sepenuh hati bahwa Allah adalah sumber kekuatan, sehingga kita dituntun untuk sering berdoa dengan melafalkan laquwata illa billahi, tiada kekuatan dan daya upaya kecuali dari dan bersama Allah.

Kedua, bersyukur dengan lisan, yaitu dengan terus memperbanyak mengucapkan alhamdulillahi rabbil 'alamin. Dengan sering memujiNya, kita berharap dianugrahi kekuatan iman, sehingga kita senantiasa dalam kondisi tentram dan bahagia. Dengan sering memujiNya, kita berharap dianugrahi kekyatan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu menegakkan peradaban yang tinggi nan adi luhung. Dengan sering memujiNya, kita berhatap dianugrahi kekuatan fisik jasmani sehingga mampu beribadah dengan sempurna.

Ketiga bersyukur dengan langkah konkret, di antaranya dengan terus belajar dan memperkuat diri, baik dari aspek fisik jasmani, akal pikiran maupun hati spiritualitasnya. Dengan kekuatan yang dimiliki, kita dapat mengayomi dan memberi bantuan kepada diri sendiri, keluarga bangsa dan negara, bahkan agama.

Sehubungan dengan tema muhasabah hari ini, maka dzikir pengkodisian hati penyejuk kalbu guna menjemput hidayahNya adalah membasahi lisan dengan lafal ya Allah ya Qawiy ya 'Aziz. Ya Allah zat yang maha kuat perkasa, tunjuki kami jalan untuk meraih keridhaanMu ya Rabb. Aamiin.
SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top